Sosok Pemanjat Berani di Cadas Pangeran itu Bernama Wa Bei

Kabupaten Sumedang

Sosok Pemanjat Berani di Cadas Pangeran itu Bernama Wa Bei

Nur Azis - detikJabar
Senin, 31 Okt 2022 08:30 WIB
Wa Bei dan tim Rescue BPDB Sumedang melihat terpal yang terpasang di Cadas Pangeran, Sumedang
Wa Bei dan tim Rescue BPDB Sumedang melihat terpal yang terpasang di Cadas Pangeran, Sumedang (Foto: Nur Azis/detikJabar)
Sumedang -

Tim Rescue Pusdslops dari BPBD Sumedang memasang terpal di sebuah tebing bekas longsoran Cadas Pangeran, Kabupaten Sumedang. Pemasangan terpal tersebut sebagai upaya antisipasi dari longsor susulan yang diakibatkan oleh air hujan.

Salah Seorang Tim Rescue Pusdalops BPBD Sumedang, Bei Abdurachman atau yang lebih dikenal dengan panggilan Wa Bei diketahui orang yang memasang langsung terpal-terpal tersebut dengan dibantu 6 personil lainnya.

Tebing setinggi kurang lebih 50 meter dengan kemiringan sekitar 80-85 derajat, ia panjat dengan segala resikonya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dimulai dari sekitar pukul 12.00 WIB, ada 8 terpal yang telah berhasil dipasang untuk menutupi tebing bekas longsoran pada pukul 16.30 WIB.

"Untuk sementara pemasangan terpal kita hentikan sebagaimana arahan dari pak Kasi yang memiliki pertimbangan kaitannya dengan keselamatan," ungkapnya kepada detikjabar.

ADVERTISEMENT

Wa Bei menyebut, saat ini sedikitnya ada 8 terpal yang berhasil dipasang dari 9 terpal yang ditargetkan.

"Hanya tinggal sekitar satu terpal lagi dan akan kita pasang besok," ujarnya.

Mengenal Wa Bei, Pemanjat Tebing Senior asal Sumedang

Wa Bei sendiri diketahui merupakan pemanjat senior asal Sumedang. Wa Bei merupakan salah satu pemanjat tebing yang namanya sudah tidak asing lagi di kalangan para pemanjat tebing di Indonesia.

Ia merupakan alumni pertama dari sekolah panjat tebing pertama di Indonesia, yakni Skygers. Ia saat itu mulai bergabung pada tahun 1978.

"Saya termasuk alumni lulusan pertama di Skygers bersama Mamay, Salim, Saman Pakong (Alm), Salmon Piraki, banyaklah, ada Roy dan teman-teman lainnya dari ITB dan dari Unpad gabung waktu itu," ungkapnya.

Ia diperkenalkan dunia panjat tebing dari para seniornya terdahulu yang merupakan para pendiri sekolah panjat tebing Skygers tahun 1976. Skygers sendiri dibentuk oleh para mahasiswa ITB, sekaligus yang memperkenalkan panjat tebing modern.

"Saya mengenal dunia panjat tebing dari senior-senior di Skygers yang merupakan mahasiswa Seni Rupa ITB, diantaranya Harry Suliztiarto, Heri Hermanu, Dedi Ahmad Afandi, Resmono Hadi (Alm), mereka diantaranya itu yang membentuk Skygears Tahun 1976 dan yang memperkenalkan panjat tebing modern," ucap Wa Bei yang sempat mengenyam pendidikan hukum di salah satu kampus di Jakarta ini.

Pemasangan terpal oleh Pusdalops BPBD SumedangPemasangan terpal oleh Pusdalops BPBD Sumedang Foto: Nur Azis/detikJabar

Menurutnya, aktivitas panjat tebing kian hari kian berkembang bahkan saat ini sudah menjadi salah satu cabang olahraga.

Diusianya kini, ia yang bernaung di Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) mengaku masih terus belajar tentang dunia panjat tebing.

"Saya banyak belajar terus ke teman-teman saya, FPTI itu ada induknya dan disana saya belajar terus," ungkapnya.

Wa Bei telah malang melintang dalam dunia panjat tebing, maka tidak heran jika sejumlah tebing di Indonesia pun pernah ditaklukannya. Diantaranya tebing Harau di Sumatera, tebing Bukit Kelam dan Tebing Unta di Kalimantan, tebing Mandu Tontonan dan Kariango di Sulawesi dan tebing-tebing lainnya.

"Kadang saya itu tidak ingat kapan tahunnya, tapi kalau pas ke daerah baru ingat oh saya pernah manjat tebing ini, ada lah puluhan tebing sudah saya panjat, saya jarang mengingat-ingat," katanya.

Dalam dunia kebencanaan atau resque, Wa Bei pun tercatat sebagai anggota di Tim Rescue Pusdalops dari Badan Penanggulangan Bencana BPBD Sumedang. Ilmunya pun kerap diperlukan saat harus menangani korban dengan teknik vertikal rescue.

"BPBD Sumedang dibentuk tahun 2015, tapi sebelum itu ada Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana, saya sudah gabung disana, pas kejadian 2005-2006 saat keajadian longsor di Cadas Gantung, terus Banjir di Ujungjaya, saya sudah jadi tim rescue-nya," paparnya.

Kini, Wa Bei masih aktif dengan menyumbangkan ilmunya kepada anak-anak yang ingin belajar panjat tebing. Mereka adalah para pelajar dari mulai setingkat SMP hingga SMA.

"Saya melatih anak-anak yang suka panjat tebing ini dari nol, mereka ini datang dari club-club panjat pelajar setingkat SMP dan SMA se-Sumedang," katanya.

Menurutnya, olahraga panjat tebing sangat bermanfaat jika dipelajari oleh anak-anak sejak dini. Selain memupuk rasa keberanian juga dapat melatih tentang kedisiplinan.

"Karena dalam panjat tebing itu yang perlu diperhatikan pertama adalah keamanan, kalau sudah aman pasti nyaman, disinilah diperlukannya ketelitian dan kedisiplinan tinggi," terangnya.

Dalam melatih anak-anak yang ingin belajar panjat tebing, Wa Bei pun tidak memungut biaya. Namun, rasa kekeluargaan antar pemanjat yang dibangunnya.

"Makanya disini yang pertama dibangun adalah atittude atau sikap dan rasa kekeluargaan, itu penting, makanya disini semua sama tidak ada yang dibedakan dan dimanjakan," terangnya.

Dari sejak tahun 2003, Wa Bei telah menelurkan puluhan pecinta panjat tebing di Sumedang. Dari puluhan itu, diantaranya ada yang telah sukses menjadi atlet panjat tebing Nasional.

"Semoga dengan ilmu yang saya berikan ini bisa bermanfaat bagi mereka yang telah belajar untuk kehidupannya dikemudian hari," ungkapnya.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads