Memaknai Hidup ala Mak Sari, Pedagang di Kuburan Bandung

Memaknai Hidup ala Mak Sari, Pedagang di Kuburan Bandung

Rifat Alhamidi - detikJabar
Jumat, 05 Agu 2022 18:00 WIB
Mak Sari, pedagang di tengah kuburan Bandung.
Mak Sari. (Foto: Rifat Alhamidi/detikJabar)
Bandung -

Di usia senjanya, Mak Sari, begitu ia akrab disapa, masih terlihat cekatan melayani pembeli yang datang ke warungnya. Meski tangannya sudah mulai keriput, jari-jari Mak Sari begitu lincah melayani pembeli, termasuk yang meminta dibuatkan secangkir kopi panas.

Mak Sari merupakan perempuan berumur 74 tahun. Di usianya itu, Mak Sari tetap berusaha mandiri dan tidak merepotkan anak hingga cucunya. Hampir 20 tahun, Mak Sari mengisi aktivitasnya dengan berjualan makanan ringan, kopi, serta air mineral.

Namun yang menarik, lokasi lapak warung Mak Sari bukan berada di area dekat pemukiman warga ataupun persimpangan jalan yang strategis dan banyak dikunjungi orang. Pasalnya, Mak Sari berjualan di tengah-tengah pemakaman warga yang berada tepat di TPU Sinaraga, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat bercerita kepada detikJabar belum lama ini, Mak Sari mengatakan sudah membuka lapak di TPU Sirnaraga sejak tahun 2003. Sebelum berdagang, ia sempat bekerja di sebuah pabrik karet di daerah Margajaya, Bandung selama 20 tahun.

Berjualan di area pemakaman pun disadari betul Mak Sari cukup menguji nyali. Namun seiring berjalannya waktu, Mak Sari mulai terbiasa berjualan di sana, ditambah memang sudah mulai banyak warga yang beraktivitas di area TPU Sinargalih saat siang hari.

ADVERTISEMENT

"Emak jualan dari tahun 2003. Dulu mah iya masih keueung (sepi), masih ngerasa takut. Tapi sekarang mah udah mulai rame, udah banyak anak-anak kecil yang maen di kuburan," katanya.

Warung Mak Sari didirikan dengan memanfaatkan dua blok kuburan warga. Salah makam itu pun bahkan berusia lebih tua dengan umur Mak Sari. Meskipun begitu, keluarga pemilik kuburan itu tak pernah terganggu dengan kehadiran warung Mak Sari di sana.

Bahkan tak jarang, Mak Sari turut merawat dua makam tersebut. Meskipun, ada dua makam saudaranya di area TPU itu yang harus turut ia rawat sekaligus dibersihkan supaya kondisi tempat peristirahatan saudara-saudara Mak Sari tetap terjaga dengan rapi.

"Ini makam, keluarganya dari Surabaya. Biasanya setahun sekali diziarahin. Alhamdulillah, nggak ngerasa keganggu sama emak. Malahan katanya terima kasih ada yang ngejaga makamnya," ungkap Mak Sari.

Di usianya kini, Mak Sari pun sadar betul ia hanya tinggal menunggu waktu dipanggil Sang Pencipta. Meski kini belum memiliki materi yang cukup di kehidupannya, Mak Esih mengaku sudah menyiapkan bekal amal yang bisa ia pertanggungjawabkan kelak di akhirat.

"Emak ge boa iraha, nu jelas moal lila (Emak juga nggak tahu kapan akan meninggal, yang jelas mah nggak bakal lama). Ayeuna emang teu gaduh nanaon nu bisa dicandak, nya candak amal bae nu digaduh (Sekarang emang nggak punya apa-apa yang bisa dipakai, ya bawa amal aja yang dimiliki)," pungkasnya mengakhiri perbincangan dengan detikJabar.

(ral/ors)


Hide Ads