Pohon trembesi atau kihujan berukuran besar tumbuh di depan halaman Kantor Desa Tanjungmulya, Kecamatan Tanjungkerta, Kabupaten Sumedang. Pohon yang memiliki nama latin Samanea saman ini memiliki fakta-fakta cukup menarik.
1. Berusia lebih dari 200 tahun
Kepala Desa Tanjungmulya, Tatang Karseno (54) memaparkan, pohon kihujan berukuran besar yang ada di halaman kantor desa usianya diperkirakan lebih dari 200 tahun.
"Dulu saat semasa buyut saya yaitu buyut Wiratma, ukuran pohonnya sudah sebesar ini. Uyut Wiratma sendiri usianya mencapai 120 tahun, jadi pohon ini usianya lebih dari 200 tahun," ungkapnya kepada detikjabar, Senin (21/3/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tatang menceritakan bahwa buyutnya sebelumnya pernah berpesan untuk menjaga kelestarian dari pohon trembesi yang ada agar jangan sampai ditebang. Pasalnya, sambung Tatang, jika sampai ditebang maka warga bakal kehilangan sumber mata air. Selain itu, bangunan yang ada di sekitarnya pun bakal ada yang rusak.
"Karena ini kan akarnya sudah menyebar kemana-mana, kalau pohonnya diganggu atau ditebang maka akarnya otomatis akan mati, hal itu akan berpengaruh pada ketahanan tanah di sekitarnya atau akan menjadi keropos," paparnya.
2. Sumber mata air bagi warga di tiga desa
Pohon trembesi yang tumbuh di depan halaman Kantor Desa Tanjungmulya, Kecamatan Tanjungkerta, Kabupaten Sumedang memunculkan sumber mata air yang dimanfaatkan oleh warga di tiga desa. Mata air tersebut tidak pernah surut bahkan saat kemarau.
"Mata air ini meskipun kemarau tidak pernah surut," ungkap Tatang kepada detikjabar, Senin (21/3/2022).
Tatang menyebutkan, sumber mata air yang ada dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan air baku bagi ratusan kepala keluarga (KK) di tiga desa, yakni Desa Tanjungmulya, Desa Kertamekar dan Desa Kertaharja. Dengan perincian sekitar 100 KK di Desa Tanjungmulya dan sekitar 200 KK di masing-masing kedua desa lainnya.
"Sebelum dibuat talang air atau disalurkan ke desa lain, airnya yang ada di kolam lebih banyak dibanding yang sekarang ini," terangnya.
Sekadar diketahui, sumber mata air tersebut dibuatkan sebuah kolam berukuran sekitar 5 meter x 10 meter untuk selanjutnya disalurkan menggunakan pipa paralon ke warga sekitar dan warga di desa lain yang membutuhkan.
Tatang mengatakan, sumber mata air tersebut digunakan secara gratis bagi seluruh warga Desa Tanjungmulya. Namun begitu, bagi desa lainnya dipungut biaya retribusi yang dibayarkan oleh kantor desanya sebesar Rp 500 ribu dalam setahun.
"Uang retribusi itu masuk dana kas desa dan menjadi PAD (Pendapatan Asli Desa) bagi Desa Tanjungmulya," terangnya.
3. Pernah Ditawar Pengusaha Rp 40 Juta
Pohon tersebut sempat ditawar oleh seorang pengusaha untuk dibeli dengan harga sebesar Rp 40 Juta.
Tatang Karseno (54), Kepala Desa Tanjungmulya menceritakan bahwa suatu hari ada seorang pengusaha yang tiba-tiba datang ke kantor Desa. Awalnya, sambung Tatang, pengusaha itu mengaku hanya sekedar untuk silaturahmi namun kemudian baru diketahui tujuannya hendak membeli pohon trembesi yang ada di halaman kantor Desa.
