Kasus Bully Bocah Tasik Disorot Jokowi hingga Ironi HAN Jabar

Round-Up

Kasus Bully Bocah Tasik Disorot Jokowi hingga Ironi HAN Jabar

Tim detikJabar - detikJabar
Minggu, 24 Jul 2022 18:00 WIB
Neglected lonely child against the white wall.  Little girl crying in the corner. Violence concept.
Foto: Ilustrasi (iStock).
Bandung -

Nasib pilu dialami PH (11), bocah kelas enam SD di Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya. Ia mengalami depresi, hingga akhirnya sakit keras dan meninggal dunia usai mendapatkan perundungan dari rekannya.

Parahnya, PH dipaksa rekan-rekannya menyetubuhi kucing. Video aksi perundungan itu direkam, kemudian disebarkan para pelaku di media sosial.

Bertepatan dengan Hari Anak Nasional, Sabtu (23/7), Presiden Joko Widodo atau Jokowi memberikan sorotan terhadap kasus bocah kelas 6 SD di Tasikmalaya tersebut. Jokowi menyampaikan belasungkawa dan minta kejadian ini tidak terulang lagi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini yang menjadi keprihatinan kita semuanya. Pertama, saya ingin sampaikan belasungkawa yang mendalam atas kejadian di Tasikmalaya," ucap Jokowi setelah menghadiri acara Hari Anak Nasional di Kebun Raya Bogor, Sabtu (23/7/2022).

Jokowi mengatakan kasus ini adalah tanggung jawab bersama. Dia meminta para orang tua menjaga anak-anaknya.

ADVERTISEMENT

"Dan ini adalah tanggung jawab kita semuanya. Tanggung jawab orang tua, tanggung jawab para pendidik, tanggung jawab sekolah, tanggung jawab masyarakat agar bullying, perundungan, ke depan tidak terjadi lagi," katanya.

"Inilah yang harus kita jaga bersama-sama agar anak-anak kita memiliki dunia bermain, dunia anak-anak dengan keceriannya mereka. Jangan sampai terjadi lagi yang namanya perundungan," lanjutnya.

Kabar duka itu pun menyebar. Bocah korban perundungan, depresi hingga meninggal dunia menjadi topik perbincangan jelang peringatan Hari Anak Nasional di Tasikmalaya. Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya langsung turun tangan.

Usai mengantongi data, KPAID Kabupaten Tasikmalaya melaporkan kasus tersebut ke kepolisian. Terduga pelakunya masih anak-anak. Pelaporan itu dilakukan KPAID dua hari jelang peringatan Hari Anak Nasional.

"Hari Anak Nasional itu tentunya kita mengharapkan bukan semata-mata hanya simbol. Tapi, menjadi perenungan. Apakah manfaat Hari Anak itu betul-betul menyentuh anak-anak," kata KetuaKPAID KabupatenTasikmalayaAtoRinanto kepadadetikJabar, Sabtu (23/7/2022).

Ato menilai Hari Anak Nasional adalah momentum kebanggaan menjaga anak-anak. Hari gembira bagi anak-anak. Namun lara mengubahnya di Tasikmalaya.

KPAID enggan mengaitkan kasus bocah sebelas tahun itu sebagai kado pahit peringatan Hari Anak Nasional. "Ada atau tidak ada kado, sejatinya kasus ini berjalan alamiah. Mungkin kebetulan terjadi pada momen Hari Anak Nasional," tutur Ato.

Ato tak menampik kasus yang menimpa anak-anak sepanjang tahun terus terjadi. "Sepanjang dunia ini berputar, kasus akan ada. Paling penting adalah kita hadir ketika ada kasus, hadir dan mendampingi dalam setiap kasus yang menimpa anak," ucap Ato.

Ato menginginkan Hari Anak Nasional menjadi titik untuk saling menularkan semangat perlindungan terhadap anak. Refleksi juga bagi KPAID dan lembaga lainnya agar lebih gigih dan inovatif dalam memperjuangkan perlindungan anak.

Sepanjang tahun 2022, Ato menyebutkan KPAID Kabupaten Tasikmalaya menangani 48 kasus kekerasan terhadap anak, tiga di antaranya perundungan. Ato juga membentuk satgas di tingkat kecamatan untuk mempercepat kemudahan penanganan.

"Setelah ada satgas kesadaran masyarakat untuk melapor meningkat. Tahun lalu, atau dalam setahun itu 93 kasus yang kita tangani. Trennya naik, karena laporan dan temuan naik. Sebelum ada satgas, setahun itu yang ditangani paling banyak 37 kasus," kata Ato.

Kesedihan juga dirasakan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Barat. Saat melakukan kampanye Hari Anak Nasional di Jalan Asia-Afrika, Manager Program LPA Jabar Diana Wati mengaku sedih dengan kejadian kekerasan dan perundungan terhadap anak di Jabar.

