Polisi Periksa Pedagang Dodongkal yang Diduga Sebabkan Keracunan Warga

Kota Sukabumi

Polisi Periksa Pedagang Dodongkal yang Diduga Sebabkan Keracunan Warga

Siti Fatimah - detikJabar
Selasa, 09 Agu 2022 15:52 WIB
Warga Sukabumi keracunan
Foto: Belasan warga Sukabumi keracunan (Istimewa).
Sukabumi -

Sebanyak 19 orang warga Sukabumi sempat mengalami keracunan setelah mengkonsumsi dodongkal, panganan tradisional yang terbuat dari tepung beras, gula aren dan kelapa. Polisi memeriksa pedagang panganan tradisional itu yang diduga menjadi penyebab keracunan warga.

"Sudah diperiksa. Sementara belum dagang, dia nggak ditahan karena belum ada laporan," kata Kapolsek Citamiang AKP Arif Saptaraharja saat dihubungi detikJabar, Selasa (9/8/2022).

Berdasarkan keterangan warga kepada polisi, kasus ini tidak akan berlanjut ke proses hukum. Meski begitu, pihaknya masih menunggu keterangan dari seorang pasien yang dirawat di rumah sakit.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Belum islah, kita belum dapat keterangan dari yang dirawat di rumah sakit. Kabarnya sore hari ini pulang, jadi belum kita bikin pernyataan, tapi masyarakat kabarnya tidak akan melanjut kasus karena kasian, itu kan bukan disengaja," ucapnya.

Selain itu, pihaknya juga masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium terkait sampel yang dikirim ke Kota Bandung. "Kita tunggu hasil lab apakah benar daridodongkal atau yang lain," sambungnya.

Sementara itu, Pemkot Sukabumi juga masih menunggu hasil pemeriksaan sampel yang diduga penyebab keracunan warga. Kabarnya hasil uji lab akan selesai pada Jumat (12/8) atau Senin pekan depan.

"Memang agak lama karena kita kirim ke Bandung sampel itu. Kita nggak mampu untuk melakukan pemeriksaan keracunan atau bahan kimiawi," ucap Kabid P2P Dinkes Kota Sukabumi saat dihubungi, Selasa (9/8/2022).

Sebelumnya, mereka telah mengirimkan sampel muntahan pasien dan dodongkal. Hasil sampel nantinya akan digunakan untuk penelitian mengetahui unsur yang menyebabkan keracunan massal.

"Nah itu yang kita belum tahu (penyebab keracuban) yang beli memang banyak ternyata tapi yang sakit sebagian. Nanti dari hasil itunya (pemeriksaan lab) kita lihat dulu," ujarnya.

Pihaknya menduga, keracunan massal itu disebabkan oleh makanan basi bukan dari bahan kimiawi. Menurutnya, efek bahan kimia biasanya berlangsung cepat namun dalam kasus ini para pasien menunjukkan gejala lebih dari 1 jam.

"Kalau kemungkinan ini bukan masalah kimiawi yah, kalau kimia kan cepat dalam waktu kurang 1 jam sudah memperlihatkan gejala. Kemungkinan ini bakteri atau memang agak basi, biasanya karena basi tapi kita belum mendapatkan hasil," sambungnya.

Dia mengatakan, sejak Minggu (7/8) sampai hari ini tidak ada kasus baru keracunan akibat dodongkal. Belasan pasien itu sudah menunjukkan kondisi yang membaik, begitupun satu orang yang sempat dirawat di rumah sakit Kartika.

"Tidak ada kasus lagi, tidak ada keluhan tambahan. Maksudnya tidak ada tambahan orang, kasusnya sudah selesai dan keluhan-keluhan yang dikeluhkan oleh warga juga sekarang sudah tidak ada lagi, hanya pasien yang dirawat di RS saja yang mungkin hari ini pulang," ucap dia.

Mereka sembuh dalam dua hari setelah mengalami gejala diare, mual dan muntah. Kasus dapat segera ditangani oleh Puskesmas Gedongpanjang hingga tak menyebabkan gejala berkelanjutan.

Sebelumnya diberitakan, sebanyak 19 orang warga Sukabumi sempat mengalami keracunan setelah mengkonsumsi dodongkal, panganan tradisional yang terbuat dari tepung beras, gula aren dan kelapa. Untuk mengetahui sabab musabab keracunan tersebut, Pemerintah Kota Sukabumi masih menunggu hasil pemeriksaan sampel di Bandung.

"Hasil sampel yang dicek belum keluar, saya juga belum bisa memastikan, hari Jumat (12/8) atau Senin (15/8) depan. Memang agak lama karena kita kirim ke Bandung sampel itu. Kita nggak mampu untuk melakukan pemeriksaan keracunan atau bahan kimiawi," jelas Kabid P2P Dinkes Kota Sukabumi saat dihubungi.

Pihaknya menduga, keracunan massal itu disebabkan oleh makanan basi bukan dari bahan kimiawi. Menurutnya, efek bahan kimia biasanya berlangsung cepat namun dalam kasus ini para pasien menunjukkan gejala lebih dari 1 jam.

Halaman 2 dari 2
(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads