Deru suara kendaraan mengiringi lantunan suara musisi jalanan di Simpang Dago, Kota Bandung. Bermodal peralatan sederhana, lagu "Cinta Karena Cinta" dari Judika dinyanyikan untuk menghibur pengendara yang menunggu giliran untuk melaju.
Sembari menyelesaikan satu lagu, salah satu personel musisi jalanan tersebut membawa kardus kosong yang berharap diisi pengendara. Tidak banyak yang diharapkan, uang receh pun dibalas senyuman.
Musisi jalanan yang bertugas di Simpang Dago tersebut adalah Yayat (37), Aji (40), dan Abid (30). Yayat bertugas sebagai gitaris dan vokal, sementara Aji dan Abid bergantian memukul cajon dan mengitari pengendara dengan kardus kosong.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tepat di seberang Taman Dago, trotoar di kolong Jalan Layang Pasupati menjadi panggung megah untuk musisi jalanan ini. Sebelumnya, mereka bernyanyi di jalan raya sambil mengitari pengendara.
Namun belakangan mereka melakukan cara baru dalam beraksi. Kini mereka mengunakan sound system.
"Kalau pakai sound baru dua tahun jalan. Sebelumnya ngamen di jalan aja muter-muter," ungkap Aji yang ditemui di sela istirahatnya, Rabu (20/7/2022).
Ketiga musisi jalanan ini melakukan aksinya setiap hari, mulai dari pagi sampai dengan sore hari. Penghasilan yang didapat pun tidak menentu.
"Kalau penghasilan nggak tentu, sih. Musim liburan juga nggak menjamin penghasilan akan banyak. Kadang paginya ramai, siangnya malah zonk," tambah Yayat.
Setiap sekali lampu merah, mereka menyanyikan sebuah lagu dengan durasi 2-3 menit. Dari waktu tersebut, paling banyak pernah terkumpul Rp 75 ribu.
![]() |
Sempat Bekerja di Restoran dan Hotel
Sebelum berkarier sebagai musisi jalanan, ketiga musisi ini mengaku sempat bekerja di berbagai restoran dan hotel yang berbeda.
Mereka berhenti kerja karena terkena dampak pandemi Covid-19. Mengamen menjadi salah satu solusi mereka untuk tetap berpenghasilan.
"Kalau ditanya 'kenapa kalian ngamen? kan masih muda?', siapa juga yang mau ngamen gitu. Kita juga dituntut sama keadaan, sebelumnya nggak ada niatan ngamen ini jadi pekerjaan utama," ungkap Aji.
Kini, mereka tidak menutup kemungkinan untuk kembali bekerja. Mereka masih mencari lowongan pekerjaan yang memang memiliki upah sesuai kebutuhan.
Sebab, ketiga musisi ini sudah memiliki keluarga masing-masing. Selain harus menghidupi diri sendiri, mereka juga perlu memenuhi kebutuhan anak dan istri.
Ditawari Tampil di Kafe
Musisi Simpang Dago ini juga memiliki keinginan berpindah panggung. Mereka juga sempat ditawari beberapa kafe untuk menghibur para tamu.
Aji juga menyebutkan bahwa sesama pengamen di Simpang Dago memiliki hubungan yang baik. Hal itu juga membuat mereka tidak pernah berebut lahan dengan pengamen lain.
"Kita mah solidaritas antarpengamen terjaga. Jadi, kalau ketemu salam, nggak ada junior atau senior," tambah Yayat.
![]() |
Pernah Dikejar Satpol PP
Saat masih mengamen di jalanan, Abid mengaku ia sempat dikejar petugas Satpol PP. Hal tersebut menjadi salah satu kendala saat mengamen.
"Dulu pernah sempat dikejar sama Satpol PP waktu masih ngamen di jalanan. Itu sih kendalanya waktu ngamen dulu, tapi sekarang juga waktu sudah di trotoar nggak menutup kemungkinan bakal tetap dikejar," tambah Abid.
Meskipun begitu, semenjak mengamen di trotoar dengan peralatan lebih lengkap mereka belum pernah mengalami dikejar Satpol PP. Bahkan, harapannya jangan sampai itu terjadi.
"Selama kitanya baik mah pasti aman-aman aja. Kita kan ngamennya baik-baik, nggak maksa," jelas Yayat.