Tiga ikan Arapaima Gigas tersapu banjir bandang di Garut, Jawa Barat, pada Jumat (15/7). Ikan sepanjang satu meter dengan berat 100 kilogram tersebut ditemukan di dua tempat berbeda. Satu ikan ditemukan di tepi aliran Sungai Cipeujeuh, Paminggir, Kecamatan Garut Kota, sedangkan dua ikan lainnya ditemukan di sekitar kolam di Paminggir.
Salah satu warga setempat, Isam, mengatakan ikan pertama ditemukan pada Sabtu (16/7) saat penduduk menyisir Sungai Cipeujeuh. "Saat ditemukan (ikan) tersangkut di pohon," tuturnya kepada detikJabar, Rabu (20/7). Pria berusia 45 tahun itu menduga Arapaima Gigas tersapu banjir bandang karena dinding kolam jebol diterjang banjir.
Munculnya ikan yang habitatnya di Sungai Amazon, Amerika Selatan, tersebut membuat warga setempat geger. Apalagi, pemerintah melarang pelepasan ikan dengan nama lain Paiche atau Pirarucu tersebut di perairan karena ikan itu merupakan predator yang rakus dan bisa mengancam keberadaan ikan lain.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Larangan itu tercantum dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 41/PERMEN -KP/2014 tentang Larangan Pemasukan Jenis Ikan Berbahaya dari Luar Negeri ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Aturan itu menyebutkan Arapaima Gigas termasuk salah satu ikan yang dilarang masuk Tanah Air karena berbahaya.
Koordinator Bidang Operasi Karantina dan Keamanan Hayati Ikan Kementerian Kelautan, Totong, menegaskan bahwa Arapaima masuk dalam daftar ikan yang terlarang masuk ke Indonesia. "Itu sudah jelas tidak boleh dibudidayakan dan dilalulintaskan," tuturnya pada detikcom Rabu (20/7).
Totong menerangkan Arapaima juga tidak boleh diperjualbelikan di Indonesia. Pelanggar regulasi tersebut bisa dipidana.
Masalahnya, Arapaima dijual di market place. Arapaima sepanjang 15 sentimeter dibanderol seharga Rp 6,5 juta.
Koordinator Pengawasan, Pengendalian, Informasi Stasiun Karantina, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Kementerian Kelautan Hari Haryanto mengatakan pendistribusian Arapaima dilakukan melalui jalur darat. "Ini distribusinya ilegal dan biasanya jalur distribusinya lewat darat karena pemantauan kami relatif longgar kalau lewat darat," ujarnya.
Arapaima ilegal tersebut biasanya diangkut dalam sebuah wadah oleh perorangan atau kelompok menggunakan kendaraan pribadi. Waktupendistribusiannya juga biasanya dilakukan pada malam hari menggunakan mobil pribadi.
Alasan Arapaima berbahaya hidup di perairan Indonesia, simak penjelasan di halaman selanjutnya?
Menurut Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Padjajaran (Unpad) Yudi Nurul Ihsan, masyarakat tertarik memelihara Arapaima Gigas karena bentuk dan jenisnya yang tidak biasa. Mereka biasanya belum tahu bahwa memelihara ikan itu dilarang.
Indonesia yang beriklim tropis dan sama seperti Sungai Amazon membuat Arapaima Gigas mudah beradaptasi. Hal itulah yang bakal berdampak negatif pada ekosistem jika Arapaima hidup di alam bebas di Indonesia.
"Arapaima ini dari Amazon daerah tropis mirip dengan kita (Indonesia), sehingga begitu ikan ini lepas ke alam mudah beradaptasi untuk hidup," tutur Yudi. "Karena ikan ini predator maka akan memangsa ikan kecil di sungai, dan membuat ikan endemi kita bisa punah."
Belakangan, terungkap pemilik Arapaima Gigas yang hanyut diterjang banjir bandang di Garut ialah pengusaha cengkeh di Paminggir. Seorang pegawai pengusaha cengkeh tersebut, Ikih, menuturkan sejumlah Arapaima tersebut dipelihara oleh bosnya sejak berbobot satu kilogram.
Ikih tak mengetahui dari mana bosnya itu mendapat Arapaima Gigas. "Itu (Arapaima) sudah 10 tahun lebih (dipelihara)," tutur pria berusia 65 tahun tersebut.
Nasib Arapaima yang hanyut diterjang banjir itu pun berakhir di perut warga setempat. Setelah mendapatkan persetujuan dari pemiliknya, ikan tersebut disantap bersama oleh penduduk dan para korban banjir. "Dagingnya kenyal, seperti daging ayam," tutur Lurah Paminggir Asep Ridwan yang ikut memakan ikan predator itu.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Simak Video "Video Pemeriksaan Polisi soal Dokter PPDS Unpad: Ada Indikasi Kelainan Seksual"
[Gambas:Video 20detik]
(gsp/gsp)