Jembatan gantung penghubung dua kecamatan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat terancam putus. Meski begitu, warga masih tetap nekat melintas karena jembatan itu merupakan akses terdekat untuk melintas ke kampung seberang.
Jembatan yang dibangun swadaya pada 2007 itu mengubungkan aktivitas warga Kampung Gunung Batu, Desa Bojongjengkol, Kecamatan Jampang Tengah dengan Kampung Sawahbera, Deaa Sukamanah, Kecamatan Cikembar.
Informasi diperoleh detikJabar, kondisi jembatan tua itu bertambah parah saat arus Sungai Cimandiri menggerus tanah dan membuat batang besi penyangga tumbang beberapa waktu lalu. Saat itu, warga menghentikan aktivitas perlintasan di jembatan sepanjang 80 meter tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kondisi perlintasan antara dua wilayah semakin lebar karena longsor dan banjir membuat landasan jembatan tertarik dari awal 80 meter kini jadi 90 meter," cerita Deden Supardi, ketua RT setempat, Jumat (15/7/2022).
Akibat kejadian awal itu, Deden mengatakan aktivitas perlintasan dihentikan. Begitu juga sejumlah pelajar yang terpaksa libur karena khawatir jembatan ambruk dan memakan korban.
"Warga sempat tidak melintasi jembatan saat itu, pelajar terpaksa diliburkan lantaran khawatir jembatan gantung tersebut ambruk. Selama ini untuk perbaikan warga mengandalkan swadaya. Inginnya dibuat baru, namun karena biaya pembuatan jembatan membutuhkan biaya besar akhirnya warga memperbaiki seadanya," ujarnya.
![]() |
Jembatan itu adalah satu-satunya akses terdekat ke daerah seberang, meskipun kondisinya sudah memprihatinkan warga tidak punya pilihan selain memaksakan diri untuk melintas. Pamtauan detikJabar, masih terlihat aktivitas warga melintasi jembatan itu.
"Warga yang sakit ketika ingin berobat harus ditandu, sedangkan wanita hamil jauh-jauh hari sebelum melahirkan diungsikan ke desa yang dekat dengan fasilitas kesehatan karena khawatir jembatan keburu ambruk dan tidak bisa dilintasi," ungkap Deden.
Hal senada diungkap Sujana, warga Kampung Gunungbatu. Ia mengatakan banyak anak-anak yang melintasi jembatan itu demi untuk menimba ilmu. Saat ini, ketika hendak sekolah para orang tua mendampingi mereka untuk melintasi jembatan.
"Sejak kerusakan jembatan gantung semakin parah akibat longsor dan tergerus banjir. Anak yang menimba ilmu tingkat Paud maupun SD yang hendak menyebrang jembatan harus didampingi orang tua sebab kondisi jembatan membahayakan keselamatan mereka," tuturnya.
"Apalagi pertama kejadian (lonsor) anak sekolah sempat libur seminggu. Kalau (anak sekolah yang menyeberang) sekarang digendong didampingi orang tua. Kalau sendirian nggak berani karena masih kecil, kecuali kalau pelajar SMA bisa melintas sendiri," ungkap Sujana.
Warga berharap perbaikan jembatan segera dilakukan, karena selain akses pendidikan jembatan itu sangat dibutuhkan untuk aktivitas pertanian dan kesehatan warga.
(sya/ors)