Pilu Perempuan 'Open BO', Rela Hadapi Risiko Demi Biayai Keluarga

Pilu Perempuan 'Open BO', Rela Hadapi Risiko Demi Biayai Keluarga

Ikbal Selamet - detikJabar
Selasa, 29 Mar 2022 16:47 WIB
Male and female symbols drawn using chalk on a chalkboard
Foto: Getty Images/iStockphoto/joxxxxjo
Cianjur - Risiko kekerasan hingga kematian menghantui para pelaku transaksi seks secara daring atau open Booking Online (BO). Namun himpitan ekonomi menjadi alasan para perempuan tersebut rela menjajakan diri melayani pria hidung belang.

Melati (bukan nama sebenarnya), wanita pelaku open BO, mengaku dirinya sempat bekerja, namun pandemi COVID-19 membuatnya diberhentikan. Kepedihannya pun memuncak di kala sang suami meninggal dunia.

Sejak enam bulan terakhir Ia pun terpaksa menjadi pemuas nafsu pria hidung belang dengan cara open BO.

"Baru enam bulan, dulunya kerja tapi diberhentikan. Suami juga meninggal, jadi terpaksa pilih jalan ini untuk penuhi kebutuhan," kata dia, Selasa (29/3/2022).

Uang yang dia dapat dari pekerjaannya itu Melati gunakan untuk kebutuhan dua orang anaknya.

"Tidak saya pakai untuk belanja atau ikut tren. Saya kerja begini, yang kata orang hina demi anak-anak saya. Saya juga tidak ingin bekerja seperti ini, tapi mau bagaimana lagi, belum ada pekerjaan untuk saya," ucap dia.

Menurutnya uang dari pelanggan tak sepenuhnya untuk dirinya. Dia harus berbagi hasil dengan mucikari atau mamih di tempat kos tempatnya tinggal dan melayani tamu.

Jika dibayar Rp 500 ribu, dia harus setor sebesar Rp 150 ribu sedangkan jika mendapat tamu yang membayar Rp 300 ribu, dirinya harus menyisihkan Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu untuk disetorkan.

"Aturannya begitu, kalau main sendiri-sendiri kadang jadi sasaran gerebek petugas. Kalau di sini aman, cari tamu di aplikasi kemudian melayani di kostan tanpa dirazia petugas," kata dia.

Dia mengaku bisa melayani beberapa pria hidung belang dalam semalam, dan uang ratusan ribu dia bisa dapatkan per malamnya untuk kebutuhannya. Namun uang itu juga sebanding dengan risiko besar yang dihadapinya.

Menurut Melati, tidak sedikit tamu yang berperilaku kasar, meminta untuk dilayani lebih dari sekali namun tak mau membayar, atau ekstremnya hingga kematian seperti yang terjadi di Kuningan.

"Tidak mudah open BO gini, anggapannya mungkin bisa dapat uang banyak. Padahal mah tidak besar juga. Yang besar itu risikonya, yang pertama pasti jadi bahan cibiran, kemudian tindak kekerasan dari tamu yang rese karena mabuk. Atau mungkin bisa meninggal dibunuh pelanggan seperti di Kuningan. Tapi demi uang, risiko itu juga dihadapi," pungkasnya.




(yum/bbn)


Hide Ads