Kisah Hartono, Driver Ojol Tunarungu Bandung

Kisah Hartono, Driver Ojol Tunarungu Bandung

Wisma Putra - detikJabar
Sabtu, 17 Sep 2022 01:45 WIB
Keterbatasan tak halangi semangat Hartono untuk mencari nafkah. Dengan motornya ia mengumpulkan rezeki sebagai seorang driver ojek online. Berikut kisahnya.
Semangat Hartono, Driver Ojol Disabilitas Bekerja di Tengah Keterbatasan. (Foto: Wisma Putra/detikcom)
Bandung - Notifikasi pesanan Gofood bergetar di ponselnya, Hartono (38) pun langsung bergegas menuju restoran untuk mengambil pesanan makanan milik pelanggannya.

Dengan mengikuti tanda arah yang ada di maps, Hartono pun memacu sepeda motor matic miliknya menuju ke sebuah resto di Jalan Sumbawa, Kota Bandung.

Sekedar diketahui, pria yang lahir di kota pahlawan Surabaya itu adalah penyandang tunarungu. Meski memiliki keistimewaan, dia dapat menafkahi istri dan anaknya dengan bekerja sebagai ojol.

Sekitar lima menit berkendara, Hartono pun sampai di restoran tujuan. Tidak menunggu lama, Hartono langsung mengambil makanan tersebut dan memasukkan ke boks Gofood miliknya. Makanan itu langsung diantarkan Hartono kepada pelanggan di Jalan Wastukencana.

Bintang lima didapat Hartono setelah menyelesaikan transaksi, tak hanya mengantarkan makanan, Hartono juga sudah terbiasa mengantarkan penumpang dan paket.

Baik untuk pemesan makanan, paket atau penumpang, Hartono menggunakan stiker khusus yang diperlihatkan langsung dan dipasang di belakang helm miliknya untuk digunakan sebagai media komunikasi dengan pelanggannya.

Stiker khusus itu, memiliki keterangan sebagai berikut:

SAYA TUNARUNGU/DEAF
Mohon Kerjasamanya
20 Meter Sebelum Belok: Tepuk Pundak Saya
Belok Kanan: Tepuk Pundak Kanan
Belok Kiri: Tepuk Pundak Kiri
Berhenti: Tepuk Keduanya
Terimakasih

"Saya (pasang stiker) di helm, ini kanan (sambil tepuk pundak kana), ini kiri (tepuk pundak kiri), ini stop (tepuk dua pundak) dan terimakasih," kata Hartono kepada detikJabar, belum lama ini.

Hartono berujar, karena sekarang sudah ada aplikasi maps, dirinya tak merasa sulit untuk menemui penumpang. Saat bertemu dengan penumpangnya, Hartono pun memperlihatkan stiker yang dipasang di helm miliknya. "Saya tunarunggu, mohon kerjasama, 20 meter sebelum belok tepuk pundak saya," ujarnya.

9 Tahun Jadi Ojol

Hartono menuturkan, ia sudah menjadi driver ojol dan bergabung bersama salah satu perusahaan ojek online sejak tahun 2013. Sebelum bekerja sebagai driver ojol, ia bekerja menjadi sopir.

"Pertama kerja sopir, kirim barang, Banyuwangi, Bali, terus ada temen ngajak. Dia tanya kerja apa, saya kerja pabrik, sopir, kirim barang. Setiap hari dapat berapa? Rp 80 Ribu, capek kerja (sopir). Kamu mau kerja Gojek? Saya pikir dulu, saya mau daftarlah Gojek, tahun 2013, bisa lancar (gunakan aplikasi) sampai satu bulan," ungkap Hartono sambil menirukan perbincangan bersama temannya pada saat ia pertama bekerja menjadi driver ojol.

Saat ini Hartono tinggal bersama istrinya, Jessica Oktavia (32) sesama penyandang tunarungu di Jalan BKR, Kota Bandung dan sudah dikaruniai anak yang dilahirkan secara normal tanpa memiliki kekurangan seperti ayah dan ibunya bernama Jason Haniel Liem yang kini berusia lima tahun.

Hartono menuturkan, dalam seminggu ia hanya narik selama enam hari dan waktunya pun menyesuaikan, antar jemput anak sekolah dan antar jemput kakak istrinya yang bekerja di kawasan Baleendah.

