Proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Kota Sukabumi sudah usai. Sama seperti daerah lain, di Kota Sukabumi pun sempat terjadi polemik karena adanya ketidakseimbangan antara Sekolah swasta dan negeri. Bahkan ada salah satu sekolah hanya memiliki dua orang murid anyar.
Sekolah yang dimaksud yaitu SMK Pasundan. Sekolah swasta ini berdiri sejak tahun 1980 dengan SK pendirian dan SK izin operasional nomer 556/102.5/M.80 per tanggal 25 Juni 1980. Sekolah dengan bangunan baru dua lantai beralamatkan di Jalan Pasundan nomor 117, Kelurahan Nyomplong, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi kondisinya sepi dari aktivitas anak-anak Sekolah.
Kepala Tata Usaha (TU) SMK Pasundan Sukandi menceritakan lika-liku perjalanan sekolah tersebut. Ia merupakan salah satu pegawai tertua dengan pengalaman bekerja puluhan tahun di SMK Pasundan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perkembangannya dari tahun ke tahun awal buka mulai (jumlah) murid 40 orang, waktu itu yang lulus 24 orang. Sejak tahun 1985-1995 muridnya sampai 1.300 semuanya, angkatannya rata-rata 400 siswa," kata Sukandi saat ditemui detikJabar, Jumat (5/8/2022).
Sukandi menuturkan, SMK Pasundan di masa-masa kejayaannya menjadi salah satu sekolah terfavorit. Bahkan, kata dia, banyak lulusan yang membanggakan bagi almamater.
"Dulu menjadi salah satu STM (sebelum menjadi SMK) yang dibanggakan lulusannya karena bisa diangkat kerja. Ada yang di Pemda, perusahaan termasuk di BUMN," ujarnya.
Masuk pada awal tahun 2000 an, peminat peserta didik baru sudah mulai menurun menjadi rata-rata per angkatan hanya 100 orang. Hal itu juga seiring dengan program pemerintah membuka sekolah kejuruan negeri.
"Sudah mulai menurun, rata-rata sekitar 100. Waktu itu tahun-tahun berdiri itu memang diminati oleh para pelajar yang ada di wilayah Kabupaten termasuk dari Cisolok sampai banyak pelajar bela-belain dugdag (pulang pergi) dari Pelabuhan Ratu ke sini karena salah satu STM yang dibanggakan kelulusannya," kenang dia.
Sukandi mengungkapkan, salah satu faktor menurunnya peserta didik baru di Pasundan itu karena adanya SMK negeri di setiap Kecamatan. Selain itu, banyak sekolah baru mulai dari negeri, keislaman ditambah dengan program studi yang beragam.
"Kami menjerit kekurangan murid. (Faktornya) adanya sekolah-sekolah SMK di tiap kecamatan, kebijakan SMK Bisa. Dari situ mulai menurun, bukan hanya negeri tapi swasta juga, yayasan islam pun banyak berkembang dan di SMK Negri sekarang kan rombel (rombongan belajar) ditambah, program studi juga semakin banyak," ucapnya.
Bukan hanya siswa yang menurun drastis, jumlah guru pun ikut berkurang. Sukandi menyebut, jumlah guru yang masih bertahan di SMK Pasundan tak lebih dari 10 orang.
"Kalau dulu lagi jaya-jayanya 60 orang, sekarang 10 juga belum tentu. Aktivitas sekolah masih ada, kelas 1, 2, 3 cuman sedikit, belajarnya dari Senin sampai Jumat," tutupnya.
(dir/dir)