Para peserta aksi yang mengenakan pakaian putih-hitam sambil membawa spanduk dan poster terus menyuarakan tuntutannya di depan kantor Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil tersebut.
"ASN harga mati," teriak para honorer ini.
Di tengah lautan massa aksi, seorang peserta aksi mengangkat poster bertulisan 'Disini aku rela ketemu mantan demi jadi ASN'. Poster itu mencuri banyak perhatian, begitupun awak media.
Poster unik itu dibawa seorang bidan di salah satu puskesmas di Kabupaten Sukabumi bernama Siti Aisyah (33). Siti pun menceritakan soal poster yang dibawanya itu.
Meski berat, ia mengaku rela bertemu mantan pacarnya di tengah massa aksi. Yang penting ia menyuarakan aspirasi dan berharap dipenuhi pemerintah.
"Ada perawat, ketemu mantan-mantan (pacar) di kampus dulu, enggak kenapa-kenapa rela, asal diangkat jadi ASN," kata Siti Aisyah.
Aisyah menyebut, aksi demonstrasi ini kedua yang ia ikuti setelah sebelumnya beraksi di Kantor DPRD Sukabumi yang ada di Pelabuhan Ratu. Menurut Siti, aksi di Kantor DPRD Kabupaten Sukabumi tak membuahkan hasil memuaskan.
"Ini aksi kedua, aksi pertama kami tidak dapat hasil apa-apa, hanya diberi buaian saja," sebutnya.
Siti mengungkapkan, dari 2.700 tenaga kesehatan di Sukabumi, 70 persennya adalah honorer. Dan menurutnya, PP No 49 Tahun 2018 sangat menjadi beban para nakes.
"Sangat membebani kami, sedangkan honorer fasyankes di Kabupaten Sukabumi 70 persen itu honorer. Kalau nggak ada honorer, fasilitas kesehatan di Sukabumi itu lumpuh," ungkapnya.
"Harapan dari aksi ini honorer fasyankes di Jawa Barat diangkat menjadi ASN dan PPPK tanpa tes," tambahnya.
Siti juga berharap kepada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sebagai 'Bapaknya Warga Jabar' dapat membantu kesulitan para honorer ini.
"Untuk bapak gubernur, bapak kami tercinta, tolong batu kami untuk diangkat jadi ASN dan PPPK tanpa tes buat Pasyankes di Jawa Barat, tolong bantu perjuangan kami ke pemerintah pusat," harapnya.
"Kami sangat sedih, saat ada COVID-19 kami dijadikan garda terdepan, pakai APD, panas, tapi sejak ada PP itu kami seakan-akan tidak dianggap," pungkasnya. (wip/ors)