"Pengusaha itu awalnya bilang bahwa kedatangannya untuk silaturahmi, namun kemudian dia (pengusaha) bilang 'pak kuwu mau uang tidak', saya jawab 'tidak' dia nanya lagi 'yang bener mau uang tidak', saya jawab lagi 'tidak'," ungkap Tatang kepada detikjabar, Senin (21/2/2022).
"Kalau mau uang, ini saya (pengusaha) bawa uang 30 juta, kas, pokoknya pak kuwu tidak tahu apa-apa yang penting ini uang 30 juta," terang Tatang saat menirukan kata-kata pengusaha tersebut.
Kemudian, sambung Tatang, ia pun bilang ke pengusaha tersebut bahwa pohon trembesi yang ada di halaman kantor Desa tidak akan pernah dijualnya lantaran pohon tersebut merupakan amanat yang mesti dijaga kelestariannya. Selain itu pohon tersebut pun menjadi sumber mata air bagi warga.
"Saya bilang 'nggk' karena pohon ini adalah amanat dan juga kepentingan bagi mata air warga juga dan apabila ini ditiadakan, nanti akan keropos, nanti tanah akan anjlok karena akarnya sudah menyebar," terangnya.
Tidak berhenti sampai disitu, kata Tatang, pengusaha tersebut malah menaikan tawarannya menjadi sebesar Rp 40 juta. Namun, kata Tatang, dirinya tetap teguh dan tidak tergiur dengan uang yang ditawarkannya.
"Mau seratus juta juga tetap tidak akan saya jual, karena ini peninggalan sejarah, sebuah situs bagi Desa Tanjungmulya," ucap Tatang kala itu.
4. Mampu menyerap 28,5 ton karbon diokasida (CO2) setiap tahunnya
Pohon trembesi yang tumbuh berukuran besar ternyata dapat menyerap karbon dioksida lebih banyak dibanding pohon lainnya.
Sekedar diketahui gas buang kendaraan yang menjadi salah satu yang berkontribusi pada polusi udara beberapa diantaranya senyawa karbon monoksida(CO), total hidrokarbon(THC), debu, oksida-oksida nitrogen dan oksida-oksida sulfur dan juga karbon dioksida (CO2).
Dikutik dalam Tati Purwati, kihujan/trembesi, https://jatinangor.itb.ac.id/kihujantrembesi, diakses pada Senin (21/3/2022), disebutkan bahwa jika dibandingkan dengan pohon biasa maka pohon trembesi mampu menyerap 28,5 ton karbondiokasida (CO2) setiap tahunnya. Sementara pohon biasa hanya 1 ton CO2 dalam 20 tahun masa hidupnya.
5. Awalnya Tumbuh di Amerika Latin
Pohon trembesi di Indonesia biasanya tumbuh begitu mencolok di tanah-tanah yang lapang. Pohon itu biasanya tampak berukuran besar dan telah berusia ratusan tahun.
Dikutip dari Tati Purwati, kihujan/trembesi, https://jatinangor.itb.ac.id/kihujantrembesi, diakses pada Senin (21/3/2022), disebutkan bahwa pohon trembesi awalnya tumbuh di Amerika Latin. Namun secara natural, pohon trembesi juga hidup dalam iklim tropis.
Pohon trembesi tingginya dapat mencapai rata-rata 30 sampai 40 meter, lingkar pohon sekitar 4,5 m dan mahkota pohon dapat mencapai 40 sampai 60 meter.
Baca juga: Tol Cipali Mulai Bersolek Sambut Arus Mudik |
Jika Dibandingkan pohon biasa, pohon trembesi mampu menyerap 28,5 ton karbondiokasida (CO2) setiap tahunnya. Sementara pohon biasa hanya 1 ton CO2 dalam 20 tahun masa hidupnya.
Pohon trembesi disebut juga dengan kihujan atau pohon hujan dikarenakan kemampuannya dalam menyerap air.Dimana, air yang sering menetes dari tajuknya atau mahkota pohonnya itu disebabkan lantaran kemampuannya dalam menyerap air tanah.
(yum/bbn)