Merespons hal itu, DPD PDIP Jawa Barat justru membela apa yang dilakukan kadernya tersebut. PDIP menganggap upaya Juju memperjuangkan 3 raperda perlu diapresiasi meskipun sikapnya waktu itu berapi-api hingga lepas kontrol saat rapat.
"Ya baguslah. Intinya saya mendukung apa yang dilakukan oleh Juju Hartati, terutama untuk menggoalkan 3 raperda itu," kata Ketua PDIP Jabar Ono Surono saat dihubungi via telepon di Bandung, Kamis (28/7/2022).
Ono menilai, Raperda Domba Garut memang dibutuhkan untuk regulasi di masyarakat. Terlebih, hewan tersebut sudah lama menjadi icon di daerah yang disebut oleh Bung Karno sebagai Kota Intan ini.
"Domba Garut ini terkenal dimana-mana dengan kekhasannya, tentunya harus diproteksi dan harus dikembangkan. Sehingga perlu regulasinya," ucapnya.
Begitu juga dengan Raperda Pesantren. Ono menilai, Garut beberapa tahun ke belakang mulai rawan disusupi paham radikal, salah satunya yang telah terjadi yaitu gerakan Negara Islam Indonesia (NII).
"Raperda pesantren ini kan bukan semata terkait kurikulumnya, tapi pesantren juga harus bisa memproteksi dari Gerakan-gerakan yang bertentangan dengan Pancasila. Sehingga perda ini memang dibutuhkan oleh masyarakat Garut," tuturnya.
Ono pun berpendapat, aksi Juju yang mengamuk itu bisa timbul atas reaksi kekesalannya. Ia ikut mengungkit soal dana kunker DPRD yang dibandingkan dengan alasan mengenai tidak adanya anggaran untuk pembahasan 3 raperda itu seperti yang diungkapkan oleh Juju.
"Tentunya itu kan reaksi yang timbul saat itu, saya tidak tahu suasana di situ seperti apa. Tapi mungkin saja yang dilakukan Juju itu pada saat dia menerima informasi yang tidak masuk akal terkait dengan tidak adanya anggaran," kata dia.
"Di sisi lain kalau anggaran kunker-kunker kan itu selalu ada, mungkin dari situlah kekesalan Juju Hartati sampai gebrak meja," pungkasnya.
(ral/dir)