Peresmian Gedung Dakwah Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS) di Kota Bandung menuai polemik. Sejumlah organisasi pun mengecam.
Awalnya, Wali Kota Bandung Yana Mulyana meresmikan Gedung Dakwah ANNAS yang berlokasi di Jalan RAA Martanegara Kota Bandung, pada Minggu (28/8/2022). Setelah gedung itu diresmikan, muncul kecaman dan menyayangkan sikap Yana Mulyana.
SETARA Institute membuat empat tuntutan terkait sikap Yana yang meresmikan Gedung Dakwah ANNAS itu. Pertama, SETARA Institute mengecam keras kehadiran Yana dan aparatur negara di Kota Bandung serta dukungan mereka terhadap ANNAS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apa yang dilakukan oleh Wali Kota Bandung dan aparat pemerintah di Kota Bandung jelas merupakan keberpihakan nyata dan fasilitasi aktif kepada ANNAS yang, menurut data riset SETARA Institute, kerapkali menjadi pelaku pelanggaran kebebasan beragama atau berkeyakinan pada kategori aktor non-negara," kata Direktur Riset SETARA Institute Halili Hasan dalam keterangan yang diterima detikJabar, Selasa (30/8/2022).
Singkatnya, SETARA Institute mendesak pemerintah pusat untuk meninjau ulang penamaan organisasi ANNAS yang mengandung frasa 'Anti-Syiah', dengan tetap menghormati hak berkumpul dan berorganisasi sesuai jaminan HAM dan hak konstitusional warga. Permusuhan terhadap sesama warga negara yang diekspresikan sebagai nama dan misi organisasi nyata-nyata bertentangan dengan Pancasila dan UUD NRI 1945 yang menjamin kesetaraan warga negara.
"Frasa 'Anti Syiah' sebagai penciri utama ANNAS jelas bertentangan dengan Pasal 3 UU Ormas, yang berbunyi, ormas dapat mencantumkan ciri tertentu yang mencerminkan kehendak dan cita-cita ormas yang tidak bertentangan dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945," katanya.
Usai SETARA Institute menyatakan sikap. Kemenag RI juga rupanya meradang dengan sikap Yana. Staf Khusus Menteri Agama Bidang Kerukunan Umat Beragama Nuruzzaman menyesalkan Wali Kota Bandung Yana Mulyana meresmikan Gedung Dakwah Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS). Menurutnya, hal itu bukan tempatnya seorang kepala daerah yang mendukung sikap ormas yang bertentangan dengan prinsip agama.
Menurut Bib Zaman, panggilan akrabnya, ANNAS, yang dianggap secara terang-terangan menebarkan kebencian, jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar ajaran agama.
"Jadi menurut saya, bukan pada tempatnya Wali Kota memfasilitasi, bahkan mendukung pandangan dan sikap yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran agama. Posisi negara harusnya memoderasi," ujar Bib Zaman dikutip di situs resmi Kemenag RI, Jumat (2/9/2022).
Bib Zaman mengatakan relasi Sunni dan Syiah perlu disikapi secara arif. Organisasi Konferensi Islam (OKI) sendiri, katanya, telah menyatakan Syiah adalah bagian dari Islam. Bahkan Grand Syekh Al Azhar Prof Dr Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb mengatakan umat Islam yang berakidah Ahlussunah bersaudara dengan umat Islam dari golongan Syiah.
Katanya, Sunny dan Syiah adalah saudara dan itu pernah ditegaskan oleh Syekh Ath-Thayyeb saat bertemu para tokoh dan cendekiawan muslim di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 22 Februari 2016.
Selanjutnya, kata Bib Zaman, Syekh Ath-Thayyeb juga mengatakan Islam mempunyai definisi yang jelas, yakni bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah serta menegakkan salat, berpuasa, berzakat, dan beribadah haji bagi yang mampu. Katanya, mereka yang melaksanakan lima hal pokok ini maka dia muslim, kecuali mereka yang mendustakan. Grand Syekh bahkan menilai bahwa tidak ada masalah prinsip yang menyebabkan kaum Syiah keluar dari Islam.