Diana mengaku ada dua kasus yang tengah jadi perbincangan di Jabar soal kasus anak. Yakni perundungan terhadap bocah Tasikmalaya yang sempat depresi, kemudian meninggal dunia, dan bocah di Bekasi yang dirantai.

"Saya sedih, sangat ironis sekali. Untuk itu, kami terus berupaya semaksimal mungkin pencegahan kekerasan terhadap anak," kata Diana saat ditemui di Jalan Asia Afrika, Sabtu (23/7/2022).

Diana menambahkan kekerasan terhadap anak masih terus terjadi. LPA Jabar mencatat sejak Januari hingga Juni 2022 ada 100 kasus perundungan yang ditangani. "Laporan resmi tidak, tapi mereka konsultasi ke kami. Ya, hanya konsultasi sifatnya," kata Diana.

Selain itu, sepanjang 2022, LPA Jabar juga menerima sebanyak 26 laporan terkait kasus kejahatan seksual terhadap anak. Jumlah korban dalam satu laporan itu rata-rata belasan anak.

"Untuk soal hak asuh, atau perebutan untuk mengasuh anak ada 10 kasus," kata Diana.

LPA Jabar berharap Hari Anak Nasional bisa dimaknai sebagai momentum untuk memperkuat cara asuh orang tua terhadap anaknya. LPA juga mendorong agar adanya ketrampilan anak dalam mencegah kekerasan.

"Mari katakan tidak pada kekerasan," kata Diana.

Di tempat yang sama, fasilitator Forum Komunikasi Anak Kota Bandung Bara Athaya mengatakan pada tahun ini pihaknya fokus pada penanganan trauma anak-anak akibat pandemi COVID-19. "Yang kita tangani ada 25 anak, pernah kita hibur dan lakukan trauma healing," kata Bara.

Pada tahun lalu, Bara mengatakan pihaknya juga fokus pada soal perkawinan anak. Menurutnya, dampak pandemi COVID-19 mengakibatkan perkawinan anak meningkat.

Sementara di Tasikmalaya, Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum langsung menemui keluarga bocah yang dibully setubuhi kucing. Di sana, Uu memastikan kondisi psikologis keluarga korban sudah pulih.

Pertemuan antara Uu dan keluarga bocah tersebut berlangsung di Kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya pada Sabtu (23/7/2022). Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya Ato Rinanto ikut mendampingi pertemuan tersebut.

"Keluarga korban saya temui di hari anak nasional. Mereka saya lihat sudah mulai pulih psikologinya," kata Uu.

Uu meminta kasus ini diakhiri dengan islah dari kedua belah pihak yang terlibat. Meski demikian, Uu meminta perekam dan penyebar videonya diproses hukum.

"Saya ketemu keluarga korban. Kami berharap kasus islah. Menurut saya yang harus dikejar adalah perekam dan penyebar videonya," kata Uu.

KPAID Kabupaten Tasikmalaya memastikan proses hukum di kepolisian masih berjalan. Para pihak yang terlibat mulai keluarga korban perundungan dan keluarga terduga pelaku sudah menjalani pemeriksaan kepolisian.

"Sampai hari ini belum masuk ke tahapan islah kita tunggu hasil penyidik. Apapun hasilnya terbaik untuk anak," kata Ato

Berdasarkan data yang dirangkum detikJabar, Pemprov Jawa Barat masih memiliki pekerjaan rumah yang penting terhadap kasus kekerasan yang menimpa anak. Baru-baru ini juga terjadi kasus perundungan yang berujung kematian terhadap anak di Tasikmalaya pada Rabu (20/7/2022).

Kasus tersebut turut menambah jumlah korban kekerasan yang menimpa anak di Jawa Barat. Berdasarkan data dari SIMFONI PPA (Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak), korban kekerasan anak di Jawa Barat selalu meningkat sejak tahun 2018 sampai 2021.

Pada tahun 2018, total jumlah korban kekerasan anak (usia 0-17) di Jawa Barat adalah sebanyak 559 anak. Dari jumlah tersebut korban terbanyak merupakan anak dengan usia 13-17 dengan 282 korban, usia 6-12 sebanyak 227 korban, dan usia 0-5 berjumlah 50 korban.

Kemudian pada tahun 2019 jumlah korban kekerasan anak bertambah menjadi 560 anak. Pada periode ini terdapat peningkatan jumlah korban usia 0-5 menjadi 61 korban dan terdapat penurunan pada kategori usia 6-12 dan 13-17.

Tren negatif tersebut semakin memburuk pada periode tahun 2020 dan 2021 atau memasuki masa pandemi. Korban kekerasan anak pada setiap kategori bertambah dengan total 872 korban pada tahun 2020 dan 1088 korban pada tahun 2021.

Kini, memasuki pertengahan tahun 2022 tercatat total korban kekerasan anak menyentuh angka 555 korban. Angka tersebut sudah mendekati jumlah korban kekerasan anak pada tahun 2018 dan 2019.

Halaman 2 dari 3
(ral/mso)


Hide Ads