Melihat fenomena yang selalu terulang dari tahun ke tahun, Shinta Ratna Sari selaku Ketua Woman Self Defense of Koporyu (WSDK) Indonesia memberikan beberapa tips untuk pembekalan para perempuan. Menurutnya, perempuan bisa berdaya dan memiliki kemampuan untuk melawan tak hanya terdiam apalagi ketakutan.
"Kami ada empat konsep bela diri di WSDK yakni 4P. Pray, Predict, Prevent, Protect. Berdoa selalu pada Tuhan YME untuk memohon perlindungan, prediksi jika ada tanda-tanda bahaya dengan selalu memperhatikan dari ujung mata, hindari bahaya, baru langkah terakhir kalau memang harus menghadapi dengan fisik barulah harus menyerang untuk melindungi diri," jelas Ita, begitu ia biasa disapa.
Kepada detikJabar, diungkapkan olehnya bahwa memprediksi dan menghindari ancaman itu bukanlah soudzon atau berprasangka buruk, namun mengubah rasa takut menjadi waspada. Perempuan tidak perlu takut kemudian selalu menundukkan kepala, tapi justru harus waspada dan siap menghadapi ancaman.
"Sebagai contoh, misal ada sekumpulan pria yang lebih kuat daripada kita. Tentu berbeda antara ada yang saling berbisik dengan hanya kumpul biasa. Melihat ada ancaman tersebut, dongakkan kepala dan pandangan lurus ke depan sembari memantau dari ujung mata. Apa yang akan mereka lakukan? Jangan menunduk dan kelihatan takut," ucapnya.
Ia menekankan bahwa perempuan tidak boleh kelihatan tidak berdaya karena itu justru jadi sasaran empuk. Perempuan harus menatap dan terlihat berani.
"Jangan tatap matanya, lihat ke dahi di antara kedua matanya. Jangan terlalu kelihatan nantangin juga, karena bisa saja justru mengundang niatan buruk. Biasa saja, tapi jangan menunduk. Sembari waspada kira-kira ada pertanda apalagi? Kalau memang terasa tidak nyaman untuk melewati kumpulan pria tadi, lebih baik putar balik. Balik badan ini juga bentuk bela diri," jelas Ita.
Dari kewaspadaan tersebut, membuat adanya langkah pencegahan saat sedang di tempat umum dengan satu atau beberapa orang yang punya jarak cukup dekat dengan diri kita. Ujar Ita, pencegahannya adalah dari tingkatkan awareness yakni jangan terlalu percaya dengan orang lain sekalipun berada di ruang relasi kuasa.
"Sekalipun itu guru, orang yang lebih tua, orang yang harus dihormati, kalau memang sudah melanggar hak kita maka kita harus berani menolak. Setiap dekat dengan orang asing, pastikan jarak aman dengan kurang lebih satu rentangan tangan. Jika di lift bagaimana? Jangan membelakangi orang asing, tapi punggung harus menempel pada dinding lift dan siku dekat dengan tombol alarm," paparnya.
Ia juga memberikan beberapa contoh bela diri sederhana yang bisa dilakukan perempuan jika memang terpaksa harus berlawanan fisik. Terdapat beberapa teknik bela diri sederhana yang WSDK ajarkan pada para peserta agar bisa membela diri dari kekerasan. Salah satunya adalah mencubit lengan dengan mengunci menggunakan empat kuku sekaligus.
"Untuk menepis tamparan, tekuk lengan dan arahkan di sebelah pipi. Untuk menyerang lawan, perhatikan titik-titik lemah seperti jakun, pelipis, lengan bawah dekat ketiak, daging di bagian pinggang, dan kemaluan. Titik lemah tersebut bisa diserang menggunakan benda apapun," tuturnya.
Dengan pembekalan-pembekalan sederhana ini, ia berharap perempuan bisa lebih percaya diri dan tidak takut untuk bertindak dan berteriak. Sekalipun itu bukan terjadi pada diri kita, namun terjadi pada perempuan lain di depan mata maka kita harus berani menolong.
"Kita kuat sehingga harus bisa saling menguatkan. Perempuan bisa berdaya dan melawan meski belum pernah bela diri, bahkan dengan barang apapun bisa. Berdoa dan waspada itu nomor satu, teknik bela diri sebagai pelengkap agar lebih percaya diri," tutup Ita.
(aau/aau)