Membaca Dampak Migrasi Siaran TV Analog ke Digital

Membaca Dampak Migrasi Siaran TV Analog ke Digital

Sudirman Wamad - detikJabar
Rabu, 24 Agu 2022 16:37 WIB
Ilustrasi migrasi TV analog ke digital atau Analog Switch Off (ASO).
Ilustrasi TV digital. (Foto: Getty Images/EyeEm/Rene Wassenbergh / EyeEm)
Bandung -

Migrasi penyiaran dari analog menuju digital tengah berlangsung. Tenggat waktunya sekitar tiga bulan lagi.

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jabar pun telah melakukan penelitian dengan menggandeng empat universitas. Inti dari hasil penelitian itu, banyak keuntungan yang didapatkan setelah melakukan migrasi ke digital.

"Setiap keputusan yang diambil harus ada data. Ini yang kami lakukan dan bagian dari penguatan langkah ke depan," kata Ketua KPID Jabar Adiyana Slamet kepada detikJabar usai ekspos hasil penelitian di Kantor KPID Jabar, Kota Bandung, Rabu (24/8/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adiyana tak menampik migrasi ke digital atau program analog switch off (ASO) memiliki tantangan dan kompetisi bagi lembaga penyiaran. Namun, ada keuntungan lainnya yakni efesiensi biaya, kualitas siaran dan lainnya.

"Hasil dari tim riset Universitas Padjajaran (Unpad) tentang program siaran pasca-ASO. Jadi, akan ada lokalitas muatan siaran yang bisa menjadi konten killer," ucap Adiyana.

ADVERTISEMENT

Adiyana juga menjelaskan soal penelitian lainnya yang dilakukan Universitas Pasundan (Unpas) mengenai ekosistem yang terbangun setelah ASO dan dari Universitas Islam Bandung (Unisba) mengenai industri kreatif yang bakal tumbuh karena ASO.

"Usai produktif di Jabar itu ada 38,6 juta jiwa. Ini pintu masuk mengais rezeki di sana. Kontennya, bisa disalurkan ke lembaga penyiaran dikonversi menjadi nilai ekonomi," kata Adiyana.

Kemudian, ada juga riset dari Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon tentang kolaborasi ekosistem pada saat ASO terealisasi. Televisi lokal memiliki peluang untuk membangun ekosistem industri.

Tayangan Berkualitas

Salah seorang periset dari Unisba Prof Atie Rachmiatie mengatakan Indonesia tertinggal dengan negara lainnya yang sudah lebih dulu migrasi ke digital. Etie juga menjelaskan adanya kendala dari segi ekonomi, pertama soal kebutuhan set top box (STB), kebutuhan infrastruktur penyiaran di daerah.

Namun, Atie menjelaskan di satu sisi migrasi digital sangat berpeluang besar untuk menumbuhkan tayangan berkualitas dan ekonomi masyarakat. "Tentu harus ada komitmen antara TV (lembaga penyiaran) lokal, industri lokasi, konten kreator lokal. Konten-konten yang bisa lebih dekat. Misal Bandung, ya harus bisa dari, oleh dan untuk," ucap Atie.

Atie berharap migrasi penyiaran digital itu bisa meningkatkan kualitas tayangan, yakni siaran yang memiliki tanggung jawab sosial. Ia mendorong adanya kolaborasi.

"Anak muda kreatif kerja sama, kerja bareng juga dengan perguruan tinggi tentang konten yang kualitas dan etika. Ini idealnya. Dan ini harus ke sana," kata Atie.

Kerja sama antarpihak itu merupakan upaya dalam memotong lingkaran setan yang terjadi saat ini. Sebab, lanjut Atie, siaran saat ini cenderung kurang berkualitas namun dipertahankan karena mengikuti pasar.

"Karya berkualitas itu belum tentu disukai. Idealnya yang kualitas itu disukai. Ada balance. Siaran yang kualitasnya tidak baik justru disukai pasar. Faktanya begini. Ini lingkaran setan dan harus diputus," ucap Atie.

Penguatan Ekonomi Lokal

Sementara itu, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Jabar Ika Mardiah mengatakan migrasi ke digital tak hanya berdampak pada kualitas siaran. Ika menjelaskan ada peluang tumbuhnya ekonomi daerah.

"TV digital ini menumbuhkan dan memperkuat platform. Saat ini kan platform dari luar negeri. Sedangkan, siaran TV digital ini kan dibuat warga, ini akan memperkuat ekonomi masyarakat," kata Ika.

Ika juga mengatakan riset yang dilakukan empat universitas dan KPID itu menjadi bahan untuk menentukan kebijakan selanjutnya setelah ASO diterapkan. Banyak aspek yang bakal berubah ketika ASO sudah berjalan.

"Harus siapkan SDM. Pemantauan konten juga harus dipertimbangkan, kelembagaan penyiarannya seperti apa. Banyak hal setelah ASO itu. Nanti akan kami terima risetnya," kata Ika.

(sud/orb)


Hide Ads