Allah SWT mencintai umatnya yang berjalan di jalur kebenaran, menjauhi larangan dan menjalankan perintah Nya. Batuan terjal selama proses ibarat ujian yang kemudian berbuah berkah dan kenikmatan. Kalimat itulah yang kemudian mengiringi kisah pendirian Pondok Pesantren Tarbiatul Aulad.
Kiai Khudori, pendiri Ponpes Tarbiatul Aulad kebingungan luar biasa saat niatnya membangun kobong (tempat beristirahat santri) perempuan sekaligus Taman Pendidikan Al'quran (TPQ) nyaris terhenti karena kehabisan uang untuk biaya pembangunan.
Meskipun dalam keadaan sulit, Khudori tetap yakin ponpes yang ia bangun di tengah kawasan Tempat Hiburan Malam (THM) itu akan tetap berdiri. Beragam cara ia lakukan untuk menghimpun biaya pembangunan, meskipun dengan berat hati Khudori mengutus para santri untuk meminta sumbangan di jalan raya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kondisinya sudah benar-benar bingung cari pembiayaan. Kalau proses awal semuanya mudah, saya pakai uang pribadi dari nol. Perlahan kobong santri pria terbangun kemudian majlis juga terbangun. Hanya keuangan terganggu begitu saya memulai pembangunan kobong santri perempuan sekaligus TPQ," ujar Khudori, Senin (11/4/2022).
Di tengah kebingungan itu, suatu ketika pintu rumah Khudori diketuk anggota Polri dia adalah Aipda Deny Ferdianto Kasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Polres Sukabumi yang datang bersama rekan-rekannya. Kedatangan Deny sempat membuat kaget seisi pesantren, mereka mengira sang Kiai berurusan dengan hukum.
"Awalnya kaget semua, saya juga bingung kok ada anggota polisi datang ke sini. Namun akhirnya silaturahmi itulah yang kemudian membawa niat baik, proses pembangunan pesantren berlanjut. Sejumlah agniya berdatangan, ucapan mereka sama memberikan dukungan untuk syiar islam," ujar Khudori.
![]() |
Berawal dari Obrolan
detikJabar mengkonfirmasi hal itu ke Aipda Deny, ia mengatakan awal pertemuan dengan Kiai Khudori secara tidak sengaja ketika ia dan rekan-rekannya memperbaiki sepatu ke tukang sol.
Belakangan tukang sol itu diketahui sebagai Abah Wawan guru ngaji Alquran di Ponpes Tarbiatul Aulad. Saat bekerja, abah Wawan juga dikenal dengan nama Mang Ujang.
"Awalnya saya ini dan tim kebetulan dari TIK di Polres, kita semua punya langganan sol sepatu namanya Mang Ujang kebetulan saat itu lagi sol sepatu, sambil nunggu sol sepatu iseng-iseng ngobrol menanyakan kalau selesai sol ini kegiatannya apa. Biasa lah obrolan sore, nah beliau ini menjawab selesai sol sepatu mengajar, ngajar apa? ngajar PAUD Alquran di pesantren Citepus namanya Tarbiatul Aulad," cerita Deny.
Saat itu meski tertanam dalam benak Deny, obrolan hanya melintas begitu saja. Sekian lama berlalu, nama Ponpes terus terngiang dalam benak Deny, sampai akhirnya suatu ketika Deny melihat sejumlah anak santri mencari sumbangan di perempatan Jalan Siliwangi, di kardus untuk mengumpulkan uang tertulis nama Tarbiyatul Aulad.
"Lama-lama saya terus teringat nama pesantren itu , sampai akhirnya ketika dinas keluar itu melihat beberapa anak santri di setiap perempatan ada anak santri membawa kardus bertuliskan mohon bantuan pembangunan pesantren Tarbiatul Aulad alamatnya Citepus. Saya mulai berpikir lagi, loh kasihan loh anak-anak di perempatan," sergah Deny dalam benaknya.
"Namun saya tidak bisa melarang tampa memberikan solusi, akhirnya saya biarkan, dari situ saya berpikir lebih baik saya datang ke lokasi. Lihat apa keperluannya sampai akhrinya saya ngobrol dengan Mang Ujang minta diantar bertemu dengan Pak Ustaz (Kiai Khudori). Sampai disana ternyata ponpes memang ada, Kiai juga cerita bahwa mereka perlu ini itu," sambung Deny.
Saat itu Deny langsung diskusi dengan tim nya, beragam cara mereka lakukan mulai dari membongkar sedikit tabungan hingga menyisihkan uang saku dan gaji. Tidak berhenti di sana, Deny juga meminta dukungan dari sejumlah rekannya untuk membantu proses pembangunan ponpes.
"Kami sisihkan dari uang saku, gaji atau uang lebih kami sisihkan untuk membeli material, untuk kelistrikan dan sebagainya. Kemudian sedikit-sedikit kami buatkan meja belajar. Kami hubungi juga rekan-rekan kita yang alhamdulillah juga turut mendukung kita hubungi dan Alhamdulillah terkumpul. Satu yang masih PR harapan ke depan, pesantrennya bisa lebih luas lagi, yang penting sekarang anak-anak bisa tertampung dulu untuk belajar, tempatnya layak dan bisa digunakan saya pikir itu yang paling utama," pungkas Deny.
Pantauan detikJabar, saat ini kobong santri dan TPQ sudah nyaris sempurna 100 persen, namun pihak pengelola masih membutuhkan sejumlah material untuk melengkapi pembangunan gedung dua lantai tersebut.
(sya/yum)