Namanya adalah Silfi. Di usianya yang masih berumur 4 tahun, Silfi tumbuh dengan fisik berbeda dibanding anak sebayanya.
Kaki sebelah kiri Silfi, telat tumbuh secara ekstrem. Sehingga kini memiliki ukuran jauh lebih pendek sekitar 20 Sentimeter daripada kaki kanannya.
Meski begitu, Silfi sebagaimana anak sebayanya tumbuh begitu aktif bergerak ke sana-sini. Anak perempuan dari seorang ibu bernama Iim ini tak begitu kesulitan beradaptasi dengan lingkungannya, bahkan tak nampak ada rasa minder saat bertemu orang lain meski dalam kondisi tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ibu Silfi, Iim memang mendorong anak perempuannya itu untuk berkembang sebagaimana anak lainnya. Iim ingin mendorong Silfi agar percaya diri dengan kondisinya dan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki.
"Kalau kendala ngurusin dia, nggak ada yah. Soalnya saya udah membiasakan dia kayak anak normal aja. Dibiasain sama saya memang sengaja biar dia bisa mandiri," kata Iim saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.
Iim bercerita, anak perempuannya sudah mengalami kelainan ukuran kaki yang berbeda semenjak ia dilahirkan. Saat itu, kaki kiri Silfi memiliki ukuran lebih pendek 5 centimeter dengan kaki kanannya. Meski ada kelainan, Iim tetap memberikan kasih sayang yang penuh kepada anak keduanya itu.
Seiring pertumbuhannya, kelainan di kaki kiri Silfi makin bertambah ekstrem. Sebab, pertumbuhan kakinya dalam setahun hanya mencapai 2-3 milimeter. Kini setelah Silfi berusia 4 tahun, ukuran kaki kirinya menjadi lebih pendek sekitar 20 centimeter dibanding kaki kanannya yang tumbuh normal.
"Kelainannya udah dari lahir, jadi si perkembangan si tulangnya tuh telat yang sebelah. Yang satu normal, perkembangannya bagus, tiap bulan tumbuh, tapi kalau yang satu lagi tuh pertumbuhannya telat banget," ungkapnya.
Iim tinggal di daerah Cigadung Wetan, Kota Bandung. Ia dikaruniai 3 anak dan sehari-hari menjadi ibu rumah tangga. Sementara suaminya, bekerja sebagai buruh harian lepas.
Karena sudah membiasakan Silfi seperti anak normal, anak kedua Iim itu sudah tak kaku lagi melakukan aktivitas seperti teman-teman sebayanya. Mulai dari bermain dengan teman seumurannya, naik turun tangga, hingga berjalan cukup jauh tanpa harus mengandalkan bantuan orang lain.
Iim juga bersyukur keluarga dan lingkungan sekitarnya turut memberikan dukungan untuk pertumbuhan Silfi. Iim mengaku tak pernah mendapatkan tindakan tak menyenangkan dari tetangga, maupun perilaku bully dari teman sebaya Silfi yang notabene merupakan anak di bawah umur.
"Saya nggak pernah melarang karena takut minder atau apa, justru saya tuh mendorong dia punya percaya diri dengan diri dia yang berkekurangan gini. Lingkungannya juga mendukung, di rumah, di luar, di sekolahan pada mendukung semuanya. Kadang temen sebayanya ada yang suka bertanya, kenapa kakinya begitu, sakit atau apa, dia cuma bilang iyah kaki teteh sakit, udah gitu aja," tuturnya.
Pada kesempatan itu, Iim turut mendapat bantuan alat bantu kaki palsu dari salah satu BUMD untuk Silfi. Alat bantu ini pun diterima secara antusias oleh Iim yang diyakini bisa membantu pertumbuhan anaknya lebih aktif lagi.
"Ini dapet alat bantu biar si dedenya jalannya bisa normal, ukuran kakinya biar sama. Udah dicoba sebelum pembagian, dicobain, ternyata ke si dede enak, nyaman. Sekarang jadi lebih aktif lagi jalannya. Cuma karena belum terbiasa, masih terbata-bata yah," ungkapnya.
Sebelum mengakhiri perbicangan dengan detikJabar, Iim tak kuasa membendung tangisnya. Air matanya pun keluar karena mengingat betapa gigihnya Silfi di matanya yang notabene masih berumur 4 tahun dan memiliki kondisi fisik tersebut.
Bagi Iim, ia dan suaminya menginginkan Silfi kelak menjadi orang yang sukses. Ia yakin dengan keterbatasan itu, Silfi mampu tumbuh menjadi orang yang lebih percaya diri lagi saat dewasa dan bisa menjadi anak yang membanggakan orang tua.
"Kepengennya sih banyak, pengen dia sukses biar nggak kayak orang tuanya. Dengan keterbatasan dia, saya tuh ngedorong dia lebih percaya diri, lebih sukses dari orang tuanya meskipun dia berketerbatasan begini," ujar Iim sembari menyeka air matanya yang keluar itu.
Usai berbincang dengan Iim, Silfi yang dari tadi sibuk bermain sendiri lalu datang menghampiri ibunya. DetikJabar sempat mengobrol singkat dengan anak berusia 4 tahun tersebut. Lalu dengan polosnya, Silfi punya cita-cita jika sudah dewasa nanti ia ingin menjadi seorang dokter supaya bisa membantu orang lain.
"Cita-citanya pengen jadi dokter," ucap Silfi singkat sekaligus mengakhir perbincangan tersebut.
(ral/orb)