Kisah Sang Joki Geber Motor di Lintasan Tong Setan

Serba-serbi Warga

Kisah Sang Joki Geber Motor di Lintasan Tong Setan

Muhammad Fadhil Raihan - detikJabar
Senin, 01 Agu 2022 06:30 WIB
Bayu, joki tong setan.
Foto: Bayu, joki tong setan (Muhammad Fadhil Raihan/detikJabar).
Bandung -

Gegap gempita pasar malam menyuguhkan kesenangan bagi para pengunjungnya. Memang tidak semegah taman bermain di kota metropolitan, tetapi pasar malam selalu memiliki cerita menarik yang tidak ada habisnya.

Ada yang datang untuk menjajal komidi bianglala, ombak banyu, ataupun kora-kora. Ada yang datang untuk mencicipi jajanan kaki lima. Ada juga yang datang hanya untuk menikmati malam bersama kekasih, kerabat, ataupun keluarga.

Di tengah keramaian pasar malam ada satu komidi yang menarik perhatian. Terlihat sebuah tabung besar dengan suara riuh raungan motor di dalamnya. Komidi tersebut biasa dikenal dengan Tong Setan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam tabung berdiameter 6 meter dan tinggi 5 meter terlihat sepasang motor sedang beratraksi. Dengan lincah motor tersebut memutar sampai menjajaki seluruh papan kayu yang mengitari tabung.

Seperti namanya, sepasang motor tersebut seolah bergerak kesetanan. Tidak jarang juga melakukan atraksi dengan lepas tangan, mengangkat kaki, sampai berdiri di atas motor. Bukan, ini bukan sihir ataupun kekuatan mistis.

ADVERTISEMENT

Salah satu orang di balik motor kesetanan itu adalah Bayu (29). Bayu merupakan joki tong setan sejak 2008. Kini ia tergabung ke dalam Bintang Enterprise, kelompok di balik kemeriahan pasar malam di Cileunyi.

Bayu dan Bintang Enterprise baru meramaikan Cileunyi selama kurang lebih satu minggu. Perkiraan mereka akan terus menghibur selama satu bulan ke depan.

Bayu mengaku pada saat kecil ia mengira atraksi tong setan lekat dengan kekuatan sihir dan mistis karena atraksinya yang nekat.

"Saya pribadi waktu masih kecil mikirnya itu pake sulap atau sihir, soalnya kan atraksinya nekat," ucap Bayu yang ditemui di pasar malam Cileunyi belum lama ini.

Tak perlu ritual khusus, persiapan Bayu sebelum mulai atraksi hanya memakai sepatu dan sarung tangan. Selebihnya, rasa nekat yang mengambil alih.

Berawal dari Sepeda

Bayu mengaku pada awal ia melihat tong setan langsung tertarik untuk belajar. Ia mulai belajar menjadi joki setelah lulus sekolah.

"Awalnya saya belajar pakai sepeda di pasar malam dekat kampung," tambah Bayu yang berasal dari Wonosobo.

Bayu menyebutkan bahwa setiap orang yang ingin belajar menjadi joki harus dimulai dengan sepeda. Hal tersebut karena sepeda memiliki risiko yang lebih kecil dibanding dengan motor.

Pada saat awal mencoba Bayu merasakan pusing juga tidak terhitung jatuh berapa kali. Saat jatuh Bayu kerap merasa kapok, namun setelah sembuh rasa kapok terkalahkan kenekatannya.

"Kalau jatuh mah udah nggak bisa dihitung, bekas-bekasnya juga masih ada," ucap Bayu sembari menunjukkan bekas lukanya di kepala dan lutut.

Bayu melakukan atraksi dengan sepeda hanya berlangsung selama tujuh bulan. Setelahnya ia langsung menjadi joki tong setan andalan. Bahkan, kini Bayu melakukan atraksi tanpa memerlukan rem di motornya.

Hidup Bayu di Atas Roda

Pada salah satu papan kayu tempat Bayu atraksi, terdapat coretan 'Hidup Kami di Atas Roda'. Istilah tersebut nyatanya menggambarkan dengan tepat kehidupan Bayu.

Selama 14 tahun hidup Bayu bergantung pada tong setan dan motornya. Bahkan, tong setan juga menjadi 'rumah' bagi Bayu selama beratraksi di berbagai daerah.

Selain itu, Bayu juga melakukan atraksi bersama dengan orang yang dahulu satu rumah, yaitu kakaknya, Eko Susanto. Bayu dan Eko sama-sama 'Hidup di atas Roda' selama delapan tahun.

Umumnya, Bayu dan Eko mulai beratraksi setelah adzan Isya berkumandang sampai penonton sepi. Selain dari uang tiket penonton, Bayu juga kerap mendapatkan hasil saweran dari penonton yang kagum dengan aksinya.

Selama beratraksi di Cileunyi, Bayu mengaku paling banyak menghasilkan Rp 9 juta selama satu malam. Tepatnya di malam minggu.

Penghasilan tersebut kemudian disetor kepada pengelola dan nantinya Bayu mendapatkan gaji setiap bulannya. Hasil saweran juga sebagian dikumpulkan untuk uang kas.

"Kalau di sini tuh gajinya sama rata semua wahana. Kita juga dapat uang makan setiap harinya," tambah Bayu.

Selama 'Hidup di Atas Roda', Bayu menyebutkan paling senang ketika penonton ramai dan kondisi motor yang tidak rewel.

"Paling berkesan sih kalo penonton dan saweran ramai, dukanya sih kalo sepi sampai kita nggak main semalaman," jelas Bayu.

Bayu juga baru memperbarui 'rumah' dan motornya untuk lebih melancarkan aksinya. Tampilan baru tersebut juga Bayu harap dapat menarik lebih banyak penonton.

Halaman 2 dari 2
(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads