Menanti Hasil Penelitian Jejak Misterius Harimau Jawa di Sukabumi

Menanti Hasil Penelitian Jejak Misterius Harimau Jawa di Sukabumi

Tim detikJabar - detikJabar
Minggu, 26 Jun 2022 15:00 WIB
Ilustrasi harimau Jawa
Foto: Ilustrasi Harimau Jawa (Ilustrator: Edi Wahyono).
Bandung -

Penampakan hewan diduga Harimau Jawa menggemparkan banyak pihak. Hewan bernama latin panthera tigris sondaica yang dinyatakan punah sejak 1970-an ini disebut muncul kembali di Hutan Surade, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Kabar kemunculan Harimau Jawa ini pertama kali dilontarkan oleh Dinas Kehutanan Jawa Barat. Di akun media sosialnya, Dishut menulis dugaan sang raja rimba telah muncul kembali di Sukabumi.

"Keberadaan Harimau (Maung) Jawa di Kabupaten Sukabumi, apakah masih ada ?" tulis akun Facebook Dishut Jabar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tulisan Dishut Jabar ini diunggah bukan tanpa alasan. Mereka mengaku mendapat kesaksian dari 6 warga Sukabumi yang melihat kemunculan Harimau Jawa di sana.

Tanya hanya penampakannya, beberapa jejak yang mengindikasikan kemunculan Harimau Jawa ini juga ditemukan. Mulai dari rambut harimau yang tersangkut di ranting pagar serta jejak cengkraman kuku pada batu di Hutan Surade, Sukabumi.

ADVERTISEMENT

Saat kabar ini mencuat, BKSDA Jabar langsung turun tangan. Sejumlah benda yang diduga merupakan bagian tubuh dari Harimau Jawa kemudian turut diserahkan untuk diteliti oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

"Kita sudah mengirim sample bulu di lapangan untuk mengecek apakah dari harimau itu atau bukan. Masih di Lab Brin badan riset. Masih tahap penelitian bulunya, sampai sejauh ini belum ada perkembangan. Menunggu hasil BRIN, masih mencari pembanding untuk samplenya," ujar Kasubag Data Evaluasi Pelaporan dan Kehumasan BKSD Jawa Barat, Halu Uleo.

detikJabar juga mendapat kesaksian dari warga yang sempat melihat kemunculan Harimau Jawa. Salah satunya Riri Yanuar Fajar (24) atau Riri, yang mengaku melihat hewan tersebut muncul pada pertengahan Agustus 2019 pukul 23.00 WIB.

"Kejadiannya malam, pulang main dariSurade,meong itu melompatsosoknya terlihat kurang jelas jadi memang tidak tersorot lampu motor langsung, jadi hewan itu berada di area gelap. Warnanya masih samar," kata Riri kepadadetikJabar, Selasa (7/6/2022).

Meskipun gelap, Riri meyakini hewan yang ia lihat adalah harimau. Sebab, sorot lampu motornya sempat menangkap kilatan warna yang sama terlihat seperti sosok harimau.

"Posisinya melompat dari leuweung (hutan) ke jalan, sekitar 1 menit dia berdiri dia diam di jalan sebentar setelah itu melompat lagi ke hutan. Warnanya sempat kelihatan kuning garis hitam," ucapnya.

Awal Juni 2022, tim peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kemudian turun tangan. Mereka melakukan pendalaman terkait kabar temuan Harimau Jawa di wilayah hutan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Plt Kepala Pusat Riset Zoologi Terapan Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan, BRIN Khoirul Himmi Setiawan mengatakan pihaknya telah berdiskusi karena mencuatnya kabar temuan hewan dengan nama latin Panthera tigris sondaica ini.

"Kemarin sore berlangsung diskusi dengan tim periset zoologi dari Pusat Riset Zoologi Terapan, Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi serta Pusat Riset Biosistematika dan Evolusiyang meneliti sampel helai rambut 'suspect harimau jawa," kata Khoirul saat dikonfirmasi detikJabar, Rabu (8/6/2022).

Dari hasil diskusi itu, Khoirul menyatakan tim periset masih membutuhkan pendalaman lebih jauh mengenai kabar temuan harimau yang sudah dinyatakan punah itu.

"Informasi hasil analisa belum bisa dishare ke publik karena masih membutuhkan pendalaman lebih lanjut dan datanya akan dipublikasikan di jurnal ilmiah," ungkapnya.

Menurutnya untuk mendapatkan informasi lebih banyak mengenai kabar kemunculan Harimau Jawa itu, Tim Organisasi Hayati dan Lingkungan BRIN dibantu BKSDA Jabar akan turun ke lokasi mencari bukti-bukti tambahan.

