Banjir yang terjadi di Kota Sukabumi merusak beberapa fasilitas publik seperti jembatan tradisional, masjid hingga sekolah. Kerusakan itu tepatnya terjadi di Kampung Tugu, Kelurahan Jayaraksa, Kecamatan Baros, Kota Sukabumi.
"Banjir, longsor, lalu genangan air yang paling berat itu di wilayah kelurahan Jayaraksa itulah sebabnya kami fokus penanganan di wilayah Jayaraksa di mana ada beberapa RW yang sangat terdampak," kata Walikota Sukabumi Achmad Fahmi di lokasi, Jumat (18/2/2022).
Penanggungjawab Lapangan BPBD Aceng mengatakan, saat ini petugas masih melakukan pendataan terkait fasilitas dan jumlah kerusakan yang diakibatkan bencana tersebut. Hanya saja dari ratusan rumah, ada beberapa fasilitas publik yang dilaporkan rusak berat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"TK Pembina, mushola, masjid di bawah ini terdampak. Masjid itu karpet tembok hancur, wc nya juga hancur, TK pembina juga alat-alat pembelajaran hancur terendam. Itu yang baru terdata," kata Aceng di posko pengungsian.
Aceng mengatakan, tingkat kerusakan yang terjadi di fasilitas umum itu diperkirakan mencapai 40%. Selain masjid dan sekolah, jembatan tradisional pun dilaporkan putus.
"Informasi sementara jembatan putus sifatnya tradisional kaya jembatan bambu. Kalau permanan seperti coran itu belum ada," ujarnya.
Pantauan detikJabar, warga setempat dan beberapa elemen masyarakat lainnya sedang membersihkan lumpur sisa banjir semalam. Lalu lintas cukup padat dan beberapa tenda darurat sudah terpasang.
Kehilangan Peralatan Sekolah
Banjir yang terjadi di Kampung Tugu RT 01/04 Kelurahan Jayaraksa, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi mengakibatkan beberapa siswa kehilangan perlengkapan sekolah. Alhasil mereka terpaksa tidak dapat belajar.
Salah seorang korban banjir, Eem (54) mengatakan, anak dan cucunya yang saat ini duduk dibangku SD dan SMA tidak bisa sekolah. Pasalnya, semua peralatan menulis hingga pakaian terbawa hanyut saat banjir terjadi Kamis (17/2) kemarin.
"Ya, anak dan cucu tidak bisa sekolah karena baju, alat tulis dan sepatunya tidak ada karena terbawa banjir," kata Eem saat membersihkan rumahnya, Jumat (18/2/2022).
Dia mengharapkan bantuan dari pemerintah ataupun dermawan untuk memenuhi kebutuhan seragam dan peralatan sekolah anak dan cucunya. Menurutnya, kebutuhan sekolah lebih penting agar keduanya tetap dapat belajar.
"Pakaian dan barang dalam rumah semua habis tidak ada yang bisa diselamatkan, termasuk seragam anak saya, saya harap kebutuhan anak didahulukan," ujarnya.
Dia menuturkan, rumah yang ditempatinya itu dihuni oleh dua Kepala Keluarga (KK) dan tujuh jiwa. Saat ini, mereka sedang mengungsi di rumah tetangganya.
"Sementara saya tinggal di rumah tetangga yang tidak terdampak banjir karena saat ini saya bersama petugas masih bersih-bersih lumpur yang memenuhi seisi rumah," tuturnya.
Kejadian banjir di Kampung Tugu ini merupakan yang terparah jika dibandingkan dengan 68 titik banjir-longsor. Banjir yang disebabkan luapan sungai Cisuda tersebut bukan yang pertama kalinya terjadi.
"Banjir dari luapan Sungai Cisuda sudah tiga kali terjadi tapi kejadian ini yang paling parah. Sebab itu, kami harap pemerintah memperbaiki saluran Sungai Cisuda ini dengan memperdalam sehingga air tidak sampai meluap ke pemukiman warga saat turun hujan," pungkasnya.
(yum/bbn)