Sang Pahlawan di Cianjur yang Upahnya Tak Seberapa

Serba-serbi Warga

Sang Pahlawan di Cianjur yang Upahnya Tak Seberapa

Ikbal Selamet - detikJabar
Sabtu, 15 Okt 2022 11:23 WIB
Para Retana di Cianjur.
Para Retana Cianjur. (Foto: Istimewa)
Cianjur -

Bencana banjir dan longsor melanda Cianjur selama sepekan terakhir. Beberapa keluarga pun kehilangan tempat tinggal akibat rumahnya rusak parah. Namun tidak ada korban jiwa dalam setiap peristiwa tersebut.

Di balik minimnya korban dalam setiap peristiwa bencana di Cianjur, ada peran para relawan. Para relawan yang tergabung dalam Relawan Tangguh Bencana (Retana) ini ada 24 jam yang siap siaga melakukan mitigasi jika ada potensi bencana hingga mengevakuasi segera para korban bencana alam.

Meski tak dibayar, para Retana di Kabupaten Cianjur yang berjumlah sekitar 1.000 orang ini menjadi garda terdepan saat bencana terjadi. Salah satunya ialah Irlan Tamliho, anggota Retana yang bertugas di Kecamatan Campaka, tepatnya di Desa Cimenteng.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria ini bergabung menjadi Retana sejak 2019 lalu. Selama tiga tahun itu, dirinya ditugaskan di banyak peristiwa kebencanaan, mulai dari bencana longsor, banjir, pergerakan tanah, hingga puting beliung di berbagai wilayah di Cianjur.

"Saya sudah tiga tahun lebih jadi relawan kebencanaan. Kalau penempatan utamanya di Desa Cimenteng, tapi sering juga ikut dalam penanganan kebencanaan di desa atau kecamatan lain di Cianjur," ungkap Irlan kepada detikJabar, Sabtu (15/10/2022).

ADVERTISEMENT

Dalam banyak kejadian itu, banyak pengalaman yang dia dapatkan, mulai dari pengalaman menegangkan, mengharukan, hingga membuatnya berlinang air mata.

Peristiwa yang paling menyayat hati ialah ketika mengevakuasi para korban bencana alam yang meninggal dunia. Momen ketika jenazah ditemukan dengan disambut tangisan keluarga tak ayal membuatnya turut meneteskan air mata.

"Jangankan ketika mengevakuasi korban meninggal akibat bencana, melihat warga yang rumahnya rusak parah pun sedih, apalagi yang dari orang tidak mampu. Membayangkan mereka harus kehilangan tempat tinggal. Tapi ada juga momen yang membahagiakan, ketika ada korban yang berhasil dievakuasi dengan kondisi selamat, perjuangan selama evakuasi berbuah manis sehingga korban bisa berkumpul lagi dengan keluarganya," ucap dia.

Pemasukan minim dan dukungan besar sang istri. Simak di halaman selanjutnya.

Ia mengungkapkan para relawan tidak mendapatkan gaji. Setiap bulan para Retana hanya mendapat insentif Rp 100 ribu. Untuk kebutuhan sehari-hari, dirinya mendapatkan upah dari bekerja di galian pasir.

"Tidak digaji, hanya insentif, itupun kecil. Jangankan untuk dibawa ke rumah, untuk ongkos selama terjun ke lokasi bencana juga sudah habis. Ya kalau untuk (menghidupi orang) ke rumah saya kerja, begitu juga relawan yang lain. Untuk kebutuhan keluarga mereka punya pekerjaan masing-masing," ungkap dia.

Aktivitas Retana Cianjur.Aktivitas Retana Cianjur. Foto: Istimewa

Namun dia menegaskan menjadi relawan bukan perkara materi, melainkan urusan hati dan kemanusiaan. "Kalau ngejarnya uang, jangan jadi relawan. Tapi lebih ke panggilan jiwa untuk kemanusiaan. Saya tidak bisa memberi lebih dan membantu secara materi bagi para korban bencana, jadi saya bantu dengan tenaga," ucap dia.

Irlan mengaku jika istrinya pun turut mendukung, bahkan kerap kali menyuruh berangkat jika ada kejadian bencana. Meski harus beberapa hari hingga sebulan lebih di lokasi bencana, sang istri tak pernah mengeluh, melainkan terus memberi semangat dan memanjatkan doa agar dirinya diberi keselamatan selama bertugas.

"Alhamdulillah punya istri mendukung, ketika tugas kan sebenarnya tidak ada penghasilan karena tidak bekerja. Tapi ternyata istri sudah mengatur semuanya, uang yang didapat saat bekerja ditabung untuk keperluan di rumah jika saya ada tugas untuk kegiatan kebencanaan," tuturnya.

Di sisi lain, Sekretaris BPBD Kabupaten Cianjur Rudi Labis, mengungkapkan Retana merupakan tim relawan bentukan BPBD. Mereka selalu dijadikan garda terdepan dalam pencegahan hingga penanganan pasca bencana.

"Seperti di musim hujan atau cuaca ekstrem ini, mereka semua kami tugaskan untuk siaga 24 jam. Memantau potensi hingga melakukan upaya penanganan darurat jika terjadi bencana," kata dia.

Ia mengakui para relawan ini hanya diberi insentif dengan nilai kecil. Tetapi dirinya tengah berusaha agar insentif bagi para relawan dinaikan, agar kerja keras mereka dalam tugas kemanusiaan bisa lebih dihargai.

"Mungkin nanti penambahannya tetap tidak seberapa, dibandingkan tanggung jawab dan risiko yang dihadapi. Tapi setidaknya ada perhatian lebih pada para pejuang kemanusiaan ini," ungkapnya.



Hide Ads