Umumnya, penyebaran virus HIV/AIDS dapat melalui hubungan seksual berisiko dan penggunaan jarum suntik dalam pemakaian narkoba. Beberapa kelompok masyarakat yang rentan terinfeksi HIV/AIDS biasa disebut dengan Populasi Kunci (Ponci).
Ponci merupakan istilah medis yang merujuk pada kelompok Wanita Pekerja Seks (WPS), laki-laki seks dengan laki-laki (LSL), waria, dan pengguna napza suntik (Penasun).
Keempat kelompok tersebut berisiko tinggi terinfeksi HIV/AIDS karena secara tidak langsung berkaitan dengan pemicu virus HIV/AIDS, seperti hubungan seksual berisiko ataupun penggunaan jarum suntik. Maka dari itu, tidak sedikit orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang berasal dari Ponci.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tia (39) salah satu ODHA yang juga aktif sebagai pendamping ODHA menyampaikan pesan kepada teman-teman Ponci untuk lebih memerhatikan kesehatannya. Tia sendiri merupakan ODHA sejak tahun 2018 yang terpapar dari suaminya yang mana termasuk ke dalam Penasun.
"Ya kalo untuk pesan itu kan kadang untuk pemakai narkoba dan pekerja seks itu yang bisa mengubah kan diri sendiri, tapi titip pesen ya lebih safety aja," ucap Tia saat ditemui di Female Plus, Jalan Awigombong No. 19, Bandung, belum lama ini.
Tia juga berpesan kepada para Ponci untuk selalu menjaga kesehatannya agar tidak terinfeksi HIV/AIDS. Sedangkan bagi teman-teman ODHA, Tia berpesan agar lebih patuh dalam melaksanakan pengobatan.
"Kalo memang sudah tertular ya dijaga kepatuhannya (berobat). Setidaknya selama dikasih napas jaga kesehatan dan dipertahankan, kalo sakit ya harus berobat," pesan Tia.
Tia juga mencontohkan dirinya yang sudah menjadi ODHA selama empat tahun dan patuh ketika melakukan pengobatan. Tia juga mengaku sempat merasa drop saat ditetapkan sebagai ODHA, tapi ia mendapatkan motivasi untuk bangkit dari keterpurukan.
"Jadi setahun tuh ada fase di mana aku nggak bisa nerima diri aku sendiri, sampai drop. Tahunya oh aku pasti mati, karena lihat almarhum (suami) pun matinya begini, jadi kepikirannya kayak gitu. Tapinya dengan sering membaca dan ketemu temen-temen sesama (ODHA) itu memang jadi motivasi juga, ternyata temen-temen itu banyak yang minum obat sampe 25 tahun masih bisa beraktivitas, masih bisa berdaya, kenapa aku nggak," ungkap Tia.
Kini Tia pun turut menularkan motivasi bagi teman-teman ODHA saat bertugas menjadi pendamping. Sebagai ODHA yang pernah mengalami masa-masa tidak mengenakkan pun membuat Tia senang ketika melihat progres positif dari teman-teman ODHA.
"Aku senang bisa ngasih motivasi, bisa mempengaruhi untuk berobat, dari yang awalnya kurus banget jadi sehat, dari sedih pas ketemu udah senyum-senyum gitu," katanya.
Selain berpesan kepada teman-teman ODHA, Tia juga mengungkapkan bahwa masih terdapat banyak hambatan dalam proses pengobatan teman-teman ODHA. Hambatan yang kerap ditemui adalah sikap denial (menolak) terhadap statusnya sebagai ODHA, merasa sehat, alasan keuangan, dan juga persoalan internal keluarga.
Maka dari itu, Tia berharap agar pemerintah berperan lebih aktif untuk membantu teman-teman ODHA melaksanakan pengobatan.
(yum/yum)