Jurit Malam: Kegelapan Berselimut Kabut di Gunung Padang Cianjur

Jurit Malam: Kegelapan Berselimut Kabut di Gunung Padang Cianjur

Ikbal Selamet - detikJabar
Kamis, 08 Sep 2022 21:00 WIB
Perjalanan malam di Gunung Padang.
Perjalanan malam di Gunung Padang (Foto: Ikbal Slamet/detikJabar).
Cianjur -

Sebuah gapura bermotifkan bebatuan memanjang bertuliskan Situs Megalitikum Gunung Padang menyambut perjalanan di malam itu. Perjalanan menyusuri situs purbakala yang konon katanya lebih tua daripada piramida Mesir.

Ramainya wisata sejarah saat siang seketika berubah di kala sang mentari terbenam. Hanya sunyi dan pemandangan gelap yang menemani perjalanan dari gapura menuju pintu masuk utama Situs Gunung Padang.

Rembulan yang seyogyanya menjadi penerang di kala malam pun bersembunyi di balik awan gelap diiringi turunnya kabut. Semakin malam, kabut pun makin menebal, membuat pandangan mata tak mampu menikmati indahnya suasana Gunung Padang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suasana mencekam mulai terasa di langkah pertama menyusuri anak tangga yang curam menuju puncak struktur bebatuan yang dibangun leluhur itu.

Sebelum melanjutkan perjalanan, biasanya pengunjung dianjurkan untuk membasuh wajah hingga meminum air dari kolam ci kahuripan atau air kehidupan dengan tujuan membersihkan diri sebelum memasuki kawasan yang dulunya menjadi tempat sakral sekaligus peribadahan bagi masyarakat zaman dahulu.

ADVERTISEMENT

Kabut tebal dan dingin yang menusuk tubuh saat kaki menyusuri tangga langkah demi langkah. Tak ada suara kebisingan kendaraan, hanya nyanyian hewan malam yang menemani perjalanan yang melelahkan.

Tak ada penerangan di sepajang tangga menuju puncak. Hanya lampu ponsel dan lampu senter dari juru pelihara yang menjadi penerangan seadanya.

Aroma daun pandan pun sesekali tercium, membuat sebagian orang yang percaya hal goib mungkin seketika akan merinding. Namun, juru kunci menenangkan dengan menyebut jika aroma tersebut bersumber dari musang yang sedang mencari makanan.

Sampai di puncak, dua buah batu yang menjadi gerbang masuk di teras utama serta pohon yang besar menyambut perjalanan di malam itu.

Beruntung karena hanya pohon besar yang dedaunnanya terhembus angin yang menyambut. Sebab berdasarkan mitos yang beredar di masyarakat sekitar, sesekali sosok gaib penjaga Gunung Padang akan menyambut pengunjung yang naik saat malam. Sosok itu berperawakan gagah dengan pakaian layaknya prajurit di masa kerajaan.

"Kepercayaan masyarakat di sini ada sosok penjaga di pintu masuk menuju teras utama. Tapi jarang menampakan diri, saya sendiri pun sampai sekarang belum pernah melihat. Namun, konon ada yang pernah lihat. Tapi katanya tidak untuk menakuti, tapi sebatas berjaga menyambut," ungkap Koordinator Juru Pelihara Gunung Padang Nanang Sukmana, Rabu (7/9/2022).

Memasuki teras pertama Situs Gunung Padang, suasana dingin dan mencekam saat di pintu masuk seketika berubah. Badan yang semula kedinginan menjadi begitu hangat.

Bahkan bukannya menyeramkan, aura di lingkungan teras utama begitu menenangkan dan seolah begitu hangat layaknya berada di tengah keramaian.

Jika beruntung, bahkan kita akan mendengar suara banyak orang tengah berdiskusi di beberapa titik teras yang menyerupai kursi dan meja pertemuan tersebut.

"Saya pernah mengalami, ketika naik sendirian ke puncak ingin menikmati suasana sunyi di puncak, tiba-tiba terdengar suara orang sedang mengobrol. Suaranya memang samar, namun saya tahu jika mereka menggunakan bahasa sunda zaman dahulu yang begitu halus. Suasana itu hilang ketika saya mencoba mendekati sumber suaranya," ungkap Nanang.

Pekatnya gelap malam pun sejenak hilang begitu awan gelap pergi membuat rembulan memancarkan sinarnya di antara kabut. Pemandangan indah bebatuan pun bisa sedikit terlihat.

Bahkan jika di saat bulan purnama atau orang Sunda menyebut caang bulan 14 yang merujuk pada tanggal 14 bulan hijriah, fenomena alam yang menakjubkan bisa dirasa. Sinar bulan menerangi seluruh Puncak Gunung Padang, membuatnya terlihat jelas meski tanpa sinar lampu atau penerangan lainnya.

Di puncak, kita akan dibawa menyusuri setiap lokasi sakral hingga peninggalan unik, mulai dari batu gamelan di teras pertama, tapak kujang dan kaki macan di teras keempat, hingga singgasana raja di teras kelima.

Pada teras kelima, tepatnya di batu singgasana, pengunjung akan merasakan aura yang unik. Dimana rasa tenang nan suasana hangat begitu terasa, meski aura mistis juga bisa dirasakan.

Nanang mengatakan di teras kelima itu, pengunjung yang memiliki niat untuk tawasul dan tadabur alam mengakhiri perjalanannya. Masing-masing pengunjung biasanya akan mengalami fenomena gaib berbeda.

"Tergantung dari keyakinan, biasanya ada yang bisa merasakan dan mengalami fenomena gaib, tetapi banyak juga yang tidak merasakan," kata dia.

Bahkan bagi beberapa orang yang memiliki kelebihan, akan diberikan penglihatan masa lalu terkait Gunung Padang. "Bagi yang bisa masuk dalam kondisi tertentu pada tubuhnya, benar-benar tenang. Ketika bermunajat itu akan diberi pengelihatan, bagamana bangunan yang unik ini dibangun," ujar Nanang.

Namun di balik segala mitos dan cerita mistis kala menjajaki Gunung Padang di malam hari, situs megalitikum tersebut merupakan wujud kehebatan arsitektur leluhur.

Bangunan berupa bebatuan yang disusun secara punden berundak ini dibangun dengan memperhatikan detil yang begitu geometris. Dimana Gunung Padang ini ternyata mengarah ke Gunung Gede Pangrango di sebelah utara situs.

Situs purbakala ini disusun menggunakan batu alam atau yang dikenal dengan nama batuan kekar kolom (coloumnar joint) dengan bentuk persegi lima memanjang.

Arkeolog Sekaligus Tim Terpadu Riset Mandiri Gunung Padang Ali Akbar, menjelaskan ditemukan fakta jikabasa beberapa lapisan bangunan di situs tersebut. Masing-masingnya dibangun di periode atau tahun berbeda.

Termuda di lapisan yang saat ini terlihat, dibangun pada 500 masehi. Namun, di beberapa meter di dalam tanah, ditemukan juga struktur bangunan yang usianya lebih tua atau dibangun pada 500 sebelum masehi.

Bahkan pada lapisan berikutnya atau pada 4 meter di dalam tanah, ditemukan juga struktur lapisan bangunan yang setelah diteliti usianya sudah sangat tua, yakni berusia 5200 sebelum masehi.

Bahkan menurut Ali, jika dilakukan ekskapasi lebih mendalam, kemungkinan akan ditemukan lagi struktur bangunan yang usianya lebih tua. Termasuk berpotensi ditemukan juga ruangan-ruangan selayaknya bangunan piramida.

"Ini dibangun tidak dalam satu periode, jadi kemungkinan ada struktur bangunan lagi. Karena kan kalau dilihat, dari satu bangunan ditimbun kemudian dibangun lagi di atasnya. Dari penelitian juga didapati ada rongga di bawah tanah, kemungkinannya rongga itu terbentuk secara alami atau sengaja dibuat suatu ruangan oleh leluhur kita. Tapi untuk membuktikannya perlu ekskavasi lagi," ucap dia.

Halaman 2 dari 2
(mso/mso)


Hide Ads