Aski Rara Isti Wulandari yang memindahkan hujan di Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat, bukanlah hal baru dalam event internasional yang diselenggarakan di Indonesia.
detikJabar berkesempatan mewawancarai, pawang hujan yang berhasil memindahkan hujan dalam acara Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan 18-24 April Tahun 1955 silam yang dilakukan oleh Abah Landoeng (75).
Kepada detikJabar, Abah Landoeng yang saat ini tinggal di Kota Cimahi, mengatakan ilmu tersebut didapatkan dari presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ilmu itu saya belajar dari tahun 1954 ditambah pengetahuan dari Bung Karno, satu-satunya presiden yang menyuruh hujan dialihkan adalah Bung Karno dan ilmunya diberikan ke abah (kakek Abah Landoeng) dan abah masih hidup. Kegiatan di Bandung di Konferensi Asia Afrika," kata Abah Landoeng via sambungan telepon, Senin (21/3/2022).
![]() |
Ia mengungkapkan, acara Konferensi Asia Afrika yang berlangsung saat itu ada di musim hujan seperti saat ini.
"Jadi orang-orang yang sekarang pandai itu belum lahir dan abah waktu itu umurnya sudah dewasa dan ilmunya diberikan langsung oleh Bung Karno. Menjaga agar pada acara Konferensi Asia Afrika jangan sampai ada hujan, karena situasinya seperti sekarang musim hujan, peralihan sama seperti sekarang," ungkapnya.
Abah Landoeng menyebut, atas ikhtiarnya itu, selama gelaran Konferensi Asia Afrika berlangsung, tidak ada hujan.
"Pada waktu itu, di Bandung tidak ada hujan. Konferensi Asia Afrika lancar, ilmu itu saya manfaatkan bukan untuk orang Indonesia saja, saya suka dipakai oleh orang Italia, orang Inggris atau yang menggelar hajatan, upacara juga, untuk memindahkan hujan. Ada juga hotel-hotel di Bandung yang pernah menyuruh saya," jelasnya.
"Saya mengakui, ilmu itu ilmu orang bodoh. Tapi jangan disepelekan, ya. Allah berikan sesuatu dan segalanya dengan apa? Ketulusan hati ya," tambahnya.
Pernah Diminta Kawal Kunjungan Presiden
Selain itu, Abah Landoeng juga selalu ada yang meminta untuk melancarkan kunjungan presiden yang datang ke beberapa daerah.
"Suka, biasanya ada orang yang menyuruh, orang yang simpati seperti Pak Jokowi mau pergi, abah selalu diperintahkan, misalnya pergi ke Gunung Semeru atau ke Bandung, ke Cimahi, itu ada orang yang tidak ada hubungannya sama orang yang ditolongnya, tapi orang itu merasa simpati dan minta ke abah dan abah lakukan ya," tuturnya.
Selain berdoa, Abah Landoeng juga kerap mengepulkan asap rokok agar menghasilkan molekul-molekul dan tidak terjadi hujan.
"Doa, sama uap air dari rokok, mengepulkan asap dan minta kepada Allah pada detik-detik itu supaya tidak terjadi hujan. Hujan itu bukan dihilangkan, tapi dipindahkan, bergeser, kita juga pelajari ilmu cuaca, datangnya angin perdetik berapa, datangnya hujan per detik berapa mili," jelasnya.
Dengan ilmu dan doa yang dipanjatkan, Abah Landoeng mengklaim jika hujan tidak turun. "Kenyataannya pada waktunya ada tempat X lingkarannya misal 2 kilometer jangan ada hujan, itu dimintaian dan nyatanya banyak betulnya, apa dasarnya? Hati nurani yang ikhlas, minta dan Allah berikan apa yang kuminta," tuturnya.
Bayarannya Lumayan
Sementara itu, saat disinggung berapa gaji pawang hujan di acara atau event besar, Abah Landoeng menyebut, jika bayaran yang didapat adalah bonus atas kerjakerasnya
"Yang abah rasakan ada orang dengan senangnya yang dimana abah tidak pernah meminta ke pemerintah, tapi abah pernah ada yang mengasihi Rp 10 juta, ada juga Rp 30 juta, saking senangnya, pada detik-detik itu hujan reda, kita tidak meminta, ada yang kasih, ya," paparnya.
Abah Landoeng mengatakan, permintaan pemindahan hujan ini bukan datang langsung dari yang bersangkutan.
"Bukan menteri dan gubernur itu yang menyuruh, tapi orang yang simpati kepada beliau, karena menganggap beliau itu pimpinannya. Misal yang memberi pengusaha, Bah Landoeng tolong ini besok ada menteri pertanian jarang ke sini, jangan sampai becek kaya gini, memang tidak akurat 100 persen, yang 100 persen itu kuasa Allah, tapi kita meminta kepada Allah hujan dipindahkan," pungkasnya.
(wip/yum)