Ragam Alasan Warga Bandung Mulai Tinggalkan Angkot

Ragam Alasan Warga Bandung Mulai Tinggalkan Angkot

Rifat Alhamidi - detikJabar
Jumat, 26 Agu 2022 09:00 WIB
Sopir angkot Margahayu-Ledeng di Bandung.
Angkot di Bandung. (Foto: Sudirman Wamad/detikJabar)
Bandung -

Angkutan umum publik, khususnya angkot di Kota Bandung kini mulai ditinggalkan masyarakat. Penumpang saat ini kebanyakan ogah menaiki moda transportasi itu lantaran terlanjur dianggap memiliki citra buruk yang melekat sejak lama.

Salah satunya diakui Putri (25). Wanita asal Bandung Timur yang bekerja di pusat Kota Bandung ini mengaku sudah malas jika harus menaiki angkot untuk berangkat ke tempat kerjanya. Dibanding angkot, ia malah rela merogoh kocek lumayan besar dengan menaiki transportasi online masa kini.

"Udah males sekarang mah pake angkot, mending pake online aja. Simple dan nggak ribet," katanya saat berbincang dengan detikJabar mengenai kondisi angkot di Kota Bandung belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat masih duduk di bangku sekolah, Putri dulunya memang kerap menggunakan angkot sebagai moda transportasi utama. Tapi, itu dulu. Sekarang, ia menganggap angkot sudah tertinggal apalagi untuk mobilitas para pekerja yang beradu cepat dengan waktu saat di jalanan.

"Yang paling bikin males itu ngetemnya,lama. Belum lagi suka kejebak macet, mereka nggak bisa selap selip. Jadi buat kita yang kerja, kalau lagi dikejar waktu, agak susah kalau naik angkot mah," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Selain itu, Putri juga merasa trauma karena dulu pernah mengalami pengalaman tak mengenakkan saat naik angkot. Dia pernah menjadi korban jambret yang akhirnya membuat Putri memiliki stigma negatif terhadap moda transportasi itu.

"Iya, dulu pernah punya pengalaman buruk dijambret di angkot, makannya kapok naik angkot lagi. Nggak nyaman kalau harus naik angkot," tuturnya.

Sama halnya dengan Putri, Dela (24) juga kini memilih beralih ke transportasi online jika harus berangkat ke tempat kerjanya. Padahal, Dela tinggal tak jauh dari terminal angkutan umum, namun saat ini memilih tidak menggunakan angkot dalam beraktivitas.

"Mobilitasnya sih sebenarnya. Kalau naik angkot saya harus jalan dari rumah ke terminal, tapi kalau naik ojol kan tinggal nunggu dijemput. Jadinya sekarang mah milih naik ojol aja kalau berangkat kerja," ungkapnya.

Bagi Dela, dia tak masalah apapun transportasi yang bakal digunakannya saat beraktivitas. Namun untuk angkot, beberapa tahun ini ia merasakan jika angkutan publik itu sudah mulai ditinggalkan lantaran kalah saing dengan transportasi online.

"Udah kalah saing atuh a kalau dibandingin sama online mah. Makanya, sekarang pasti banyak beralih ke online. Udah jarang yang pada naik angkot mah," pungkasnya.

Sebagaimana diketahui, jumlah angkutan umum di Kota Bandung setiap tahun tercatat terus mengalami penurunan. Tahun ini saja, berdasarkan Surat Keputusan Wali Kota Bandung, hanya ada 5.571 angkutan umum yang diizinkan beroperasi di wilayah Ibu Kota Jawa Barat tersebut.

Berdasarkan data yang dihimpun detikJabar dari dokumen Kota Bandung dalam Angka BPS, jumlah angkutan umum selama beberapa tahun terakhir mengalami penurunan. Pada 2017 tercatat ada 15.139 angkutan umum, kemudian menurun pada 2018 menjadi 14.178 unit.

Data ini menurun kembali pada 2019 menjadi 13.610 unit dan pada 2020 menjadi 12.514 unit. Kondisi itu menurut Budi, diperparah saat pandemi melanda Indonesia.

(ral/orb)


Hide Ads