Air sungai Ciwidey terus meluap jika terjadi hujan dengan intensitas tinggi. Bahkan tak jarang luapan sungai tersebut bisa menyebar ke beberapa pemukiman warga.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) Kabupaten Bandung, Asep Kusumah mengatakan saat ini terus melakukan pencatatan terkait penyebab meluapnya sungai Ciwidey beberapa waktu lalu. Menurutnya, banjir tersebut bukan terjadi terhadap satu permasalahan.
"Itu kan lagi di-assement kan sama BPBD. Intinya ini pelajaran buat kita, bahwa situasi lingkungan ini kan tidak akibat tunggal, banyak hal saya kira," ujar Asep kepada detikJabar saat Peresmian Pondok Citarum '92, Desa Cimekar, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, Rabu (15/6/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihaknya menjelaskan persoalan banjir bisa disebabkan dengan berbagai permasalahan. Dengan itu, pihaknya tak menampik hal tersebut disebabkan adanya alam yang berubah fungsi.
"Kalau kita bicara banjir, memang ada luapan air, kemudian ada juga air larian dari run off, kemudian ada beberapa lahan tangkapan air yang berubah fungsi. Tapi tentu harus komprehensif dinilai, sehingga kita bisa menemukan diagnosa yang tepat dan juga solusi yang tepat. Apabila kita diagnosanya tidak komprehensif, pasti solusinya juga tidak bisa menyelesaikan secara cepat," katanya.
Dia mengungkapkan saat ini Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung terus fokus dalam menangani masalah sungai. Kata dia, salah satu upayanya adalah dengan koordinasi berbagai pihak terkait.
"Pak Bupati juga cukup peduli melakukan itu, beliau juga berkoordinasi dengan Perhutani, dengan PTPN, dengan BBWS dan saya kira salah satu yang pernah ditunjukkan pak Bupati adalah ketika wilayah Timur, melakukan normalisasi sungai sepanjang 12 kilometer tanpa APBD, dengan konsep pentahelik," katanya.
Asep menambahkan nantinya terdapat dua pendekatan untuk menangani masalah banjir. Dengan itu, kata dia, hal tersebut bisa menangani masalah banjir.
"Saya kira memang nanti pendekatannya nanti ada dua, ada pendekatan darurat, pelebaran penampang air, juga ada pendekatan sistem bagaimana dari sisi kebijakan, dari sisi implementasi dan tentu pelibatan masyarakat dan seluruh komponen yang ada," katanya.
Dia menuturkan cuaca saat ini tidak bisa diprediksi. Bahkan, menurutnya, saat ini hujan bisa terjadi kapanpun.
"Kan kalau kita lihat musim sekarang, biasanya kalau normal musim itu bulan Mei Juni itu lagi panas-panasnya, ini kan anomali juga. Biasanya Mei itu lagi panas-panasnya, nanti hujan lagi itu kan di akhir Desember," ucapnya.
"Kelihatannya kalau tahun ini kita tidak akan mengalami musim kemarau. Iya jadi ada anomali iklim. Ya mungkin karena adanya perubahan global. Pemerintah pusat juga udah komitmen di lima challenge perubahan iklim," tambahnya.
Asep menambahkan saat ini belum ada sanksi terkait adanya alih fungsi lahan. Menurutnya melakukan penelusuran terkait hal tersebut.
"Belum (sanksi), masih diinvestigasi. Terutama di BBWS terus melakukan assement, karena yang terjadi hari ini kan tanggap darurat, dan itu yang paling utama," pungkasnya.
(yum/yum)