Skripsi yang disusun pria ini diklaim antimainstream. Aldi Mutiara (22) mengungkapkan skripsi soal tema ritual pesugihan di Pekalongan, Jawa Tengah, telah disetujui dosen pembimbing dan penguji Universitas Negeri Singaperbangsa Karawang (Unsika).
"Jadi alasan dosen, katanya unik dan antimainstream, berbeda dengan yang lainnya," kata Depenk, sapaan Aldi, saat ditemui detikJabar di rumahnya, Desa Pinayungan, Kecamatan Telukjambe Timur, Karawang, belum lama ini.
Mahasiswa tingkat akhir program studi Ilmu Komunikasi Unsika ini dikenal juga sebagai pegiat fotografi hantu. Proposal penelitian digarap Depenk berjudul 'Menguak Pengalaman Komunikasi Kegiatan Ritual Pesugihan di Pantai Utara Pekalongan'. Cerita tema skripsi yang diteliti Aldi tersebut rupanya menjadi perbincangan hangat di kalangan kampusnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Judul proposalnya itu menguak pengalaman komunikasi dalam aktivitas ritual pesugihan di Pantau Utara Pekalongan. Alhamdulillah diterima dosen penguji," ucap Depenk yang aktif sebagai Ketua Ghost Photography Community (GPC) Karawang.
Ide pembuatan skripsi soal pesugihan ini berawal dari kegemarannya menelusuri berbagai hal mistis. Dia juga ingin mengangkat tradisi mistik di Indonesia.
"Jadi ide itu karena kegemaran saya yang kebetulan aktif di fotografi hantu. Dari aktivitas itulah, gagasan skripsi itu muncul. Selain itu juga ingin mengangkat potensi kisah-kisah rakyat di Indonesia seperti kisah Dewi Lanjar yang saya masukan dalam bab deskripsinya," tutur Depenk.
Sosok Dewi Lanjar di Pantai Slamaran
Penelitian ritual pesugihan untuk skripsinya ini sudah berlangsung sejak Oktober 2021. Depenk melakoni sesi wawancara dengan sejumlah narasumber.
"Jadi saya mendapat informasi dari pengalaman kawan sebagai bahan awal penelitian, itu Oktober 2021. Kemudian pekan ini akan penelitian ke lokasi," kata pria berkacamata kelahiran Karawang ini.
Namun, menurut dia, hambatan terberat dalam penelitiannya yaitu bertemu dengan kuncen di lokasi ritual pesugihan. "Jadi sebenarnya yang sangat sulit saya dapatkan itu informasi sumber utama yakni kuncennya. Karena untuk bisa bertemu kuncen di Pantai Slamaran Pekalongan harus diperlukan izin ke berbagai kuncen di berbagai wilayah," ujarnya.
Depenk mengungkapkan dosen penguji membolehkannya untuk mengambil informasi selain dari kuncen. Ia menjelaskan penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif deskriptif.
Dalam proses menuntaskan tugas akhir studinya, Depenk menyoroti soal komunikasi berkaitan praktik pesugihan. Tiga rumusan masalah yang disusunnya soal pengalaman komunikasi orang yang melakukan ritual pesugihan, makna dari komunikasi pesugihan, dan motif komunikasi dalam pesugihan.
"Jadi ada dua jenis komunikasi yang diajarkan. Yakni komunikasi spiritual atau hubungan antara manusia dan Tuhan, serta komunikasi transendental yang berbicara antarhubungan manusia dengan setan atau semacamnya," ucap Depenk.
Dia mengatakan tujuan skripsinya ini untuk memberikan edukasi kepada masyarakat berkaitan praktik pesugihan di Indonesia dan sebagai referensi pustaka. "Saya berharap skripsi saya ini bisa menjadi bahan tambahan referensi dalam memperkenalkan tradisi mistik di Indonesia, jadi bukan hanya pantai selatan yang terkenal Nyi Roro Kidulnya, ternyata ada juga Dewi Lanjar dari pantai utara yang memang belum sangat dikenal masyarakat," tutur Depenk.
(bbn/bbn)