"Orang Bandung mah tong bauan (orang Bandung jangan pilih-pilih)," begitulah kalimat kiasan yang selalu diingat Dani Ariyadi (29) dari pesan bapaknya, Daria (60). Kalimat yang memiliki makna supaya dia tidak gengsian melakoni pekerjaan apapun, termasuk profesi saat ini yang ia lakoni sebagai penyapu di Balai Kota Bandung.
Meskipun masih berusia muda, Dani tak canggung melakukan pekerjaan sebagai tukang sapu. Dani begitu cekatan dan sudah lihai memainkan sapu lidi berukuran panjang yang ia bawa untuk mulai menyapu inci per inci halaman di area balai kota.
Ketika para pegawai kantor Pemkot Bandung mulai berhampuran saat jam pulang kerja, saat itulah Dani mulai mengayunkan sapu lidinya. Tak ada area di halaman Balai Kota yang dia lewati sejengkal pun. Dia sudah terbiasa dengan pekerjaan yang sudah dijalaninya hampir dua tahun tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nanti beresin kerjaannya dulu ya kang, biar enak. Nggak enak sama yang lain soalnya kalau ditinggalin," ucap Dani ketika ditemui detikJabar di sela-sela pekerjaannya sebagai penyapu halaman Balai Kota Bandung, Senin (25/7/2022).
Lebih dari setengah jam, Dani akhirnya sudah selesai dengan tugasnya menyapu di area Taman Labirin Balai Kota Bandung. Satu putaran penuh tugas menyapu Dani lakoni bareng dua rekannya yang lain. Dalam sekejap, daun-daun yang sebelumnya berserakan di aspal taman itu sudah bersih dari kondisi semula.
Setelah beres-beres, Dani kembali menuju ruang istirahat bersama para tukang sapu Balai Kota lainnya. Tempatnya cukup sederhana karena berada di pojokan dan diapit dua gedung kantor antara Bandung Command Center dan Badan Kepegawaian dan Sumber Daya Manusia (BKPSDM).
Meski sederhana, gelak tawa tetap mengiringi tempat istirahat para pekerja yang biasa menyapu area Balai Kota Bandung itu. Dani yang telah membawa sebatang rokok di tangannya lalu mulai menyalakan korek supaya bisa menghisap rokok tersebut sembari menikmati waktu istirahatnya setelah bekerja. Baju kerjanya pun ikut dibuka usai menuntaskan pekerjaannya begitu melelahkan.
Saat bercerita kepada wartawan, Dani telah memulai pekerjaannya sebagai tukang sapu di Balai Bota itu sejak pertengahan tahun 2020. Dani terbilang beruntung karena berkat bapaknya ia bisa bekerja di lingkungan Kantor Wali Kota. Kebetulan, pada tahun itu bapak Dani, Daria, memang memiliki pekerjaan sebagai sopir pribadi mantan Wali Kota Bandung almarhum Oded M Danial.
"Pas bapak kerja jadi sopirnya almarhum, saya ikut kerja jadi tukang sapu di sini. Sampai sekarang keterusan dan bapak sekarang mah jadi sopir kantor biasa aja, soalnya umurnya juga udah tua, udah mulai capek kalau kayak dulu," katanya.
Baca juga: Air Mata Maulana di Depan Gedung Sate |
Meski ada peran bapaknya dalam pekerjaan Dani, namun Dani tak mau hal itu menjadi keuntungan untuknya. Dani justru bertekad membayar kepercayaan dari bapaknya tersebut, dan melakukan pekerjaan sesuai tugas yang diberikan.
Buktinya pun terasa oleh Dani. Saat ada kebijakan pengurangan karyawan pada awal 2022, ia menjadi pegawai yang tetap bertahan. Padahal saat itu, ada delapan kawan Dani yang harus dirumahkan dengan alasan perampingan petugas tukang sapu di Balai Kota Bandung.
Mandiri dan tak merasa gengsi. Simak di halaman berikutnya.
Dani juga tak gengsi menjalani pekerjaannya saat ini sebagai tukang sapu. Sebab ia punya prinsip, lebih baik capek saat bekerja daripada harus capek mencari kerja. Ditambah, sejak masih bersekolah di tingkat SD, Dani memang sudah belajar hidup mandiri dengan mencari pekerjaan apapun yang bisa dia lakukan. Dani kecil, bahkan bisa mencari uang untuk jajannya sehari-hari di sekolah.
"Dari SD emang udah belajar nyari kerja sendiri. Dulu sempat di deket rumah, ada tempat pemancingan. Saya waktu kecil kerja di situ bantu-bantu. Dapat uangnya juga lumayan, lebih gede dari uang jajan saya ke sekolah malahan," katanya.
Prinsip itu yang terus dipegang Dani. Menginjak remaja, Dani bahkan sudah melakoni pekerjaan sebagai tukang parkir, kuli bangunan, hingga menjalani pekerjaan sebagai barista di kafe-kafe Kota Bandung.
Bahkan Dani bercerita, dia pernah pulang tumbang saat pertama kali menjajal kerjaan sebagai tukang parkir. Ketika pulang ke rumah, kondisi dia sudah begitu lemas hingga memaksanya harus istirahat total selama tiga hari.
"Saat masih markir, itu pulang ke rumah pernah kerasanya muka kayak kebakar gitu. Mungkin baru-baru pertama yah jadi tukang parkir, jadinya nggak biasa. Akhirnya pas udah sembuh, saya balik markir lagi. Itu tuh kalau nggak salah kelas 2 SMA lah," tutur Dani.
Dengan pekerjaannya saat ini sebagai tukang sapu Balai Kota, Dani pun punya pesan bagi anak muda di Bandung terutama yang masih kesulitan dalam mencari pekerjaan. Ia menyarankan agar anak muda tak gengsi dalam menjalani pekerjaan apapun, selama itu mendatangkan penghasilan.
"Kalau bagi saya, jangan dulu milih-milih mau kerjanya apa. Jalanin aja dulu, selama itu halal dan memang menghasilkan, ya udah jalanin. Toh nggak semua kerjaan yang kita mau itu ada, jadi yang ada aja udah fokusin," ucapnya.
"Sama satu lagi, anak muda mah jangan sampe kebanyakan gengsi. Nongkrong di mal, di kafe, sementara budget aja masih mengandalkan dari orang tua. Mendingan dari sekarang belajar mandiri supaya ke depannya kita nggak selalu tergantung dari orang tua," kata Dani mengakhiri perbincangannya.