Azan subuh baru saja selesai dikumandangkan. Fidiansyah Eka (12), bocah asal Desa Neglasari, Kecamatan Purabaya, Kabupaten Sukabumi sudah bersiap untuk berangkat ke SDN Cilele yang terletak di seberang Sungai Cikaso.
SDN Cilele 2 berada di Desa Pabuaran, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Sukabumi. Sekolah itu paling dekat dengan tempat tinggal bocah yang akrab disapa Fidi itu. Selesai mengenakan sepatu bergegas bocah kelas VI itu berlari mengejar rombongan teman-temannya.
"Berangkat setiap hari pukul 05.30 WIB, karena kan harus jalan kaki dulu sampai tepi sungai. Kalau cuaca agak gerimis suka was-was juga takutnya di hulu sungai airnya deras dan kita kesulitan melintas," ungkapnya saat ditemui detikJabar, Rabu (12/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beruntung bagi Fidi dan teman-temannya, pagi itu meskipun gerimis aliran Sungai Cikaso sedang bersahabat. Petugas kepolisian dan koramil juga berada di lokasi membantu menyebrangkan mereka. Tangan kecilnya kemudian melepas sepatu yang dikenakan, begitu juga dengan teman-temannya.
Fidi mengaku takut terpeleset karena pijakan rakit yang licin, bambu yang disusun sedemikian rupa itu adalah akses transportasi satu-satunya untuk menuju ke desa seberang.
"Kalau ada air di bambu takut jatuh, bambu-bambunya kan licin. Kalau begitu saya lepas sepatu, terus tangan saya pegangan ke bambu di bawah," ujarnya.
Enam tahun lamanya Fidi melakukan aktivitas serupa setiap harinya demi mengenyam pendidikan sekolah dasar. Pertama masuk SD, dia diantar orang tuanya atau kerabatnya yang lebih dewasa saat melintas menggunakan rakit.
"Inginnya sih dibangun jembatan, agar lebih enak saat melintas. Tidak harus takut-takut, meskipun hanya sebentar (melintas) tapi takutnya tiba-tiba air besar," lirihnya.
Di Desa Pabuaran, Deri salah seorang pendidik di SDN Cilele 2 mengaku aktivitas menyeberangi sungai menggunakan rakit sudah biasa dilakukan pelajar dari Desa Neglasari dan sekitarnya yang berada di seberang sungai. Sebagai pendidik, terkadang ia dihantui rasa cemas ketika hujan turun.
"Aktivitas mereka dari kampung sebelah Desa Neglasari, Kecamatan Purabaya. Ada sebagian siswa yang sekolahnya ke SDN Cilele 2 setiap hari aktivitas mereka seperti itu, kalau malamnya hujan besar ya mereka meliburkan diri tidak sekolah," ungkap Deri.
Pihak sekolah bukan berdiam diri, kadang sejumlah guru mendatangi para pelajar yang bertahan di rumah karena tidak bisa melintasi sungai. Atau solusi lain, guru-guru membagikan buku paket untuk mereka pelajari selama tidak sekolah.
"Sering guru yang home visit supaya pembelajaran tetap berjalan, atau di kasih buku paket buat belajar. Ada 15 siswa dari seberang yang sekolah ke sini," imbuhnya.
"Rakit ini bahaya, kalau untuk imbauan karena sudah biasa ya anak-anak tu kalau bicara takut kami juga takut terjadi apa-apa pada siswa kami. Hanya karena tidak ada akses lain, akhirnya ya mereka juga memberanikan diri. Tapi alhamdulillah selama ini tidak ada yang sampai terbawa arus," ujar Deri menambahkan.
(sya/mso)