Ratusan jiwa melayang dalam tragedi Kanjuruhan. Pelatih Arema FC Javier Roca mengungkap momen pahit hingga meninggalnya korban dipelukan pemain Arema FC.
Hal itu diungkapkan Roca kepada media Spanyol, Cadene Ser. Dilansir dari detikSport, Roca jadi saksi banyak korban bergelimpangan.
"Kami tidak pernah mengira ini akan terjadi. Para pemain memiliki hubungan yang baik dengan para penggemar. Saya pergi ke ruang ganti, dan beberapa pemain tetap berada di lapangan," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketika saya kembali dari konferensi pers. Saya melihat tragedi dan kasus di dalam stadion. Para pemain lewat dengan membawa korban di tangan mereka," tutur Javier Roca.
Roca menuturkan ada korban yang masuk ke ruangan untuk dirawat oleh tim dokter. Dari 20 orang, empat orang di antaranya meninggal dunia.
"Yang paling mengerikan saat korban masuk untuk dirawat oleh tim dokter. Sekitar dua puluh orang masuk dan empat meninggal. Ada suporter yang meninggal di pelukan pemain," katanya.
Tragedi di Stadion Kanjuruhan terjadi usai laga Arema vs Persebaya FC, yang berakhir 2-3 untuk kekalahan Singo Edan. Suporter tuan rumah yang kecewa kemudian memasuki lapangan untuk memprotes pemain.
Aksi suporter, menurut kesaksian beberapa suporter, ditanggapi aparat dengan brutal. Pendukung yang masuk dipukul mundur, dengan puncaknya ditembaki gas air mata.
Gas air mata itu yang membuat kepanikan pecah sampai ke tribune. Asap pedas dan menyesakkan membuat penonton berebut keluar stadion. Di tengah suasana panik itu, banyak yang akhirnya terinjak-injak dan kehabisan nafas.
Presiden Joko Widodo sampai memerintahkan agar kompetisi Liga 1 disetop sementara. Sementara dari pihak PSSI, federasi kemudian menjatuhkan sanksi agar Arema tak boleh lagi menggelar pertandingan di kandang sampai akhir musim.
(dir/dir)