Pengeroyokan Santri Garut Dipicu Hilangnya HP di Dalam Ponpes

AH (16), seorang santri di Garut diduga menjadi korban kekerasan oleh teman-temannya sendiri. Kekerasan tersebut diduga terjadi di dalam pesantren.

Neneng Nuryana, orang tua AH saat dikonfirmasi detikJabar, Selasa (13/9/2022) mengatakan, kejadian tersebut diketahui berlangsung pada Juli 2022 silam.

"Kejadiannya malam. Bukan pemukulan saja tapi pengeroyokan," kata Neneng.

Neneng menjelaskan aksi pengeroyokan anaknya tersebut bermula dari kejadian hilangnya telepon genggam milik seorang teman AH.

Di malam saat kejadian, AH, dikatakan Neneng diinterogasi dan disuruh mengakui telah mencuri HP oleh teman-temannya.

"Ada bahasa, anak saya disuruh mengaku saja agar tidak dipukuli. Anak saya kemudian mengaku, tapi setelah mengaku, malah dipukuli," kata Neneng.

Neneng mengungkap AH mengalami tindakan pengeroyokan. Selain dipukul dan ditendang, AH juga disuruh meminum air kotor bekas makanan.

"Dipaksa untuk minum dan disiram," ungkap Neneng.

Neneng mengaku memaafkan kejadian tersebut selama dua bulan ini. Dengan harapan, pihak pesantren bisa memediasi perkara dengan para pelaku yang disebut Neneng berjumlah belasan orang.

Namun, kata dia, hingga saat ini mediasi yang diharapkan Neneng tidak terlaksana. Neneng mengatakan, anaknya malah seolah-olah dijadikan pelaku oleh pihak pesantren.

"Belum lama, ada surat panggilan dari pesantren. Tapi yang dipanggil hanya anak saya, dan seorang temannya yang menjadi saksi," kata Neneng.

Neneng kemudian melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian. Laporan dibuat pada tanggal 11 September 2022, di Polres Garut.

Hingga berita ini dimuat, belum ada keterangan resmi dari pihak pesantren tersebut. Namun, kabarnya pihak pesantren akan segera buka suara terkait kejadian tersebut.