"Tim dari Organisasi Hayati dan Lingkungan BRIN akan bekerjasama dengan BKSDA Jabar untuk turun ke lapangan mengumpulkan bukti tambahan yang diperlukan. Hal itu dilakukan untuk memperkuat dan mengkonfirmasi kesimpulan awal yang ada," ujar Khoirul.

Namun, kabar kemunculan Harimau Jawa juga disanksikan oleh sejumlah pemerhati lingkungan. Salah satunya, Humas Bandung Zoo Sulhan Syafi'i yang menyatakan jika kemunculan Harimau Jawa sangat kecil mengingat hewan tersebut sudah dinyatakan punah.

"Terakhir dilihat tahun 1976 dan dinyatakan punah tahun 1980. Tidak mungkin masih ditemukan," tutur Aan, sapaan akrabnya.

Pria berkacamata yang juga menjabat sebagai Humas Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) itu juga aktif dalam keanggotaan forum macan tutul sehingga cukup banyak mengetahui perihal populasi Harimau Jawa.

"Persebaran hewan tersebut ya sesuai namanya, memang ada di Jawa. Coraknya loreng, tapi kan hewan itu sudah dinyatakan punah cukup lama. Saya rasa ini tidak perlu dibesarkan, memang sudah tidak mungkin," paparnya.

Ia menduga bahwa penampakan tersebut hanya sekedar ilusi atau kesalahpahaman bahwa yang dilihat adalah spesies lain.

"Sampai hari ini saya kira mungkin yang dilihat warga itu adalah spesies harimau lain, mungkin macan tutul atau apa. Karena mereka kan juga pasti takut untuk memastikan, anggapannya itu harimau jawa padahal bukan," tambahnya.

Aan memastikan bahwa kemungkinan untuk masih menemukan harimau jawa adalah hal yang tidak mungkin. Menurutnya kabar penemuan ini jangan membuat jadi berandai-andai yang tidak perlu dan membuat banyak orang berharap.

"Tidak perlu berharap ada tindakan apapun dari pemerintah karena ya memang tidak mungkin masih ditemukan. Tidak perlu berandai-andai," tuturnya.

Selain pemerhati,NGO lingkungan hidup The International Union for Conservation of Nature (IUCN) juga menyatakan Harimau Jawa telah punah pada dekade 1970-an. Penelitian yang mengungkap kepunahan hewanpantheratigrissondaica lalu merekaunggah di laman resmiIUCN.

IUCN menyatakan jika spesies terakhir Harimau Jawa terlihat di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur pada 1976. Penyebab kepunahan Harimau Jawa ini didasari oleh maraknya perburuan dan hilangnya habitat asli karena pembukaan lahan.

Kemudian berdasarkan penelusuran detikX pada 2017 lalu, Harimau Jawa pernah hidup di sejumlah hutan di Pulau Jawa, mulai ujung Banyuwangi di Jawa Timur sampai Ujung Kulon di Banten.

Pemerintah Indonesia saat ini hanya memiliki sisa bagian tubuh (spesimen) dari hewan karnivora itu. Pusat Penelitian Biologi LIPI, yang terletak di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menyimpan dua spesimen kulit Harimau Jawa dan juga Harimau Bali.

Peneliti mamalia di Pusat Penelitian Biologi LIPI Profesor Gono Semiadi mengatakan dua spesimen harimau Jawa itu merupakan peninggalan Belanda tahun 1910 yang tersimpan dalam lemari khusus dan besar.

Kulit harimau itu tergantung bersama dua kulit harimau Bali dan beberapa macan tutul atau macan kumbang. Juga terlihat sejumlah kerangka dan tengkorak kepala harimau.

"Inilah ruangan harta karun milik pemerintah Indonesia, yang satu-satunya menyimpan dua spesimen kulit harimau Jawa dan Bali. Ada 30 spesimen kulit harimau Jawa lainnya, tapi ada di luar negeri," ungkap Gono, Senin, 18 September 2017.

Selain karena hilangnya habitat asli, kepunahan Harimau Jawa menurut Gono juga disebabkan masuknya senjata api ke Indonesia pada zaman Belanda.

Memang kala itu, marak juga budaya seperti gladiator, Harimau Jawa atau macan tutul dilepas di tengah massa yang membawa tombak untuk membunuh binatang itu.

"Tapi, kalau hanya budaya, itu sebenarnya tidak sampai memusnahkan. Tapi dengan adanya bedil (senjata api) masuk yang dibawa Belanda itu lebih signifikan," jelas Gono.

Meski sudah turun langsung ke lokasi, BRIN belum mempublikasikan kembali bagaimana hasil penelitiannya terkait dugaan temuan Harimau Jawa tersebut. BRIN belum memberikan keterangan lebih lanjut mengenai kemunculan hewan di Hutan Surade, Kabupaten Sukabumi itu.

Halaman 2 dari 3
(ral/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads