Pemuda Tukang Coet Tolak Rp 2 Juta dari Dedi Mulyadi karena Alasan Ini

Pemuda Tukang Coet Tolak Rp 2 Juta dari Dedi Mulyadi karena Alasan Ini

Yudistira Imandiar - detikJabar
Senin, 01 Agu 2022 12:05 WIB
Dedi Mulyadi
Foto: Dedi Mulyadi
Jakarta -

Ada cerita unik dari pertemuan Dedi Mulyadi dengan Adi Ardiansyah, seorang penjual coet (cobek) di Lembur Pakuan, Subang, Jawa Barat. Bocah 15 tahun itu menolak pikulannya dibeli oleh Dedi Mulyadi karena alasan yang bikin terenyuh. .

Saat berbincang dengan Dedi, Adi mengaku sudah tidak sekolah sejak kelas 5 SD. Ia bercerita sering dicemooh oleh teman-temannya hingga akhirnya memutuskan berhenti sekolah.

"Gak, Pak. Banyak omongan gak enak suka dihina. Kan waktu itu dari sebelum sekolah ikut jualan tisu suka pulang malam. Terus suka dihina bondon jalu (pelacur laki-laki). Jadi males sekolah," ungkap Adi seperti dikutip dalam keterangan tertulis, Senin (1/8/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adi merupakan warga Cigondewah, Kabupaten Bandung. Saat ini ia berkeliling berjualan coet bersama teman-temannya keliling Kabupaten Subang. Untuk membantu ekonomi keluarga, Adi sejak kecil harus berjuang untuk mencari rezeki. Ibunya bekerja jualan tisu, sedangkan bapaknya sudah berhenti sebagai sopir angkot karena sepi penumpang dan saat ini masih mencari pekerjaan baru.

"Ini coet (cobek) dari Padalarang. Saya ke sini ikut sama teman yang jualan balon. Saya jualan coet biar bisa keliling, kalau balon bosan harus diam terus kaya di hajatan," jelas Adi.

ADVERTISEMENT

Dedi pun mengetes keaslian coet tersebut. Rupanya setelah dicoba coet tersebut bukan terbuat dari batu melainkan dari hasil cetakan semen.

"Ini kalau kita ngulek semen bisa tergerus menyatu dengan sambel. Bukan palsu tapi ini coet semen, coet adukan. Ini mah bukan yang dipahat tapi dicetak," beber Dedi.

Dedi lantas membawa coet batu miliknya yang dari dapur. Setelah diteliti terlihat perbedaan antara yang terbuat dari batu dan semen. Dari situlah muncul keisengan Dedi untuk tidak mau membayar coet yang sudah dipecahkannya karena bukan terbuat dari batu.

"Da gimana atuh ini palsu. Bilang sama yang punyanya dipecahin sama Haji Udin (nama samaran Dedi), saya orangnya di sini rumahnya di Lembur Pakuan," cetus Dedi.

Adi pun disuruh pergi menyusul bos coet. Tanpa disadari Adi, Dedi kemudian menaruh uang di atas coet yang dibawa di belakang pemuda itu. Adi pun kaget dan kembali menemui Dedi karena merasa uang tersebut bukan miliknya.

"Ini bukan uang saya, Pak. Uang bapak mungkin," kata Adi.

Dedi pun akhirnya mau membayar coet yang dipecahkannya. Selain itu, dia ingin membeli semua coet termasuk tambang dan rancatan atau pikulan Adi.

"Jangan ini (rancatan) mah paranti (untuk) dagang sehari-hari. Ini mah mau ada yang nawar jutaan juga gak akan saya kasih. Ini sudah dua tahun nemenin, ini sudah jadi teman saya. Harganya murah tapi ini sudah nemenin saya dua tahun ini," tegas Adi.

Dedi pun kemudian menawar rancatan tersebut mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 2 juta. Namun tetap saja Adi kekeuh tak mau menjualnya.

"Enggak. Ini berarti bagi saya, kenangan ini mah. Ini mah saya susah selalu ada. Kan yang menghasilkan uang juga dari sini," tolak Adi.

Dedi kagum dengan sikap Adi yang dinilainya sebagai pemuda tangguh yang memiliki prinsip hidup. Bahkan, pikulan yang terbuat dari bambu pun tak mau ditukar dengan uang jutaan rupiah.

"Hebat kamu hidupnya punya prinsip. Kamu lebih mencintai kenangannya dibanding dengan menjual sebuah kenangan," tutur Dedi.

Wakil Anggota Komisi IV DPR RI itu menilai Adi akan tumbuh menjadi sosok pemuda yang tangguh karena memiliki prinsip yang kuat. Sebagai apresiasi, Dedi pun memberikan uang jutaan rupiah yang tadi ditawarkan untuk ditukar dengan rancatan Adi.

"Sekarang rancatan sama tambang bawa. Ini uangnya bawa. Ini buat modal. Kamu tidak boleh lagi tergantung sama orang lain. Itu modal kerja kamu jadi mulai besok jangan dagang dagangan orang lain, tapi kamu dagang milik kamu sendiri. Kamu jadi tuan," ungkap Dedi.

"Kamu anak muda hebat punya prinsip, punya sikap, kamu akan jadi orang sukses," ujarnya menambahkan.




(ega/ega)


Hide Ads