Kementerian Agama (Kemenag) RI meradang usai Wali Kota Bandung Yana Mulyana meresmikan Gedung Dakwah Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS). Kemenag menilai sikap Yana bertentangan upaya negara dalam merajut keberagaman.
Siapakah ANNAS hingga kehadirannya menuai polemik. Tak hanya Kemenag, sejumlah organisasi dan lembaga riset pun menyuarakan hal serupa. Ya, menyesalkan kehadiran Yana Mulyana dalam acara peresmian gedung ANNAS.
Dikutip dari situs resmi ANNNAS Indonesia, ANNAS memang terang-terangan menolak keberadaan Syiah di Indonesia. Kala itu, Forum Ulama Ummat Indonesia (FUUI) menggelar rapat terkait fatwa tentang Syiah tepatnya pada 28 Februari 2012. Dalam pertemuan itu, dibahas pula tentang rencana agenda musyawarah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak kurang dari satu bulan setelah fatwa terbit, pada 17 Maret 2012 FUUI membentuk tim khusus. Pertemuan tersebut dimaksudkan untuk menghimpun berbagai usul dan saran berkenaan dengan rencana FUUI mengeluarkan fatwa serta mematangkan agenda Musyawarah Ulama dan Ummat Islam Indonesia untuk kedua kalinya.
Fatwa tentang Syiah pun ditandatangani pada 22 Maret 2012 oleh Ketua FUUI KH Athian Ali, dan seorang penasehat bernama KH Abdul Qodir Shodiq.
Fatwa itu juga menyerukan untuk menjaga kebersamaan. Singkat cerita, pada 22 April 2012 agenda musyawarah pun terlaksana. Musyawarah itu membahas tentang Syiah. Musyawarah FUUI kedua merupakan rahim dari lahirnya gerakan ANNAS.
Masih dikutip situs resmi ANNNAS, setelah beberapa kali menyelenggarakan pertemuan internal pengurus dan dewan penasehat FUUI, pada 20 April 2014 FUUI melaksanakan salah satu amanat musyawarah, yakni menyelenggarakan deklarasi berdirinya ANNAS.
Deklarasi itu diselenggarakan di Masjid Al-Fajr, Jalan Cijagra, Kecamatan Buahbatu, Kota Bandung. Dalam situs tersebut menyebutkan, deklarasi dihadiri oleh belasan orang, pimpinan ormas Islam, pimpinan pimpinan ponpes dari berbagai daerah, dan juga dihadiri oleh Asda III Gubernur Jabar. Singkatnya, ANNAS memilki empat agenda utama dalam gerakannya yang sesuai amanat musyawarah.
Sementara itu, Ketua Umum Pusat ANNAS KH menjelaskan tentang kelompoknya. Athian tak menampik kelompoknya secara terang-terangan anti-syiah. Tapi, di sisi lain, Athian memberi pernyataan bahwa kelompoknya toleran dengan agama apapun.
"ANNAS toleran terhadap perbedaan agama apapun, perbedaan mazhab. Apalagi saya tidak dari ormas tertentu. Saya sangat menghormati NU, saya menghormati Muhammadiyah dan Persis," kata Athian kepada detikJabar, Jumat (2/9/2022).
Athian juga menjelaskan perjalanan ANNAS hingga akhirnya meresmikan gedung dakwah. Selama ini, Athian mengaku mendapat dukungan dari berbagai pihak.
"Mulai dari musyawarah menjelang deklarasi tahun 2012. Hadir Pak Gubernur, waktu itu Pak Aher. Hadir juga Wali Kota waktu itu Dada Rosada," kata Athian.
Sementara itu, dikutip dari detikNews, Staf Khusus Menteri Agama bidang Kerukunan Umat Beragama Nuruzzaman menyesalkan Walikota Bandung Yana Mulyana meresmikan Gedung ANNAS. Menurutnya, hal itu bukan tempatnya seorang kepala daerah yang mendukung sikap ormas yang bertentangan dengan prinsip agama.
Bib Zaman, panggilan akrabnya, ANNAS dianggap secara terang-terangan menebarkan kebencian jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar ajaran agama.
"Jadi menurut saya bukan pada tempatnya Walikota memfasilitasi bahkan mendukung pandangan dan sikap yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran agama. Posisi negara harusnya memoderasi," ujar Bib Zaman dikutip di situs resminya, Jumat (2/9/2022).
(sud/yum)