Lima remaja korban selamat dari kecelakaan di pantai Legokjawa Pangandaran mengalami trauma. Meski sudah berada di rumah mereka masing-masing di Kampung Cibangun Kaler, Kelurahan Ciherang, Kecamatan Cibeureum, Kota Tasikmalaya, kebanyakan dari mereka memilih mengurung diri di kamar.
"Anak saya masih shock mengurung diri di kamar, tiga korban meninggal semuanya bestie dia. Mereka itu selalu berempat, bahkan sampai tidur di sini," kata Wina ,ibu dari Salwa (13), Jumat (8/7/2022).
Salwa trauma karena menyaksikan ketiga temannya digulung ombak. "Katanya dia diam di pinggir pantai, waktu korban tenggelam dia melihat persis bahkan ketika tangan korban melambai minta tolong," kata Wina.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak tiba di rumah, dia langsung diam di kamarnya dan kerap menangis. "Belum ngobrol banyak saya juga, dibiarkan tenang dulu," kata Wina. Yang membuat Wina pilu, anaknya masih sering menanyakan kondisi tiga temannya itu, walau dia sendiri tahu sudah meninggal dunia. "Tadi juga menanyakan, bagaimana teman-temannya," kata Wina.
Sita Nurul Yana, psikolog dari Komisi Perlindungan Anak Kota Tasikmalaya mengatakan trauma yang dialami oleh anak-anak ini masih tergolong wajar.
"Trauma yang wajar, karena anak remaja usia SMP ini kondisi emosional dan sosialnya masih senang bersahabat. Jadi ketika kehilangan mereka mengalami trauma. Anak remaja kan moody ya," kata Sita di sela melakukan kunjungan konseling ataua trauma healing ke rumah-rumah korban selamat.
Kondisi trauma yang wajar itu menurut Sita bisa dipulihkan dengan beberapa pendekatan, baik pendekatan sosial maupun pendekatan agama.
"Sejauh ini tak ada yang sampai depresi, ini trauma yang masih bisa healing. Misalnya terapi bermain, tapi yang bisa memberikan terapi bermainnya itu lingkungannya sendiri," kata Sita.
Pendekatan agama juga penting, agar anak bisa menerima kenyataan ini dengan ikhlas. "Pendekatan agama juga harus, misalnya diajak tahlilan sebagai kebiasaan masyarakat di sini. Sehingga mereka bisa menerima kenyataan bahwa sahabatnya sudah tiada," kata Sita.
Dia menambahkan setelah kunjungan ini pihaknya akan terus melakukan pemantauan. Jika ada anak yang terus mengalami trauma akan dilakukan penanganan lanjutan. "Kami pantau. Wajarnya satu bulan mereka mestinya sudah bisa beraktivitas normal kembali. Tapi kalau memburuk perlu dilakukan penanganan lanjutan," kata Sita.
Mumun Mukandar tokoh masyarakat setempat mengatakan sebagian warganya saat ini masih fokus menanti hasil pencarian Sahrul, salah seorang korban yang belum ditemukan. "Rombongan anak-anak sudah pulang semua, ada yang dijemput ada yang ikut bus Pemda. Sementara perwakilan warga masih berada di lokasi kejadian memantau pencarian Sahrul," kata Mumun.
Dia juga mengatakan semua korban yang selamat sudah berada di rumah masing-masing. "Insya Allah mereka semua kuat dan tabah," kata Mumun.
(mso/mso)










































