Perempatan Jalan Soekarno Hatta-Ibrahim Adjie Bandung, Jabar, dikenal sebagai perempatan 'neraka'. Sebab, siklus perubahan lampu lalu lintas di perempatan ini paling lama di Kota Bandung.
Antrean panjang kendaraan yang pemandang biasa. Apalagi saat jam-jam sibuk. Deru kendaraan saling bersautan, begitu pun suara klakson berbunyi berbarengan saat lampu yang sebelumnya berwarna merah berganti hijau.
Eman, salah seorang pedagang asongan terbiasa melihat pengendara ngedumel karena kemacetan di perempatan 'neraka' itu. Bagi pengendara memang neraka, tapi bagi Eman adalah ladang berburu cuan. Sudah sedekade lebih Eman berjualan asongan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eman mengenakan rompi biru pemberian dari sponsor minuman kemasan. Perantau asal Tasikmalaya itu mengenakan topi dan masker. Di pinggangnya terdapat cemilan, seperti kacang, keripik dan lainnya. Sedangkan, bagian dadanya tertutup kotak berisi produk minuman dan rokok.
Saat lampu lalu lintas berwarna merah. Roda kendaraan berhenti serentak. Kaki Eman langsung bergerak. Satu demi satu ia tawarkan pengendara kopi, rokok dan cemilan. Hanya ada dua momen yang bisa membuat Eman berhenti melangkah, ada yang membeli dan lampu kembali hijau.
"Penghasilan mah tak tentu. Tergantung yang beli saja," ucap Eman saat berbincang dengan detikJabar, Senin (5/9/2022).
Eman enggan bercerita tentang pendapatan hariannya. Eman bersyukur bisa tetap memperjuangkan hidupnya. Kemacetan adalah keberkahan bagi Eman.
"Kalau merah saya jalan, terus saja sampai hijau. Sudah hijau balik ke lampu merah," ucapnya.
Eman bisa menghidupi keluarganya yang di Tasikmalaya dari perempatan 'neraka'. Di Bandung, Eman mengontrak di kamar sederhana.
"Sekarang mah apa-apa serba naik. Ya bismillah saja. Mau gimana lagi," tutur Eman.
Eri punya alasan memilih berjuaan di lampu merah Jalan Soekarno-Hatta-Abrahim Adjie. Eri merasa perempatan ini menjaga asanya untuk tetap memenuhi kebutuhan hidup. Meski hasilnya, tak bisa diprediksi.
"Banyak kendaraan, banyak peluang (jualan laku). Tapi, belum tentu juga dibeli semua. Jadi tergantung, kadang cepat habis, kadang juga lama," kata pedagang onde-onde asal Majalaya itu.
Eri mengaku sebelumnya pernah berjualan asongan di perempatan lalu lintas lainnya. Sementara itu, berjualan onde-onde di perempatan 'neraka' sudah dilakoninya sejak dua tahun silam.
Sementara itu, salah seorang yang pernah merasakan sensasi mengantre untuk bisa menembus 'lampu merah terlama' itu adalah Yanuar (32).
Warga Kabupaten Sumedang mengaku kerap kesal ketika melintas di perempat lampu merah Jalan Soekarno Hatta-Abrahim Adjie, atau yang juga dikenal sebagai 'lampu merah samsat'. Yanuar mengaku kerap terjebak macet hingga setengah jam lebih.
"Kalau jam tertentu dan hari Senin, pagi itu macet. Kesal dan sudah biasa. Pernah saya sampai 45 menit di situ," kata pengguna roda empat itu.
Simak Video "Video Kericuhan di Tamansari Bandung: Gas Air Mata Menyasar Area Kampus"
[Gambas:Video 20detik]
(sud/dir)