"Saya biasa, Hari Senin anter kakak istri mulai jam 8 sampai off jam 4 sore, jemput lagi kakak istri. Besok kerja, dari pagi, pulang jam 10-11 malam," tuturnya.

Meski penghasilan tak tentu apalagi saat BBM bersubsidi jenis Pertalite naik harganya. Meski demikian, Hartono mengaku penghasilan menjadi driver ojol lebih baik dibandingkan ia bekerja menjadi sopir.

"Sehari Rp 200 ribu, kalau tidak hujan dari pagi sampai malam bisa Rp 300 ribu. Waktu dulu itu bagus bisa dapat Rp 400-500 sehari (sebelum COVID-19 dan BBM naik)," jelas Hartono.

Menurutnya, penghasilan Rp 200-300 ribu adalah penghasilan kotor. Sejak BBM naik, Hartono menghabiskan bensin 5-6 liter per hari, atau Rp 50-60 ribu per hari.

Hartono menyebut, meski dirinya sempat mendapatkan dampak badai corona yang membuat penghasilan berkurang, hingga BBM naik, Hartono tetap bersyukur.

Meskipun harus bekerja di tengah keterbatasan, Hartono mengatakan, semua berhak memiliki masa depan yang baik. Hartono mengajak sesama penyandang tunarungu untuk tetap bekerja. Apapun itu pekerjaannya.

"Ayo kerja, kamu pikirin masa depan bagaimana, kalau kamu besar (minta uang ke orangtua) malu. Teman-teman ayo kerja buat masa depan," ujar Hartono.

Pelangan Puas

Salah satu pengguna ojek online, Evi Damayanti (40) mengatakan, pelayanan driver ojol tunarungu sama seperti driver pada umumnya.

"Saya sering naik ojek online penyandang tunarungu, ada di aplikasi juga memberikan keterangan drivernya tunarungu," kata Evi.

Sama dengan Hartono, driver tunarungu lain juga kerap membawa stiker yang menyebutkan jika driver tersebut merupakan penyandang tunarungu.

"Pas nganter makanan juga dia bawa stiker, bahwa dia (penyandang tuna rungu), dia tidak mau membohongi konsumen," ujarnya.

Gojek Beri Kesempatan Sama Bagi Penyandang Disabilitas

Head of Regional Corporate Affairs Gojek Central West Java Mulawarman mengatakan, penyandang disabilitas memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja, meski cara yang dilakukan berbeda.

"Kami melihat masih banyak orang yang menganggap disabilitas itu sebuah hambatan. Kami juga ingin konsumen mengubah persepsi bahwa disabilitas itu tidak bisa berkarya, karena mereka juga punya skill," ujar Mulawarman kepada detikJabar.

Sementara itu, District Head Gojek Kota Bandung Faris Priyanto mengatakan, pihaknya percaya dengan kemampuan teknologi yang dimiliki untuk menyediakan lapangan pekerjaan, akses terhadap sumber nafkah yang adil buat semua masyarakat termasuk disabilitas.

"Program-program yang kami sediakan ada safety rideing, kemudian tips pintar, kemudian juga ada kita mengajak keluarga mitra untuk bergabung dengan kita di Gofood agar suaminya, istrinya, punya sumber nafkah yang berasal dari platformnya Gojek," tuturnya.

Menurutnya, di Kota Bandung sendiri ada sekitar 15-20 driver ojol yang bergabung dengan Gojek. Sementara untuk di Indonesia angkanya mencapai 1 persen lebih.

"Kebetulan di Indonesia kita sudah menampung lebih dari 1 persen mitra seluruh Indonesia yang berasal dari penyandang disabilitas. Sesuai dengan peraturan pemerintah, kalau saya tidak salah BUMN minimal 2 persen, swasta 1 persen, alhamdulillah kita sudah lebih dari 1 persen," tuturnya.

Gojek membuka diri untuk merekrut pekerja yang berasal dari penyandang disabilitas. "Sama sekali tidak ada (penolakan), kami buka akses secara umum, terutama untuk penyandang disabilitas," ucapnya.

"Tidak ada kesulitan yang secara spesifik berasal dari penyandang disabilitas, karena sebenarnya mereka mempunyai kemampuan yang sama persis dengan mitra lain yang bukan penyandang disabilitas," pungkasnya. (wip/iqk)



Hide Ads