Krisis telah melanda berbagai negara. isu soal krisis global ini juga dibahas pemerintah Indonesia saat persamuhan dengan Gubernur Bank Sentral G20 di Bali. Gubernur Jabar Ridwan Kamil mengaku telah mengantisipasi hantaman krisis global.
Dalam data Bank Indonesia Jabar mengenai "Strategi Pengendalian Inflasi Daerah dalam Rangka Menjaga Keberlangsungan Pemulihan Ekonomi dan Merespon Tekanan Inflasi Tinggi", yang disampaikan pada pertemuan High Level Meeting (HLM) TPID se-Jawa Barat, 14 Juli lalu menyebutkan, Bank Indonesia alias BI menyampaikan soal kondisi global dan risiko stagflasi atau keadaan inflasi yang tinggi.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi kondisi ekonomi global saat ini, yakni perang antara Rusia dan Ukraina atau tensi geopolitik kedua negara itu, kebijakan zero COVID-19 di Tiongkok atau Cina, dan proteksionisme beberapa negara terhadap produk pangan. Imbasnya adalah disrupsi pasokan yang berkepanjangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
BI menyebutkan kondisi demikian mengakibatkan kenaikan inflasi dan harga komoditas global. Selain itu, terjadi juga penurunan pertumbuhan ekonomi dan volume perdagangan dunia.
Isu krisis ini bisa menghantam berbagai sektor, seperti pangan, energi dan lainnya. Seperti halnya kenaikan inflasi bahan makanan, energi BBM dan gas, harga komoditas holtikultura dan lainnya. Kemudian, ada penurunan produksi kualitas panen.
BI Jabar juga menyebutkan perekonomian Jabar pada triwulan I 2022 mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 5,61 persen Year Over Year (Yoy). Pertumbuhan ekonomi di Jabar juga lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,01 persen (yoy). Akan tetapi, kinerja lapangan usaha utama di Jawa Barat juga terpantau sedikit melandai, antara lain sektor industri pengolahan, sektor perdagangan besar dan eceran, sektor konstruksi, serta sektor pertanian.
Namun, Ekonomi Jawa Barat 2022 diproyeksikan tumbuh pada rentang yang sedikit lebih rendah, yaitu 4,7 persen hingga 5,5 persen (yoy). Sebagaimana ekonomi nasional, dampak eskalasi tensi geopolitik global juga akan memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi Jabar.
Desa Digital hingga Energi Terbarukan
Ridwan Kamil mengaku siap menghadapi kondisi ekonomi global. Ia mengaku telah menyiapkan tujuh sektor untuk merespons perubahan ekonomi global. Salah satunya adalah pemanfaatan digitalisasi sebagai efesiensi.
"Digitalnya juga hingga di desa-desa. Sehingga kita bisa memaksimalkan kekuatan merespon krisis global dengan memperkuat di daerah," kata Ridwan Kamil usai hadiri rapat BJB di Trans Luxury Hotel Bandung, Selasa (19/7/2022).
Gubernur yang akrab disapa Kang Emil itu menjelaskan soal kebijakan pariwisata di Jabar. Penguatan ekonomi melalui sektor pariwisata menjadi pilihan Kang Emil dalam menghadapi krisis global. Terlebih lagi, pariwisata merupakan penyumbang PAD yang besar di Jabar.
"Contoh, saya fokus pariwisatanya kan pariwisata lokal ya, perputaran ekonominya luar biasa dan turunannya," kata Kang Emil.
Menguatnya harga BBM juga menjadi perhatian Pemprov Jabar. Kang Emil mengaku solusi untuk menghadapi krisis energi adalah pengembangan energi terbarukan.
"Kemudian bergeser BBM makin mahal. Kita geser kan dengan energi terbarukan, saya promosikan energi listrik, pembangunan energi berbasis matahari lain-lain dan sebagainya. Itu respons," ucap Kang Emil.
"Kalau Jawa Barat tidak bergerak, nanti pada saat ada disrupsi-disrupsi, urusan pangan, urusan energi, kita jadi korban mahal, kalau udah mahal rakyat pasti jadi korban," kata Kang Emil menambahkan.
Kang Emil tak menampik upayanya tak bisa dirasakan hari ini. Ia memastikan upaya yang dilakukan Pemprov Jabar itu bagian dari persiapan terhadap kondisi ekonomi global.
"Makanya tidak bisa dipanen sekarang, tapi telah menyiapkan terhadap respons global, itu sudah kami lakukan," ucapnya.
Sebelumnya, dikutip dari detikFinance, pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 telah selesai, setelah melakukan meeting selama 2 hari di Bali. Dalam pertemuan itu, mereka membahas berbagai macam isu, salah satunya soal perang hingga krisis global yang tengah terjadi.
"Ada topik yang cukup utama, ekonomi global sekarang dan berbagai tantangan dampak dari pandemi COVID-19 dan perang di Ukraina sampe prospek ekonomi global dan juga ketahanan pangan dan pangan," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers, Sabtu (16/7) kemarin di Nusa Dua, Bali.
(sud/dir)