Suasana SMK Pasundan berbeda dari 20 tahun yang lalu. Kondisi sekolah yang biasanya menjadi favorit para siswa ini bagai 'mati segan hidup tak mau.' Riuh siswa di kantin tak lagi terlihat hanya beberapa siswa kelas XII yang sedang belajar di ruang praktek otomotif.
"Tugas guru tidak bisa ditinggalkan, mau ada atau tidak ada siswa, tugas guru harus tetap saya jalankan. Kalau dulu buat makan di kantin saja susah saking penuhnya. Upacara sampai ke jalan dan sekolah itu dia shift pagi dan siang," kata Guru Produktif PTKR/Otomotif Encep Madhusen (60) saat ditemui detikJabar, Senin (8/8/2022).
Encep merupakan salah satu guru yang sudah mengajar di SMK Pasundan selama 25 tahun. Selain di Pasundan, ia juga mengajar di Pajajaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di usianya yang menginjak ke 60 tahun, seharusnya Encep sudah pensiun sebagai guru. Hanya saja ia tak terjaring PPPK sehingga tidak mendapatkan tunjangan pensiun dan lebih memilih tetap mengajar di sekolah-sekolah swasta.
"Saya ini walaupun sudah tua masih ngajar, di rumah juga tidak ada kegiatan jadi lebih baik di sekolah," ucapnya.
Dia juga turut menanggapi permasalahan sekolahnya yang sepi peminat. Diketahui, SMK Pasundan 2 hanya memiliki dua orang murid anyar.
"Masalah ini bukan di kita saja, mungkin di seluruh Indonesia. Faktor utama dari drastisnya sekolah ini menurun pertama selain karena tawuran, berdirinya sekolah negeri dan swasta di tiap kecamatan, itu yang paling utama," kata dia.
"Negeri misal menerima siswa hanya sekian ternyata menerima lebih banyak, buka jurusan lain, jadi nggak berarti (sekolah swasta). Kuota yang jatahnya sekian siswa per PPDB itu ternyata bohong," sambungnya.
Encep mengaku sedih melihat kondisi sekolah yang tiap tahunnya mengalami penurunan. Padahal, kata dia, bangunan sekolah, peralatan praktek dan biaya di SMK Pasundan terhitung masih lengkap dan murah.
"Sedih begitu, ini sayangnya gedung dan peralatan masih bagus. Memang di sini kuncinya satu tawuran dan kepercayaan masyarakat menurun, padahal kalau tawuran tergantung didikan orang tua. Anak saya lulusan di sini dan saya bilang 'kamu tujuan sekolah untuk jadi orang pintar atau preman' akhirnya dia lulus dan nggak ada apa-apa," jelasnya.
"Kalau dari segi biaya di sini paling murah. Guru ada, cuman mengapa guru sebagian tidak ada sekarang karena jam belajar sudah selesai jadi sudah pada pulang atau mungkin ada tugas di sekolah lain," tutupnya.
(dir/dir)