Maura Ramadhanty Setia (8), tak seceria bocah seumurannya. Di usianya yang masih belia, ia harus pasrah mendapatkan ujian.
Bocah asal Kampung Sukarasa, RT 06/11, Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi, itu divonis mengidap penyakit langka yakni anemia aplastic.
Dikutip dari berbagai sumber, anemia aplastic ini merupakan kondisi ketika sumsum tulang tidak mampu memproduksi sel darah baru dalam jumlah cukup. Penyakit ini menyebabkan jumlah salah satu atau semua jenis sel darah merah menurun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anemia aplastic juga diketahui sebagai penyebab kanker darah pada anak. Tak pelak kondisi itulah yang akhirnya memicu perubahan kondisi tubuh Maura, anak pertama pasangan Yudiana (27) dan Rizki Eka (27) itu kini nampak pucat dan lemas.
"Anak saya sakit anemia aplastic, itu jenis kanker darah. Diketahuinya sejak tiga minggu yang lalu setelah berobat ke rumah sakit," ujar Rizki saat ditemui di rumahnya, Jumat (26/8/2022).
Rizki tak sedikitpun memalingkan perhatian pada sang buah hati, kendati ia kini punya anak kedua yang usianya masih balita. Ia bergantian dengan suaminya mencurahkan kasih sayang bagi Maura yang sedang tak baik-baik saja.
Rizki bercerita awal mula ia mengetahui kondisi sang anak mengidap anemia aplastic ketika telinga dan gusi anaknya tak berhenti mengeluarkan darah. Kemudian bibir dan bagian mulut sang anak berubah menghitam.
"Lama-kelamaan di badannya itu ada bintik-bintik terus lebam juga. Awalnya dikira karena benturan biasa saja, tapi kemudian kakak saya bilang mending dicek darah. Nah kemudian dicek darah," tutur Rizki.
Ia membawa anaknya ke puskesmas terdekat untuk dites darah. Namun dokter kemudian merujuk Maura ke dokter spesialis anak di Rumah Sakit Mitra Kasih, Kota Cimahi.
"Nah di situ baru dokternya bilang saya terkena anemia aplastic. Jadi dijelaskan kalau ini jenis kanker darah langka, yang sebetulnya obatnya itu ada dan enggak ada. Itu juga hanya bisa di luar negeri," ungkap Rizki.
Rizki mengatakan selama mengidap penyakit langka tersebut Maura tidak merasakan gejala apapun. Hanya saja wajahnya pucat dan lemas sehingga tak seceria anak-anak lainnya.
"Kalau ciri-ciri fisik nggak ada, cuma ya itu pucat sama lemas. Tapi kalau berdarah itu susah berhenti, jadi aktivitasnya dibatasi. Sikat gigi juga terpaksa pakai kain atau kasa aja, takutnya luka. Jadi menghindari luka-luka itu sebetulnya," ucap Rizki.
Harus Cangkok Sumsum Tulang Belakang
Rizki dan sang suami berjibaku mencari cara agar sang anak bisa sembuh. Namun hal itu juga lah yang memberatkannya, karena satu-satunya pengobatan untuk anemia aplastic yakni dengan metode cangkok sumsum tulang belakang.
"Obatnya itu ya hanya cangkok sumsum tulang belakang, itu juga hanya bisa di Singapura dan biayanya mahal, bisa sampai bermiliar-miliar. Ya sekarang sementara dirawat jalan di RS Santosa karena kan alatnya bagus dan dokternya juga bukan orang awam," tutur Rizki.
Selama perawatan itu Maura mendapatkan 8 labu infus, transfusi trombosit 3 labu, dan transfusi darah 2 labu. Beruntung biayanya dicover oleh BPJS sehingga tak terlalu terbebani.
"Tapi ya tetap harus keluar uang, sedangkan suami saya hanya ojek online. Untuk membeli obat yang pertama Rp 1.750.000 satu minggu, kalau sekarang Rp 1.200.000. Jadi obatnya diturunin karena livernya sudah kena, bengkak," kata Rizki.
Sementara itu Wali Kota Cimahi Ngatiyana, mengaku tidak tega melihat kondisi Maura karena anak yang baru berusia 8 tahun sudah mengidap penyakit langka, sehingga pihaknya langsung memberikan bantuan untuk pengobatan.
"Kita membantu mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk keluarganya. Semoga anak ini diberikan kesembuhan, kesehatan supaya bisa sekolah seperti anak-anak yang lainnya," kata Ngatiyana.
(orb/orb)