Belajar parenting memang tak ada habisnya. Seiring tumbuh kembang anak, akan selalu ada hal baru yang kita pelajari. Tahukah ibu-ibu, kalau setiap anak pasti akan melewati fase tantrum.
Tantrum bukanlah hal yang harus dihindari, melainkan harus dipersiapkan. Sebab, fase tersebut adalah tahapan yang wajar. Tantrum merupakan bentuk emosi dari anak yang bentuknya bermacam-macam. Tapi, kebanyakan anak akan meluapkan dengan kekesalan.
"Kebanyakan diluapkan ke rasa marah dan kesel, tujuannya mengekspresikan emosi. Bisa dengan guling-guling, pukul-pukul kepala atau bahkan ibunya. Fase ini pasti akan dialami anak usia di bawah lima tahun," ujar Trianindari, Psikolog dari Magnaka Psikologi Bandung.
Menurut Inda, begitu sapaannya, tantrum adalah fase yang wajar dan akan dialami setiap anak. Penyebabnya adalah anak tidak bisa mengomunikasikan keinginannya.
"Sehingga keinginannya tidak terpenuhi. Mungkin karena cara bicara anak kurang jelas, ditambah pengasuh salah paham dengan apa yang diinginkan anak. Si kecil kemudian mengamuk," terang Inda.
Dalam menyikapi ini, orang tua punya berbagai macam cara. Beberapa orang tua bahkan merasa anaknya tidak pernah mengalami fase tantrum karena merasa anak kecil yang menangis adalah wajar.
"Pada intinya setiap anak pasti akan mengalami fase ini, tapi kembali bagaimana cara orang tua mentolerir. Ada yang merasa anak menangis itu biasa, teriak-teriak itu biasa karena mereka sedang emosi. Ada yang justru ikut emosi," kata psikolog yang telah berkarir selama 13 tahun tersebut.
Maka dalam mendampingi anak tantrum, dikatakan orang tua harus bisa merespons bahwa ini adalah fase yang wajar.
"Perlu orang tua ketahui, bahwa ini adalah fase yang wajar. Jangan beri reaksi yang berlebihan seperti hukuman, validasi emosi anak sampai dia tenang dan ajak komunikasi. Setelah enam tahun anak akan bisa mengkomunikasikan apa yang diinginkan," ujar Inda.
(aau/yum)