Resort Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sukabumi buka suara soal kemunculan monyet liar di Jalan Sukawayana, atau tepatnya di Cagar Alam Sukawayana, Kabupaten Sukabumi. Monyet yang berada di kawasan Gunung Tangkil itu diketahui kerap menampakan diri hingga ke jalan raya.
Isep Mukti Miharja kepala Resort Sukabumi BBKSDA Sukabumi membenarkan soal sering turunnya monyet-monyet liar tersebut. Hal itu diduga karena adanya kebiasaan dari manusia yang sering melempar makanan, hal itulah yang kemudian memicu perilaku dari hewan tersebut.
"Ada kebiasaan bahwa ada yang suka melempar makanan, ketika itu akhirnya perilakunya berubah. mungkin di atasnya ada (tanaman) buah-buahan namun belum berbuah, karena di bawah dengan mudahnya ada yang kasih makan akhirnya berubah perilakunya. Mungkin merasa mudah mendapatkan makanan daripada ngambil dari pohon," kata Isep Mukti kepada detikJabar, Kamis (20/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Isep ada banyak contoh ketika hewan liar yang kemudian berubah perilakunya karena mendapat makanan dari manusia. Hal itu sebenarnya akan menyulitkan ketika proses rehabilitasi atau menghilangkan kebiasaan dari monyet tersebut.
"Monyet ini mungkin berpikir mudah mendapat makanan daripada ngambil dari pohon, itu di beberapa tempat ada kejadian seperti itu, itu berubah perilaku dan sangat sulit kita menangani dan memang bisa direhabilitasi tapi lama," ujar Isep.
"Itu jenis Monyet ekor panjang itu dan kebetulan di beberapa tempat banyak sampai ke asia Tenggara, masih dikatakan belum masuk ke aturan kita, jadi belum di lindungi," sambungnya.
Saat ditanya apakah monyet tersebut memang habitat asli dari kawasan Cagar Alam Sukawayana, Asep mengaku belum mengetahui pasti.
"Katakan liar namun sejarahnya belum tau, apa asli dari situ atau ada yang mungkin dulunya sengaja di buang namun hingga saat ini belum menerima laporan monyet itu membahayakan warga atau pengendara yang melintas," ucap Isep.
Isep berencana akan memasang papan peringatan larangan memberi makan dan membuang sampah di area Cagar Alam Sukawayana untuk sedikit mengurangi kebiasaan monyet-monyet liar itu berkerumun di pinggir jalan.
"Ke depannya bisa direncanakan seperti itu atau papan papan larangan termasuk buang sampah juga, karena di tempat lain contoh di Talaga Warna, itu ketika bawa plastik pasti di ambil, karena dia itu sudah menyerang. kalau yang ini enggak, saya sering berjumpa kita berbagi ruang dengan mereka, dia punya hak hidup kita pun jangan saling ganggu," tuturnya.
"Secara analogi taman nasional Gede Pangrango berapa ekor macannya, itu banyak sekali. Itu yang sering naik gunung banyak tapi ada enggak cerita yang pernah termakan. Berarti mereka sudah menempatkan diri masing-masing tidak akan saling ganggu," kata dia menambahkan.
(sya/dir)