Pantauan detikJabar sekitar pukul 11.30 WIB, warga berpakaian serba hitam mendatangi halaman kantor desa. Mereka menempelkan selembaran potongan gambar story WhatsApp dengan latar berwarna ungu dan tulisan demokrasi.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, permasalahan ini berawal dari status WhatsApp Kepala Desa Sukaresmi Jalaludin yang tersebar di masyarakat.
"Hayo atuhlah gera auden dei, hayang ngala huntuna asa sok pinter bodo batur dasar eweh otakan,hayu ah sparingan, hayang panggih di luar secara pribadi. (Ayo segera auden lagi, ingin ngambil giginya, kaya so pintar bodo dasar tidak ada otaknya, ayo sparing ingin bertemu di luar secara pribadi)," tulis status WhatsApp tersebut.
Salah satu warga yang melakukan aksi, Lui Andrian (30) mengatakan kedatangan mereka ke kantor Desa Sukaresmi karena ingin menegur Kades yang dinilai telah mempersekusi dia pada 30 Juni 2022 lalu melalui panggilan telepon. Panggilan telepon itu didasari atas status WA yang disebarkan ke grup WhatsApp.
"Jadi kedatangan kami sebagai Aliansi Warga Sukaresmi, hari ini ingin menegur seorang Kades Sukaresmi yang telah mempersekusi rakyatnya sendiri. Waktu itu kami, saya pribadinya mengkritik tentang story WA Kades," kata Ali kepada detikJabar, Selasa (5/7/2022).
Saat itu, dia mengkritik pemimpin untuk tidak berbicara kasar, arogan atau mengutarakan kebencian di sosial media karena akan menjadi konsumsi publik.
"Ketika saya telepon, dia mempersekusi saya selama 16 menit lewat telepon. Waktu itu saya sudah santun, cuman dia malah mengajak duel saya," ucapnya.
Kabar ajakan duel tersebut menyebar ke masyarakat dan mengundang kontroversial.
"Ketika berita ini menyebar akhirnya seluruh warga Sukaresmi mempunyai kemarahan kepada kades. Jadi gerakan ini natural tidak ditunggangi oleh siapapun, natural oleh rakyat Sukaresmi," ucapnya.
Saat ditanya mengenai spesifik ajakan duel, Lui menyebut, Kades Sukaresmi Jalaludin mengajak duel selama 15 menit sebagai pribadi bukan sebagai jabatannya sendiri. Sementara Lui menolak ajakan tersebut.
"Ajakan duelnya waktu itu dia secara pribadi bukan sebagai Kepala Desa bilangnya, 15 menit untuk duel bersama saya, sparring. Cuman waktu itu saya menolak," ujarnya.
Sementara itu, masyarakat yang melakukan aksi demonstrasi ini menuntut agar Ketua BPD harus segera melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap pelayanan publik. Kemudian mendesak Bupati Sukabumi Marwan Hamami untuk segera mencopot oknum Kepala Desa Sukaresmi karena telah lalai dan tidak mampu memanah sikap, tidak mencerminkan sikap dan tidak menjadi suri tauladan.
"Tuntutannya dia harus menyadari bahwa dia seorang Kades, dia tidak pantas untuk arogansi, sombong. Usut tuntas secara hukum tindakan persekusi. Selebihnya biar masyarakat yang menilai," tuturnya.
"Kesombongan dan arogansi adalah kesalahan yang mutlak. Pemerintah seperti ini harus turun tahta," ucapnya.
Aksi demonstrasi ini telah diterima oleh Kepala Desa Jalaludin. Jalaludin menyebut, hal itu karena kesalahan komunikasi, ia juga meminta maaf dan menjelaskan permasalahan itu di depan masyarakat.
"Kalau saya salah, mohon maaf kepada warga semua, dan tidak niat kepada warga Sukaresmi. Permasalahan ini juga sudah beres. Kalau ini melukai warga-warga semua, secara pribadi saya minta maaf," kata Jalaludin. (mso/mso)