Badan Geologi Petakan Potensi Likuefaksi Pascagempa Pasaman Barat

Badan Geologi Petakan Potensi Likuefaksi Pascagempa Pasaman Barat

Sudirman Wamad - detikJabar
Sabtu, 26 Feb 2022 20:03 WIB
Peta Provinsi Sumatera Barat
Peta Provinsi Sumatera Barat (Foto: repro Badan Geologi)
Bandung -

Badan Geologi Kementerian Sumber Daya Energi dan Mineral (ESDM) menyebut gempa bumi yang terjadi di Pasaman Barat, Sumatera Barat (Sumbar), berpotensi terjadinya bahaya lanjutan. Seperti retakan tanah, penurunan tanah, gerakan tanah dan likuefaksi.

Likuefaksi merupakan hilangnya kekuatan lapisan tanah akibat getaran gempa. Dalam rilis yang diterima detikjabar, likuefaksi dapat terjadi khususnya di daerah dataran dan sedikit landai. Badan Geologi telah memetakan potensi likuefaksi, salah satunya likuefaksi sedang atau zona kuning. Likuefaksi sedang ini berpotensi terjadi di Pasaman Barat, Pasaman dan Limapuluh Kota.

"Pada umumnya kerentanan likuefaksinya sedang, artinya yaitu zona kerentanan yang dapat mengalami likuefaksi secara tidak merata dan struktur tanah umumnya rusak. Tipe kerusakan struktur tanah yang terjadi berupa pergeseran lateral, penurunan tanah dan semburan pasir," kata Kepala Badan Geologi Eko Budi Lelono dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (26/2/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain likuefaksi sedang, Badan Geologi juga menyebutkan ada beberapa titik yang berpotensi likuefaksi tinggi. Titik ini berada di wilayah Pasaman Barat dan Pasaman.

Selain itu, akibat gempa bumi di Pasaman Barat itu dikabari mengakibatkan tanah bergerak di kawasan Malampah, Kecamatan Tigo Nagari, Pasaman. Hasil dari kajian sementara berdasarkan informasi media dan kondisi geologi yang dilakukan Badan Geologi menyebutkan, pergerakan tanah bisa terjadi karena likuefaksi berupa aliran.

ADVERTISEMENT

Kondisi demikian terjadi apabila beberapa persyaratan terpenuhi yaitu kondisi litologi penyusun, morfologi, muka air tanah dan gempabumi sebagai pemicu terjadinya likuefaksi.

"Likuefaksi tipe aliran ini dapat terjadi karena kondisi material tanah yang sangat jenuh air dan relatif dangkal. Pada material ini bersumber dari hasil litologi rombakan bagian hulunya (Qvta). Sifat material hasil rombakan ini kemungkinan bersifat non plastis sampai sedikit plastis, kurang padu dan berada dalam kondisi jenuh air," papar Eko Budi dalam keterangan tertulisnya.

Selain itu, lanjut Eko Budi, kemiringan lereng yang relatif landai mengarah ke Sungai Batang Timah adalah salah satu faktor pentingnya. Sehingga menyebabkan terjadi pergerakan mengalir dengan pemicu guncangan yang sangat kuat, dari dekat sumber gempa sekitar 17 km. Sehingga mengurai dan menghancurkan kekuatan tanah aslinya.

"Oleh karena itu terkait fenomena tanah bergerak yang terjadi di Malampah, Kecamatan Tigo Nagari, Pasaman perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan mekanisme tanah bergerak yang telah terjadi," ucap Eko Budi.

Semburan Lumpur Panas

Dari hasil informasi yang dihimpun Badan Geologi, lokasi kejadian lumpur panas itu berada sekitar 30 meter dari pemandian air panas. Kondisi geologi di sekitar lokasi kejadian adalah tak terbedakan, terutama lapisan batuan gunungapi, tidak menunjukkan bekas pusat gunungapi (Tmv)). Dan, pada bagian atasnya merupakan endapan aluvium (Qh).

"Dugaan sementara, guncangan gempa bumi yang sangat kuat menyebabkan retakan memotong akuifer, yang berisi air panas. Dan, diperkirakan retakan tersebut menembus ke permukaan aluvium hingga permukaan tanah," katanya.

Eko Budi menjelaskan material lumpur adalah material aluvium (Qh) yang terbawa oleh tekanan air. Kondisi ini berasal dari akuifer yang mengandung air panas. Adapun sebaran air panas yang ada di beberapa titik, terjadi karena mengikuti bidang lemah yang terbentuk natural.

"Ada kemungkinan spot-spot ini sebagai mud volcano atau kemungkinan sand boil," ucap Eko Budi.




(sud/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads