"Kalau sekarang mau nambah mobil (angkot), siapa yang naiknya?" begitu kalimat tanya yang dilontarkan salah seorang pengemudi angkutan kota (angkot) tersebut mendeskripsikan kondisi angkot di Kota Bandung saat ini. Sepi dan memprihatinkan.
Namanya sang sopir itu Aep. Pria berusia 51 tahun ini sudah menjadi juru kemudi angkot selama 30 tahun terakhir. Masa keemasan angkot, mulai ditinggalkan akibat kendaraan online, hingga angkot sepi akibat pandemi sudah ia cicipi semua.
Namun, ia tidak kenal lelah. Di usianya yang sudah mulai mendekati masa lanjut usia ini, ia menolak bersantai di rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Masa di rumah saja, ngapain, cuma diam. Daripada saya nganggur kan, mending saya nyupir angkot aja," ucap Aep pada detikJabar beberapa waktu lalu.
Pria asal Gunungbatu, Kota Bandung ini menyebut pandemi secara langsung berdampak besar pada eksistensi angkot. Jumlah angkot di trayek Stasiun Hall-Gunung Batu dengan nomor 14 saja terpapas drastis. Sepengetahuan Aep, jumlah angkot di trayek tersebut menurun dari 56 mobil menjadi 15 mobil saja.
Kondisi pandemi yang mengharuskan seluruh siswa belajar dari rumah membuat perputaran uang di balik kemudi mobil angkot menjadi sangat minim. Sebab, sekitar 70% pengguna angkot berasal dari kalangan pelajar.
Permasalahan itu membuat banyak mobil angkot terpaksa dijual. Jawa Tengah diketahui menjadi salah satu destinasi favorit penjualan mobil bekas tersebut. Selain itu, beberapa mobil juga ada yang ditarik dealer.
"Wah, pandemi mah jangan ditanya lah. Makanya mobil banyak dijual, karena pandemi kan itu. Yang ditarik dealer juga ada," tutur Aep.
Selain pandemi, keberadaan ojek online (ojol) dan taksi online (taksol) juga turut berperan menurunkan jumlah penumpang angkot. "(Turun) drastis angkot mah, habis oge ku online (habis juga dengan kendaraan online)," ucapnya.
Aep pun menyayangkan kebijakan yang dinilai timpang. Pasalnya, seluruh angkot, terutama yang berada di bawah naungan Koperasi Angkutan Masyarakat (Kopamas), diwajibkan melakukan uji KIR setiap enam bulan sekali.
Uji KIR merupakan sebuah pengetesan kendaraan bermotor sebagai tanda bahwa kendaraan tersebut layak digunakan secara teknis di jalan raya. Jika tidak melakukan uji KIR serta tidak dinyatakan lulus, mobil angkot tidak diizinkan beroperasi.
"Angkot mah harus di-KIR, diuji ulang. Kan kudu (harus) bayar setiap 6 bulan. Diuji semua kelayakan jalannya, kalau nggak (dilaksanakan) ya nggak boleh jalan. Nggak adil lah dengan online mah, mereka kan nggak ada kewajiban harus di-KIR," kata Aep.
Kejar Setoran tapi Tetap Empati
Semenjak pandemi, pendapatan para supir angkot menjadi semakin terombang-ambing. Setoran pada koperasi pun sempat diberhentikan lantaran minimnya pemasukan. Setelah sekolah mulai memberlakukan pembelajaran tatap muka (PTM), pendapatan supir pun perlahan tapi pasti mulai meningkat.