Kisah Tajul Terjang Ombak Demi Terangi Pesisir Karawang

Kisah Tajul Terjang Ombak Demi Terangi Pesisir Karawang

Yuda Febrian Silitonga - detikJabar
Jumat, 29 Jul 2022 01:30 WIB
Aktivitas Petugas PLN di Pesisir Karawang
Aktivitas Petugas PLN di Pesisir Karawang (Foto: Istimewa)
Karawang -

Melewati rute daerah abrasi dan menerjang ombak banjir rob dilakoni Tajul Husna (51). Petugas PLN itu nekat menerjang ombak demi tujuan mulia menerangi pesisir Karawang.

Pria yang bertugas sebagai pelayan teknik PLN ini sudah bertugas selama 15 tahun di PLN Karawang. Dalam satu bulan terakhir, Tajul bersama petugas lainnya ditugaskan ke Pesisir Sedari Karawang untuk memperbaiki tiang-tiang listrik yang roboh akibat abrasi dan banjir rob.

"Di manapun kami ditugaskan, kami harus siap meski arealnya di pesisir sekalipun, karena sudah tanggungjawab kami sebagai petugas," ungkap Tajul saat ditemui Unit Layanan Pelanggan (ULP) Rengasdengklok Karawang pada Kamis (28/7/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia bercerita, sebulan terakhir ia sudah memperbaiki 5 permasalahan listrik dari mulai tiang roboh hingga padam stasiunnya. Dari proses perbaikannya pun diakuinya tidak mudah.

"Untuk proses perbaikan seperti tiang roboh itu tidak mudah Kang, apalagi saat ini musim banjir rob. Mulai kendala dari medan yang sulit, cuaca, hingga posisi tiang listrik yang hanya berjarak beberapa meter saja dari bibir pantai, tentu membuat kami kesulitan untuk menormalkannya lagi," katanya.

ADVERTISEMENT

Ditambah lagi, masyarakat tidak ingin listrik mati terlalu lama. Jadi ia harus bekerja cepat dan tepat dari perbaikan listrik tersebut.

"Apalagi kita tahu sendiri kalau listrik mati lama, pasti masyarakat marah-marah," katanya.

Bukan hanya itu, dalam kondisi banjir rob ia juga harus menunggu air laut surut hingga tengah malam.

"Karena sekarang ini ada perubahan, jam pagi siang hingga sore itu lagi pasang, baru-baru surutnya itu malam hari menjelang tengah malam. Mau tidak mau harus diperbaiki jam segitu, dan terpaksa menginap di rumah warga," ungkapnya.

Selain itu jarak tempuh ke lokasi tiang-tiang listrik cukup jauh. Dia harus menempuh 23 kilometer melalui jalan tambak di pesisir.

"Kalau soal rute ke sana itu luar biasa jauh sekitar 23 kilometer apalagi diperbaikinya dengan manual tidak menggunakan crane atau alat bantu karena sulit akses masuk ke lokasi," tkata pria yang tinggal di Payungsari, Kecamatan Pedes ini.

Sepeda motor atau gerobak pun tidak sampai titik lokasi. Dilanjutkan dengan berjalan kaki sampai sekitar 4 kilometer menyelusuri pinggir laut.

"Jalan kaki sambil bawa alat bawa tiang kadang terus jalan 4 kilometer pinggir laut. Untungnya tiang besi bukan beton," ucapnya.

Beban kerja yang berat sempat membuat Tajul sempat berpikir keluar pekerjaan. Namun ia berpikir kembali, niat itu diurungkan karena tidak mudah mencari pekerjaan baru.

"Sempat ingin keluar kerja, tapi zaman sekarang itu kan sulit cari kerja jadi saya belajar ikhlas dalam pekerjaan," kata pria yang memiliki dua anak ini.

Sementara itu, Manajer ULP Rengasdengklok Fikri Hakim mengatakan ada sekitar 60 tiang listrik di sepanjang 3,6 kilometer switch di sepanjang pesisir mulai dari Desa Cemara hingga Desa Sedari Kecamatan Cibuaya.

"Di daerah itu ada 60 tiang listrik dan ada kurang lebih 5 tiang alami roboh dan kami semaksimal mungkin melakukan upaya perbaikan agar tetap memastikan pasokan listrik terpenuhi," ujarnya.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads