Babad Cijulang merupakan naskah sejarah yang bentuknya manuskrip. Usianya sudah seabad. Di dalamnya terdapat catatan sejarah peradaban manusia.
Tokoh dalam isi cerita babad Cijulang mengisahkan perjalanan Aki Gede dan Nini Gede. Di dalamnya juga menceritakan perjalanan penyebaran agama Islam di Pangandaran, Jawa Barat.
Ketua Lembaga Adat Pangandaran Erik Krisna Yudha mengatakan, ada tradisi membaca Babad Cijulang, yakni setiap tahun pada bulan Muharam. Babab Cijulang ini biasanya dibacakan sesepuh warga Cijulang, Cigugur, Sidamulih, dan daerah lainnya di Pangandaran. Kegiatan berkumpul untuk membacakan sejarah Cijulang sudah menjadi tradisi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tradisi membaca sejarah Cijulang sudah dilakukan sejak lama di Pangandaran," kata Erik kepada DetikJabar, Rabu (2/3/2022).
![]() |
Bahkan, dari pihak akedimisi sudah datang untuk meneliti sejarah Kacijulangan. Hasil penelitian para akademisi saat ini ada di Perpustakaan Nasional dengan nama Sajarah Purwaningjagat yang diterjemahkan Prof. Eka Jati dengan ditulis tangan ulang.
Jenis tulisan pada Babad Cijulang adalah Arab Pagon, dengan bahasa Sunda dan Jawa. "Kacatur dina tutur, ka ucap dina carita dina sejarah Cijulang ada cerita penciptaan alam semesta," terang Erik.
Sejarah Cijulang menceritakan tentang Purwaning Jagat atau Sajarah Besar, Sajarah Alit, dan Siluman Silemin. "Unika Sajarah Purwaning Jagat, kang gumelar kabeh, tatkala awang-awang, uwung-uwung, durung ana, kangsa wiji-wiji. Lata yun arane, goibul guyub arane," kata Erik dalam bahasa arab Pagon campuran Sunda-Jawa.
Dalam bahasa Sunda, Erik menuturkan, 'mangka aya kersa, memeh aya nu dikersakeun, dingaranan naktul ghaib. Mangka aya kersa nu dikerasakeun dingaranan ahyang sapita. Mangka aya rupa warna, mangka dingaranan rohpi dohpi. Mangka rohdipi dohpi ingku pinendang jadi papat.
"Kalimat tersebut menciptakan awalnya alam semesta. Dari mulai alam ahadiah itu durung ana kang sawiji-wiji. Alam suwung kangsajatining suwung, dengan artian belum ada siang dan malam belum ada cahaya, gelap, belum ada apa-apa. Yang ada hanya dzat naisa kamisllihi," terang Erik.
Tak hanya itu, dilanjut dengan penciptaan Nur Muhammad, terciptanya kanjeng para Nabi, para rasul. "Secara rinci menceritakan dari mulai penciptaan Nabi Adam, manusia pertama Ing Dalam Sawarga. Sampai diturunkannya ke alam dunia. Sampai menceritakan punya turunan yang banyak," ucapnya.
Pungkas cerita ada kisah bahwa Pangandaran turunan dari Galuh, Mataram, Banten, semua turunannya ada. Lalakon dari Kedungrandu.
![]() |
"Babad Cijulang merupakan awal tradisi tutur yang ditulis Eyang Nara Uncal di Desa Kondangjajar yang disusun oleh para Kiyai dan ulama di Cijulang," ucapnya.
Menurutnya, para penyusun itu sudah memprediksi di masa akan datang manusia mempunyai rasa malas. Oleh karena itu, Eyang Nara Uncal menuliskan sejarah Kacijulangan dalam sebuah manuskrip.
"Supaya cucu keturunannya hafal dengan wiwitan atau sejarah nenek moyang mereka," jelasnya.
Dia mengatakan, dulunya leluhur mereka meminta untuk dibaca dan diamalkan hikmah-hikmah yang terkandung dalam sejarah Cijulang agar menjadi manusia yang Paripurna insan Kamil. Isinya soal kamarifatan.
(orb/bbn)