Sebuah tugu berbentuk angka nol yang terbuat dari besi kemudian dibubuhi cat berwarna oranye dan hijau di tengah Alun-alun Kota Cimahi bisa dengan mudah diartikan oleh siapapun jika lokasi tersebut merupakan titik 0 kilometer.
Lokasinya berada di pusat kota yang juga menjadi pusat segala kegiatan warga Kota Cimahi. Hal itu juga lah yang mendasari pemilihan taman Alun-alun sebagai titik nol kilometer Kota Cimahi.
Namun apakah benar jika Alun-alun merupakan titik 0 kilometer Kota Cimahi? Pegiat sejarah Kota Cimahi Mahmud Mubarok mengatakan jika kota dengan julukan 'kota militer' itu sebetulnya tak punya titik nol kilometer.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebetulnya tidak memiliki posisi atau lokasi nol kilometer, karena kan pengukuran itu nol kilometer itu dari arah Bandung," ujar Mahmud kepada detikJabar belum lama ini.
Jika merunut sejarahnya, kata Mahmud, tak ada tugu atau monumen sebagai titik nol kilometer di Kota Cimahi. Justru yang ada, yakni penanda titik 10 kilometer dari arah Kota Bandung yang berada di daerah Cibabat, Cimahi Utara.
"Yang saya ingat itu titik 10 kilometer itu ada di dekat RS Cibabat. Jadi titik nol dari Bandung, nah 10 kilometernya itu di situ (RS Cibabat). Kemudian titik 20 kilometernya itu ada di kawasan Tagog, Padalarang," tutur Mahmud.
Mengacu pada perhitungan tersebut, ujar Mahmud, kurang pas jika kemudian Alun-alun Kota Cimahi dijadikan sebagai titik nol kilometer. Meskipun, lanjut dia, tak ada salahnya dengan penentuan tersebut karena pada perjalanannya Cimahi memang tak punya titik nol kilometer.
"Alun-alun sendiri nggak pas titik kilometer berapa-berapanya, karena titik kilometer setelah dari Cibabat (10 kilometer) dari Bandung itu adanya di depan Bank BRI, bukan Alun-alun. Jadi punten pisan memang kita (Cimahi) itu tidak memiliki titik nol kilometer," ujar Mahmud.
"Tetapi memang kalau jadi titik 0 kilometer buatan, atau kita ingin menganggap bahwa Alun-alun sendiri sebagai pusatnya Cimahi ya bisa-bisa saja. Cuma kalau dia diukur sebagai titik kilometernya ya sepertinya bukan," kata Mahmud.
Ia mengatakan bakal ada perbedaan tafsiran soal ketepatan letak titik nol kilometer sebuah daerah termasuk di Cimahi. Misalnya acuan penentuan titik itu pada ruang terbuka, pusat keramaian, dan pusat kegiatan masyarakat.
"Kalau dari sisi pengukuran jalannya ya tidak di situ. Sebetulnya mungkin ada tempat lain yang cocok, yaitu Taman Segitiga Pasar Antri. Saya kira salah satu pusat juga gitukan karena dia ada di tengah, kalau ke utara juga bisa memandang ke utara ke selatan juga bisa lihat ke daerah selatan," tutur Mahmud.
"Pasar Antri itu cocok sebagai pusat, cuma persoalannya dia itu enggak ada di jalur utama dan kemudian bentuknya ya hanya segitiga gitu aja," ucap Mahmud.
Bandung Barat Juga Tak Punya Titik Nol Kilometer
Senasib dengan Cimahi, Kabupaten Bandung Barat (KBB) juga tak punya titik nol kilometer. Apalagi Bandung Barat juga tak punya Alun-alun seperti Cimahi yang bisa dijadikan acuan titik nol kilometer meskipun tidak tepat.
"Memang sama seperti Cimahi (tidak punya titik nol kilometer), apalagi di KBB nggak ada Alun-alun. Minimal kan ada Alun-alun, kalau ini enggak ada. Jadi enggak titik pusat keramaian dan kegiatan masyarakatnya," kata Mahmud.
Namun jika menghitung jarak dari Bandung, titik penting di Bandung Barat ada di Tagog, Padalarang, yang merupakan titik 20 kilometer. Tagog sendiri dari sejarahnya, berfungsi sebagai tempat 'nagog' atau jongkok menunggu bagi masyarakat yang hendak menggunakan moda transportasi.
"Jadi Tagog itu titik 20 kilometernya. Kalau mengacu ke sejarah, Tagog itu tempat nagog masyarakat. Karena dulu kan transportasinya kuda, nah ketika mereka menunggu kuda itu mereka berjongkok atau nagog sambil menunggu. Nah itu memang jadi salah satu pusat keramaian di KBB yang dulu bagian dari Kabupaten Bandung," tutur Mahmud.
(mso/mso)