Cerita Nakes Honorer di Tengah Lautan 'Manusia Putih'

Serba-serbi Warga

Cerita Nakes Honorer di Tengah Lautan 'Manusia Putih'

Cornelis Jonathan Sopamena - detikJabar
Jumat, 05 Agu 2022 11:45 WIB
Syafaruddin, salah seorang nakes honorer yang berunjuk rasa di Gedung Sate.
Syafaruddin, salah seorang nakes honorer yang berunjuk rasa di Gedung Sate. (Foto: Cornelis Jonathan Sopamena/detikJabar)
Bandung -

Di bawah teriknya matahari, ribuan orang dengan baju putih berkumpul di depan Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (5/8/2022). Mereka adalah para tenaga kesehatan (nakes) dan non nakes honorer yang memperjuangkan nasib masa depannya.

Mereka merasa sangat dibutuhkan ketika COVID-19 datang dan kasusnya begitu luar biasa. Namun ketika kasus COVID-19 melandai, mereka merasa seolah dibuang dan tak diperhatikan pemerintah.

"COVID-19 datang kami lawan, COVID-19 hilang kami dibuang," begitu isi salah satu spanduk yang tergantung di pagar Gedung Sate.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah seorang nakes honorer di antara lautan manusia berbaju putih itu adalah Syafaruddin. Pria 50 tahun yang berprofesi sebagai perawat di Puskesmas Karawang. Ia sudah 30 tahun mengabdi bagi dunia kesehatan lewat profesinya.

Namun pengabdiannya tidak sejalan dengan pendapatannya. Pasalnya, gaji yang diterima Syafaruddin dan nakes yang ia kenal selama puluhan tahun berada di bawah standar.

ADVERTISEMENT

"Umumnya Rp 500 ribu, paling banyak Rp 1 juta, itu dari dulu. Saat pandemi juga tidak ada perubahan sama sekali," kata Syafaruddin yang duduk di aspal depan Gedung Sate, Kota Bandung.

Ia lalu bercerita soal bagaimana repotnya jadi nakes saat kasus COVID-19 sedang banyak-banyaknya. Para nakes berjuang di garis terdepan meski nyawa jadi taruhannya.

Keluh kesah berusaha disingkirkan di tengah beratnya perjuangan. Para nakes hanya punya satu tujuan, memberi perawatan maksimal kepada pasien yang sudah jadi tugasnya.

"Sudah tanggung jawab kami untuk kerja lebih banyak saat pandemi, sempat sering meninggalkan keluarga juga. Tapi ya kalau urusan itu kami tidak mengeluh, kami jalani tuh dengan ikhlas, padahal nakes itu mudah terpapar," ujarnya pasrah pada detikJabar.

Namun nyatanya apa yang diperjuangkan tak sesuai harapan. Saat pandemi, mereka tanpa lelah memperjuangkan kesehatan dan keselamatan masyarakat. Tapi setelah pandemi mulai melandai, para nakes justru memperjuangkan keselamatan mereka sendiri.

Seakan dilupakan begitu saja, nasib para nakes pun mulai diombang-ambing. Janji dari pemerintah begitu saja tergerus waktu. Kesejahteraan nakes, terutama yang sudah cukup berumur, menjadi tanda tanya besar.

"Kemudian ada peluang PPPK untuk nakes (dan) non-nakes. Tapi sekarang ternyata dibatasi jumlahnya. Yang sudah bekerja sejak lama dan 50 tahun ke atas, gimana nasibnya?" ucap pria asal Aceh tersebut.

Melalui unjuk rasa ini, Syafaruddin mengharapkan kesejahteraan dirinya dan sesama nakes yang mendekati usia senja mendapat jaminan. Sekalipun tidak diangkat menjadi ASN, dirinya meminta pemerintah lebih memerhatikan nakes yang sudah berumur.

"Harapannya ya itu minta diperhatiin, terutama untuk usia yang lanjut, kesejahteraannya. Ya kami memiliki gaji yang tidak mencukupi, padahal udah lelah, usia mulai lanjut. Keinginan kami ya diangkat lah. Tapi minimal ya kalau nggak diangkat itu kesejahteraannya diperhatikan, jangan ala kadarnya," pungkas Syafaruddin.

(ors/ors)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads