Penularan HIV/AIDS di Kota Bandung dan sekitarnya tengah jadi masalah yang perlu segera dicari solusinya. Ada sejumlah penyebab, mulai dari seks bebas hingga penggunaan jarum suntik bersama.
Menurut inohong sunda, Mochamad Iriawan, peran keluarga sangat penting dalam mencegah aktivitas anak bersinggungan dengan penyebab HIV/AIDS. Pun ditunjang dengan program pemerintah Jawa Barat yang tercantum dalam Perda No 9 Tahun 2013 tentang Ketahanan Keluarga.
"Keluarga harus berperan, tidak cuma mendidik anak berkaitan dengan ilmu akademis, tapi juga terkait hal lain yang tak kalah penting, semisal pendidikan karakter dan ilmu agama," kata pria yang akrab disapa Iwan Bule itu melalui keterangan tertulis diterima detikJabar, Rabu (31/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: 59 Warga Kabupaten Sukabumi Positif HIV/AIDS |
Peran penting nilai keimanan dan adab yang diajarkan orangtua, menjadi benteng pertama anak terhindar dari aktivitas berbahaya tersebut. Perlindungan terhadap anak secara intensif pun harus dilakukan sejak dini.
"Tapi perlu dipahami juga, kasus HIV/AIDS bisa terjadi akibat hubungan sesama jenis dari para anak yang sebelumnya pernah menjadi korban asusila," kata Iwan Bule.
Berdasarkan informasi yang diterimanya, anak-anak yang sempat jadi korban 'kekerasa seksual' ketika besar tidak sedikit yang akhirnya menjadi pelaku. Sehingga perlu perhatian khusus dari pihak terkait.
"Di Jawa Barat kita kenal ada DP3AKB dan P2TP2A yang menangani masalah ini. Kinerja dinas dan lembaga ini harus kita acungi jempol namun juga harus kita bantu dukung pula dalam membantu proses pendampingan para korban asusila," ujar Iwan Bule.
Tujuannya kata Iwan, agar para korban ini nantinya tidak memiliki perilaku seks menyimpang tadi. Selain memberi semangat secara psikis dan pendidikan agama pula untuk mendukungnya.
Sedangkan mereka yang sudah terpapar HIV/AIDS, perlu melakukan metode untuk menekan penyebarannya yaitu melalui penggunaan obat Antiretroviral (ARV). ARV ini bisa didapat dengan mudah di Puskesmas dan gratis. Namunpenderita harus mengkonsumsi obat impor dengan biaya puluhan juta per bulannya.
"Saya juga berterima kasih kepada Kementrian Kesehatan yang menyediakan obat ini secara gratis. Hanya saja jika tidak rutin meminumnya maka dikhawatirkan virusnya menyebar dan sulit dikendalikan," ucap Iwan Bule.
Sebagai seorang Nahdliyin, ia juga mengaku metode pendukung pencegahan penyebaran pada tubuh penderita HIV ini bisa juga dengan cara yang ada di Pesantren Abah Anom di Tasikmalaya.
Melalui metode Thariqah Qodiriah Naqsabandiyah (TQN) para penderita HIV bisa memiliki harapan hidup lebih lama. Jadi selain mendapat harapan hidup lebih mereka juga dipastikan mendapatkan pendidikan agama yang baik.
"Ini pun berlaku bagi pecandu narkoba yang susah berhenti. Apalagi jarum suntik narkoba adalah salah satu cara penyebaran tercepat virus HIV ini," ujar Iwan Bule.
(dir/dir)