Situs Megalitikum Gunung Padang tidak hanya banyak dikunjungi saat siang hari. Tidak sedikit juga pengunjung yang berwisata saat malam, baik sekadar menikmati alam hingga wisata sejarah dan religi.
Pesona situs yang usianya diperkirakan lebih tua dari piramida Mesir ini memang mempesona, baik saat siang ataupun malam hari.
Batu yang disusun secara punden berundak hingga membentuk piramida di atas perbukitan ini membuat siapa saja yang melihatnya dibuat kagum. Kehebatan arsitektur leluhur terpampang megah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koordinator Juru Pelihara Situs Gunung Padang Nanang Sukmana mengatakan Gunung Padang memiliki fenomena alam yang unik, terlebih saat malam ke-14 di bulan hijriah atau saat bulan purnama. Kawasan puncak atau teras utama akan tersinari cahaya rembulan yang membuatnya tampak begitu terang meski tanpa pencahayaan.
"Kalau ingin menikmati sinar bulan yang sangat terang biasanya naik di hari ke 13 hingga 15 bulan hijriah. Kalau ingin menikmati bintang-bintang bisa di awal atau akhir bulan hijriah. Ini yang memang menjadi keunggulan Gunung Padang, kata dia, Kamis (8/9/2022).
Selain itu, Nanang menyebut jika hampir setiap harinya ada wisatawan yang berkunjung saat malam hari. Kebanyakan bertujuan untuk berwisata religi, baik sekadar tadabur alam atau bertawasul.
"Tujuannya banyak, ada yang sekadar wisata menikmati pemandangan gunung Padang saat malam hari, tadabur alam, hingga tawasul," kata dia.
Dia menjelaskan setiap orang yang berziarah atau tawasul akan mengalami pengalaman yang berbeda, tergantung pada niat dan tujuannya masing-masing.
Namun, di balik niatan tersebut, Nanang menegaskan jika wisata saat malam hari sekadar berfokus pada menikmati keindahan alam dan kuasa Tuhan yang menciptakan segalanya.
"Terlepas dari niatan masing-masing, yang utama harus memiliki tujuan untuk tadabur alam, meningkatkan keimanan dengan menyaksikan besarnya kekuasaan Sang Pencipta dalam menciptakan alam ini," ujarnya.
(mso/mso)