"Saya menyesalkan langkah Wali Kota Bandung. Negara harus merajut keragaman masyarakat agar dapat hidup rukun dan damai. Terhadap perbedaan pandangan, baik di internal agama maupun antaragama, posisi negara adalah memoderasi, memfasilitasi dialog, agar kerukunan tetap terjaga," tegasnya.
Respons Yana Mulyana
Wali Kota Bandung Yana Mulyana dikecam setelah meresmikan Gedung Dakwah Aliansi Nasional Anti Syiah (ANNAS). Peresmian gedung di Jalan RAA Martanegara (Turangga) Kota Bandung itu dilakukan pada Minggu (28/8/2022).
Yana menjelaskan kehadirannya dalam peresmian gedung itu dalam kapasitas sebagai kepala daerah yang memenuhi undangan warga. Sebagai kepala daerah, ia mengaku harus berusaha hadir di tengah masyarakat.
Apalagi Yana menilai, agenda peresmian gedung dakwah itu sebagai pusat syiar ilmu pengetahuan. Ia berharap masyarakat dapat memperoleh banyak kebaikan dari ilmu-ilmu yang disampaikan berbagai pihak secara komprehensif.
Dalam keterangan yang diterima detikJabar, Yana juga membandingkan tentang kehadirannya dalam acara peresmian lainnya. Misalnya peresmian Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Sumber Sari di Kompleks Sumber Sari, Jalan Sumber Sugih, Kecamatan Babakan Ciparay, serta kegiatan keagamaan lainnya.
Menurut pengetahuan Yana, Gedung Dakwah ANNAS ada sejak 2018. Bahkan peletakan batu pertamanya kala itu dilakukan langsung Pjs Wali Kota Bandung almarhum Muhammad Solihin.
"Jadi kehadiran saya dalam kapasitas sebagai Wali Kota memenuhi undangan peresmian gedung dakwah. Karena memang selama ini Pemerintah Kota Bandung sangat mendukung hadirnya pusat-pusat kajian ilmu keagamaan dan gedung-gedung dakwah," kata Yana dalam keterangan yang diterima detikJabar, Rabu (31/8).
Yana mengatakan Pemkot Bandung mendukung kegiatan keagamaan. Namun ia menegaskan pihaknya tidak menginginkan ada pergerakan intoleran.
"Fasilitas keagamaan seperti masjid, musala, termasuk tempat dakwah sangat banyak di Kota Bandung. Ini menunjukkan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung mendukung kegiatan keagamaan yang dilakukan masyarakat. Namun jangan sampai ada pergerakan yang intoleran dan saling menyerang satu sama lain," jelasnya.
Respons Ketua ANNAS
Sementara itu, Ketua Umum Pusat ANNAS KH Athian Ali menjelaskan tentang kelompoknya. Athian tak menampik kelompoknya secara terang-terangan anti-syiah. Di sisi lain, Athian memberi pernyataan bahwa kelompoknya toleran dengan agama apapun.
"ANNAS toleran terhadap perbedaan agama apapun, perbedaan mazhab. Apalagi saya tidak dari ormas tertentu. Saya sangat menghormati NU, saya menghormati Muhammadiyah dan Persis," kata Athian kepada detikJabar, Jumat (2/9/2022).
Athian juga menjelaskan perjalanan ANNAS hingga akhirnya meresmikan gedung dakwah. Selama ini, Athian mengaku mendapat dukungan dari berbagai pihak.
"Mulai dari musyawarah menjelang deklarasi tahun 2012. Hadir Pak Gubernur, waktu itu Pak Aher. Hadir juga Wali Kota waktu itu Dada Rosada," kata Athian.
"Pada waktu deklarasi ANNAS juga waktu itu yang yang mewakili, yang diutus gubernur hadir. Dan, mendukung. Ketika kita muzakara hadir Pak Wagub waktu itu. Dan, ketika peletakan batu pertama, hadir utusan-utusan gubernur, Wali Kota Bandung, kapolres dan semuanya ikut peletakan batu pertama," kata menambahkan Athian.